Ads

Monday, October 21, 2024

Setan Mabuk 07 (TAMAT)

Dewa Arak hanya terkejut saja. Tapi, tidak demikian halnya dengan Malinda dan anak buah ayahnya. Wajah mereka mendadak pucat pasi. Dan memang, mereka tahu pemilik suara tawa itu. Siapa lagi kalau bukan Setan Mabuk! Dan sebelum suara tawa itu lenyap, berhembus angin berkesiur pelan. Tak lama kemudian, muncul seorang kakek bertubuh pendek gemuk, berperut buncit, dan berkepala botak. Benar! Dialah Setan Mabuk.

Malinda menggertakkan gigi. Dia tahu kalau tidak bertindak cepat, maka Dewa Arak tidak akan bisa dibunuhnya. Dan yang jelas Setan Mabuk akan mendahuluinya. Maka tanpa mempedulikan akibatnya nanti, gadis itu melompat. Pedangnya meluncur deras ke arah tubuh Dewa Arak yang tengah terkurung di dalam jaring.

Singgg...!

Menilik dari suara mendesing nyaring yang mengiringi tibanya serangan, sudah bisa diperkirakan kekuatan tenaga dalam yang terkandung dalam serangan itu.

"He... he... he...!"

Setan Mabuk tertawa terkekeh. Tubuhnya yang pendek berkelebat, memotong serangan Malinda. Tangan kanannya cepat terulur. Dan....

Tappp...!

Sungguh mengagumkan! Pedang di tangan gadis berpakaian kuning itu telah tertangkap tangan Setan Mabuk. Dan sekali tangan kakek berkepala botak itu bergerak menekan, maka pedang di tangan putri Mayat Kuburan Koneng pun patah jadi dua.

Dan sebelum Malinda sempat berbuat sesuatu, tangan kiri Setan Mabuk telah meluncur cepat ke arah dadanya. Seketika gadis berambut digelung ini kaget bukan kepalang. Apalagi, tubuhnya tengah berada di udara. Dengan sebisa-bisanya tubuhnya digeliatkan untuk mengelakkan serangan itu. Tapi....

Plakkk…!

Tangan kakek berkepala botak itu tetap saja menghantam tubuhnya. Hanya saja tidak mengenai dada, melainkan bahu. Seketika itu juga tubuh putri Mayat Kuburan Koneng terlempar ke belakang dan bergulingan di tanah. Darah segar langsung muncrat dari mulutnya. Jelas Malinda telah terluka dalam.

"He... he... he...!"

Begitu kedua kakinya mendarat di tanah, kakek berperut buncit itu sudah tertawa terkekeh-kekeh. Dengan sorot mata penuh ancaman, kakinya melangkah menghampiri tubuh Malinda.

"Jangan harap bisa mendahuluiku, Wanita Liar! Kau tahu, di semua mulut desa telah kusebar anak buahku. Dan mereka langsung memberitahuku begitu melihat Dewa Arak. Dan atas kelancanganmu berani mendahului tindakanku, kau akan menerima akibatnya!"

Melihat bahaya mengancam putri majikannya, anak buah Mayat Kuburan Koneng tidak tinggal diam. Walaupun dalam hati merasa jeri terhadap Setan Mabuk tetapi mereka tetap bergerak menyerang kakek berkepala botak itu. Senjata-senjata di tangan mereka berkelebatan cepat, menyambar berbagai bagian tubuh Setan Mabuk yang mematikan, diiringi suara mendesing nyaring,

"He... he... he...!"

Setan Mabuk tertawa terkekeh. Tanpa mempedulikan semua serangan yang bertubi-tubi mengancam, guci araknya diangkat.

Glek… glek... glek...!

Suara tegukan dari arak yang melewati tenggorokan Setan Mabuk terdengar. Dan di saat itulah senjata-senjata anak buah Mayat Kuburan Koneng tiba.

Takkk, takkk, takkk..!



Gila! Semua senjata yang mengenai berbagai bacaan tubuh kakek berkepala botak itu terpental balik, seakan-akan menghantam gumpalan karet keras. Bukan hanya itu saja. Tangan yang menggenggam senjata itu pun terasa sakit-sakit

"He... he... he...!”

Setan Mabuk hanya tertawa terkekeh seraya menggerakkan tangannya. Jerit-jerit kesakitan pun terdengar diiringi robohnya satu persatu anak buah Mayat Kuburan Koneng.

Pukulan jarak jauh yang dilepaskan Setan Mabuk sungguh dahsyat! Buktinya tidak seorang pun dari para pengeroyok yang tersisa. Mereka semua roboh, dan tak bangun lagi.

Kini sambil tertawa terkekeh-kekeh, Setan Mabuk melangkah menghampiri Malinda yang belum mampu bangkit. Memang, akibat serangan kakek berperut buncit itu hebat bukan main, meskipun hanya mengenai bahu.

Putri Mayat Kuburan Koneng itu berusaha bangkit, tapi tidak mampu. Sebuah seringai kesakitan yang muncul di mulutnya telah menjadi tanda kalau gadis itu telah terluka dalam yang cukup parah. Dan Malinda hanya bisa menatap Setan Mabuk yang menghampirinya dengan dada berdebar tegang.

Setan Mabuk menghentikan suara tawanya begitu telah berada di dekat Malinda. Sesaat sepasang matanya mengawasi sekujur tubuh gadis berpakaian kuning itu, kemudian tangan kanannya bergerak.

Brettt..!

Suara dari kain robek terdengar ketika tangan Setan Mabuk merenggutnya. Malinda langsung terpekik ngeri. Pakaian yang dikenakan, dari bagian dada sampai perut telah sobek.

Arya terkejut bukan kepalang melihat hal ini. Diakui, Malinda adalah seorang wanita sesat, dan mendendam padanya. Tapi biar bagaimanapun, dia tidak tega kalau gadis itu diperkosa Setan Mabuk.

Sementara kakek berkepala botak yang sudah kerasukan nafsu setan, begitu melihat pemandangan indah yang terpampang di hadapannya, segera menubruk tubuh Malinda dan menciuminya dengan kasar. Tangannya juga mulai sibuk melucuti sisa pakaian putri Mayat Kuburan Koneng itu.

Malinda yang tengah tertuka dalam, tidak mampu berbuat apa-apa selain menjerit-jerit keras dan meronta-ronta. Tapi hal itu justru menambah nafsu setan kakek berperut buncit itu membara. Dan dengan sendirinya, tindakannya pun semakin brutal

"Setan Mabuk! Tahan...!" teriak Arya keras. "Kalau perbuatanmu dilanjutkan, aku tidak akan sudi meladeni tantanganmu!"

Kakek berkepala botak itu langsung menoleh dengan napas menderu hebat. Sepasang matanya telah memerah, karena nafsu telah bergolak dalam dirinya. Tapi peringatan Dewa Arak-lah yang membuatnya bimbang. Setan Mabuk memang bukan orang yang suka memperkosa wanita. Dan perbuatan yang akan dilakukannya terhadap Malinda, semula bukan terdorong nafsu. Melainkan, keinginan untuk menghancurkan gadis itu.

Namun, begitu melihat kemulusan tubuh gadis itu, dia menjadi terpengaruh. Hanya saja, ancaman Dewa Arak telah membuatnya bimbang. Beberapa saat lamanya Setan Mabuk tercenung memikirkannya.

"Kali ini kau kuampuni, Wanita Liar! Menyingkirlah cepat sebelum pikiranku berubah!"

Dengan kedua tangan menutupi bagian tubuhnya yang terbuka lebar, Malinda berusaha bangkit. Luar biasa! Kali ini usaha gadis berambut digelung itu berhasil. Rupanya rasa takut yang melanda akan terjadinya peristiwa yang mengerikan, membuat kekuatannya muncul kembali. Memang, meskipun seorang wanita sesat, tapi Malinda masih seorang gadis tulen.

"Akan kuingat budimu. Dewa Arak...!"

Setelah berkata demikian, gadis berpakaian kuning ini melangkah terseok-seok meninggalkan tempat itu. Tak lama kemudian, bayangan tubuhnya lenyap ditelan lebatnya pepohonan.

Setan Mabuk memungut pedang yang berserakan di tanah, kemudian melontarkannya ke arah tali yang menggantung Jaring pengurung tubuh Dewa Arak

Tasss...!

Tali itu putus seketika. Dengan sendirinya, jaring yang membungkus tubuh Dewa Arak pun terjatuh ke tanah. Maka, Arya pun bergegas keluar dari dalam jaring.

Begitu Arya keluar dari jaring. Setan Mabuk langsung saja menyerang. Kedua tangannya terkembang membentuk cakar dan menyambar bertubi-tubi ke arah perut, dada, dan ulu hati pemuda berpakaian ungu itu.

Arya langsung terperanjat. Datangnya serangan yang terlampau tiba-tiba, membuatnya terkejut bukan kepalang. Disadari kalau dirinya tidak akan bisa mengelakkan serangan itu. Tidak ada pilihan lagi, kecuali menangkisnya. Tanpa ragu-ragu lagi, segera dikerahkan seluruh tenaga dalam yang dimiliki untuk menangkis.

Plak, plak, plak...!

Suara berderak keras terdengar berkali-kali ketika kedua tangan yang sama-sama mengandung tenaga dalam tinggi berbenturan. Akibatnya, kedua belah pihak sama-sama terhuyung mundur selangkah ke belakang. Jelas, tenaga dalam kedua tokoh ini berimbang.

Setan Mabuk mengawasi Dewa Arak dari ujung rambut sampai ujung kaki. Namun Dewa Arak pun berbuat serupa.

"He... he... he...! Semua berita yang kudengar tentang dirimu ternyata cocok sekali dengan kenyataan yang kulihat," kata Setan Mabuk setelah puas memperhatikan Dewa Arak. "Tapi aku belum puas, Dewa Arak!"

Setelah berkata demikian, Setan Mabuk kembali menerjang Dewa Arak. Gucinya yang besar itu sama sekali tidak dipergunakan. Memang, kakek ini belum mau mengeluarkan ilmu simpanannya. Sebagai seorang tokoh persilatan yang mempunyai kepandaian tinggi, Arya tentu saja tahu kalau lawan belum menggunakan ilmu andalan. Maka Dewa Arak pun hanya mengeluarkan ilmu 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau' dan ilmu 'Sepasang Tangan Penakluk Naga' untuk menghadapinya.

Kedua macam ilmu yang dimiliki Dewa Arak, menitik-beratkan pada penyerangan. Begitu pula ilmu yang dimiliki Setan Mabuk. Tak pelak lagi, pertarungan sengit pun terjadi. Dalam sekejap saja, pertarungan sudah berlangsung tiga puluh lima jurus. Dan selama itu, belum nampak ada tanda-tanda yang akan terdesak.

"Cukup, Dewa Arak..!"

Terdengar seruan keras dari mulut Setan Mabuk. Pada saat yang bersamaan, tubuhnya pun melenting ke belakang menjauhi kancah pertarungan. Arya pun menghentikan gerakannya. Kini kedua belah pihak saling menatap, dengan penuh selidik.

"Kau tahu, mengapa aku mencari dan menantangmu, Dewa Arak?" tanya Setan Mabuk dengan senyum terkembang di bibir.

Kakek berperut buncit ini merasa puas begitu mengetahui kelihaian Dewa Arak. Memang sudah menjadi penyakit seorang ahli silat dia merasa gembira bila bertemu lawan yang setingkatan.

Arya menggelengkan kepala. Memang, pemuda berpakaian ungu itu belum mengetahuinya.

"Karena kau berani berjuluk Dewa Arak!" tandas Setan Mabuk lagi. "Kau tahu, sebelum kau lahir ke dunia ini, aku sudah terkenal sebagai dedengkotnya arak. Sudah tidak terhitung lagi, berapa kali aku mengadu kuat minum arak. Dan karena tidak pernah terkalahkan, aku mendapat julukan Setan Mabuk."

Kakek berperut buncit itu menghentikan ucapannya sejenak untuk mengambil napas. Ditatapnya wajah Dewa Arak untuk mengetahui tanggapannya.

"Karena merasa sudah tua, sekitar satu tahun yang lalu, aku mengundurkan diri dari dunia persilatan. Tapi, terpaksa aku keluar lagi, karena kudengar di dunia persilatan ada tokoh muda yang berani berjuluk Dewa Arak. Jadi, aku merasa tertantang ingin kubuktikan sendiri, apakah orang itu berhak mendapat julukan seperti itu."

Kini Arya mengerti akan duduk permasalahannya. "Baiklah. Agar tidak terjadi korban di antara orang yang tidak bersalah, aku menerima tantanganmu, Setan Mabuk"

"Bagus!" sahut Setan Mabuk gembira. "Tapi perlu kau ketahui, Dewa Arak. Kita tidak hanya bertanding dalam minum arak saja. Tapi, juga dalam ilmu silat."

"Aku mengerti," kata pemuda berambut putih keperakan itu. "Kapan waktunya, Setan Mabuk?"

"Purnama depan!"

"Purnama depan?!"

Arya mengerutkan alisnya. Karena waktu yang ditentukan masih lebih dari sepekan. "Mengapa harus menunggu begitu lama, Setan Mabuk?"

"Karena, bulan purnama depan adalah waktu bagi raja-raja arak untuk mengadu kekuatan minum dan ilmu silat," jelas kakek berperut buncit itu. "Bertahun-tahun akulah juaranya. Tapi tahun kemarin, aku tidak mengikutinya. Sehingga, aku tidak tahu, siapa yang menjadi juaranya."

Arya mengernyitkan dahinya. Sungguh tidak disangka kalau persoalannya jadi semakin membesar begini.

"Bila ingin julukanmu diresmikan raja-raja arak, kau harus mengikuti pertarungan disana, Dewa Arak. Dan kalau tidak, hanya dunia persilatan saja yang mengakuimu. Tapi, tidak bagi jago-jago minum. Bagaimana? Kau bersedia?!"

"Aku sudah berjanji, Setan Mabuk. Jadi, mau tak mau harus memenuhinya. Aku akan datang. Tapi..., dimana pertarungan itu dilangsungkan?"

"Tempatnya selalu berpindah-pindah, Dewa Arak" jawab Setan Mabuk. "Tapi yang jelas, mereka selalu memilih tempat-tempat yang sepi. Kudengar, tahun ini tempat pertarungan itu akan berlangsung di Pulau Selaksa Setan. Kau tahu tempatnya, Dewa Arak?!"

Arya menganggukkan kepala. Memang dia tahu, dimana letak pulau itu.

"Kau ingin bersamaku atau ingin pergi sendiri, Dewa Arak?!" tanya Setan Mabuk.

"Aku pergi sendiri saja," Jawab Dewa Arak mantap.

"He... he... he...!”

Setan Mabuk tertawa terkekeh. Dan seiring suara tawanya, tubuh kakek berperut buncit itu berkelebat dari situ. Hanya dalam sekejapan saja, dia telah berada dalam jarak lebih dari sebelas tombak.

Arya menggeleng-gelengkan kepala. Dia memang sudah menduga kelihaian kakek ini dari pertarungan tadi, meskipun hanya bertarung sebentar saja. Disadari kalau Setan Mabuk adalah seorang lawan yang amat tangguh.

"Hhh....!”

Pemuda berambut putih keperakan itu menghela napas berat. Dipandanginya tubuh Setan Mabuk yang semakin lama semakin mengecil, dan akhirnya lenyap di kejauhan. Kemudian baru kakinya melangkah meninggalkan tempat itu. Dia harus bergegas menuju tempat yang dimaksud, untuk memenuhi janjinya terhadap Setan Mabuk.

Apa yang akan ditemui Dewa Arak di Pulau Selaksa Setan? Siapakah yang akan memenangkan pertarungan adu minum itu? Dan bagaimana nasib Malinda yang mendendam pada Dewa Arak, tapi juga ingin membalas budi? Lalu bagaimanakah Kera Bukit Setan, Jagar, dan yang lain-lain? Apakah Arya tidak membasmi mereka? Jawaban untuk semua itu ada dalam judul

"Pertarungan Raja-Raja Arak'. Di sana, Dewa Arak akan menemui kejadian yang sama sekali tidak pernah diduganya.

SELESAI





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

No comments:

Post a Comment