Ads

Monday, October 21, 2024

Peninggalan Iblis Hitam 01

Krik, krik, krik...!

Riuh suara jangkrik dan binatang malam lain mengusik keheningan malam yang hanya diterangi sinar bulan sepotong. Angin dingin yang sesekali berhembus keras semakin menambah heningnya suasana malam.

Tapi ternyata suasana seperti itu tidak menghalangi perjalanan sebuah kereta yang ditarik dua ekor kuda. Perlahan-lahan kereta kuda yang jendela-jendelanya tertutup kain hitam bergerak menuju mulut hutan.

Ctar, ctar...!

Sang Kusir melecutkan cambuk ke pantat dua ekor kuda di depannya. Seketika langkah binatang penarik kereta yang sudah kelihatan lelah kembali bergerak cepat.

"Uhk,..! Uhk!"

Terdengar batuk keras beruntun dari dalam kereta yang mempunyai pintu di samping kanan kiri.

"Masih jauhkah Hutan Karimun, Pandora?" tanya orang di dalam kereta setelah batuknya mereda.

"Tidak, Tuan," sahut kusir yang dipanggil Pandora. "Hutan Karimun sudah di depan kita."

"Syukurlah...!" sambut orang di dalam kereta yang temyata majikan Pandora.

Nada suaranya menyiratkan perasaan lega. Seketika suasana kembali hening setelah orang yang berada di dalam kereta menghentikan ucapannya. Kini yang terdengar hanya derap langkah dua ekor kuda dan suara gemeretak roda kereta.

"Mudah-mudahan tidak ada orang persilatan yang mencium kepergian kita," ucap orang yang berada di dalam kereta penuh harap. "Hhh...! Sepasang Iblis Gurun Banjar benar-benar tangguh."

“Tapi biar bagaimanapun Tuan berhasil mengalahkan mereka," bantah Pandora. Hatinya tidak senang mendengar majikannya memuji-muji sepasang iblis itu. "Padahal Tuan belum menggunakan mantel pusaka...."

"Jangan sebut-sebut benda itu lagi, Pandora," tegur orang di dalam kereta tidak senang

"Maafkan aku, Tuan," desah Pandora. Dari nada suaranya dapat dirasakan adanya penyesalan.

"Sampai kapan pun aku tidak akan menggunakan benda itu. Dan kepergianku membawanya bukan karena aku ingin memilikinya. Tapi karena aku tidak ingin pusaka ini jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab! Biarlah pusaka-pusaka leluhurku ini tidak mendapatkan ahli waris, daripada jatuh ke tangan orang-orang sesat seperti Sepasang Iblis Gurun Banjar! Kau mengerti, Pandora?"

"Mengerti, Tuan," sahut kusir yang kepalanya tertutup caping bambu dengan suara mendesah.

Orang yang berada di dalam kereta menghentikan ucapannya. Sementara Pandora pun tidak berkata kata lagi. Pelayan setia yang merangkap sebagai kusir ini sibuk melecutkan cambuk, memaksa kuda-kuda penarik kereta terus melangkah.

Tapi tiba-tiba Pandora memandang berkeliling. Sepasang matanya merayapi pohon-pohon di sekitar penuh curiga. Pendengaran Pandora yang tajam menangkap suara-suara mencurigakan di sekelilingnya. Tentu saja hal ini membuat urat-urat syarafnya menegang.



Dan kecurigaan Pandora memang beralasan. Baru beberapa tombak kereta kuda itu bergerak maju, tiba-tiba terdengar suara berdesingan nyaring yang disusul berkelebatannya beberapa benda berkilat ke arahnya dan juga ke arah kuda-kuda penarik kereta.

"Hmh...!"

Pandora hanya mendengus. Cepat laksana kilat cambuknya berkelebat

Ctar, ctar, ctar...!

Terdengar suara lecutan beberapa kali. Dan seketika itu juga benda-benda berkilat yang ternyata adalah beberapa bilah pisau terbang rontok ke tanah. Tidak satu pun pisau-pisau terbang yang lolos dari sambaran cambuk. Jelas, kalau kusir ini bukan kusir sembarangan.

Bertepatan dengan runtuhnya pisau-pisau terbang, tiba-tiba dari balik rerimbunan pohon dan semak yang lebat melesat beberapa sosok bayangan.

"Ada ара, Pandora?" tanya orang di dalam kereta. Rupanya majikan Pandora juga mendengar keributan di luar.

"Tidak ada apa-apa, Tuan," jawab Pandora cepat "Hanya hambatan kecil,"

Setelah menjawab pertanyaan sang Majikan, Pandora memandang lurus ke depan. Di hadapan kereta, kini menghadang beberapa sosok berpakaian serba hitam. Pandora menghitung jumlah penghadang dengan matanya. Tujuh orang, desis kusir ini dalam hati.

"Mengapa kalian menghadang perjalananku?" tanya Pandora tenang.

Jelas kalau kusir ini tidak menganggap hadangan tujuh orang berpakaian hitam sebagai masalah besar.

"Serahkan pusaka peninggalan Iblis Hitam. Baru kami biarkan kalian melanjutkan perjalanan," ucap laki-laki bertubuh kurus dan berwajah kuning yang rupanya pimpinan penghadang.

"Hm...,"

Pandora bergumam tak jelas. Dibukanya caping yang menutupi kepalanya. Kini wajah kusir itu tertihat jelas di bawah keremangan cahaya bulan. Tampak jelas kalau Pandora temyata adalah seorang kakek. Kulit wajahnya yang berwarna coklat dipenuhi bintik-bintik putih.

"Cepat serahkan pusaka itu sebelum kesabaran kami hilangl" bentak laki-laki berwajah kuning bernada peringatan.

"Kalian sudah buta rupanya! Mengapa meminta pusaka peninggalan Iblis Hitam padaku?! Memangnya ada hubungan ара aku dengan Iblis Hitam?" sahut Pandora mengelak.

“Так usah pura-pura bodoh!" sergah si muka kuning cepat "Kau memang tidak memiliki pusaka itu. Tapi majikanmu yang di dalam memilikinya! Cepat serahkan! Atau..., kau ingin kami merebutnya dengan kekerasan?!"

Setelah berkata demikian, laki-laki bermuka kuning mengeliling ke arah kereta.

"Majikanku memilikinya? Kalian keliru rupanya! Majikanku bukan tokoh aliran sesat. Aра kau tidak pemah mendengar julukan Pendekar Golok Baja?" gertak kusir kereta kuda.

"Keparat! Kau kira kami bisa kau bodohi? Kami pun tahu kalau majikanmu berjuluk Pendekar Golok Baja! Tapi jangan kira kami bisa tertipu. Semua tokoh persilatan sudah tahu kalau majikanmu keturunan Iblis Hitam!" tandas pimpinan penghadang keras.

Wajah Pandora seketika pucat. Sungguh tidak disangka kalau rahasia majikannya sudah terbongkar. Entah siapa yang membocorkan rahasia yang selama Ini tersimpan rapi. Kalau begitu mulut tujuh orang ini harus dibungkam agar tidak menimbulkan bahaya yang lebih besar, tekad Pandora dalam hati.

"Kalau begitu, kalian harus mati! " tegas kakek berwajah bintik-bintik putih seraya melompat dari kereta.

"Ha ha ha...!" pimpinan penghadang tertawa bergelak. "Kaulah yang akan kami bereskan sebelum majikanmu yang kini sudah jadi macan ompong!"

Setelah berkata demikian, laki-laki berwajah kuning itu mengibaskan tangannya. Kontan enam orang anak buahnya segera melangkah maju.

Srattt, srattt...!

Sinar terang berkilatan begjtu tujuh orang ini menghunus senjata masing-masing. Tujuh orang berpakaian serba hitam itu temyata bersenjata pedang semua.

"Kalian bereskan pelayan busuk ini! Biar aku yang urus macan ompong itu!" perintah si muka kuning sambil menudingkan jari telunjuk ke arah kereta.

"Baik, Kang," sahut enam anak buahnya berbareng.

Perlahan-lahan laki-laki berwajah kuning mendekati kereta. Tapi baru beberapa tindak kakinya melangkah, tiba-tiba berkesiur angin dingin. Sesaat kemudian di hadapan si muka kuning telah berdiri Pandora.

"Langkahi dulu mayatku. Baru kalian bisa menjamah kereta ini!" ujar kakek berwajah bintik-bintik putih itu penuh wibawa.

"Kalau memang itu maumu, mampuslah kau...!" teriak pimpinan penghadang seraya menusukkan pedang ke arah perut Pandora.

Angin dingin bersiutan cukup keras sebelum tusukan pedang tiba. Tapi Pandora hanya mendengus. Kakek berwajah bintik-bintik putih ini memang bukan orang sembarangan. Dia adalah pelayan kesayangan Pendekar Golok Baja yang sudah puluhan tahun ikut majikannya.

Dan Pendekar Golok Baja yang tahu kesetiaan Pandora, tidak segan-segan menurunkan kepandaiannya kepada kakek itu. Walaupun tidak berbakat, tapi berkat ketekunan Pandoro akhimya sebagian besar ilmu sang Majikan berhasil dikuasai.

Мака tidak mengherankan ketika menghadapi tusukan pedang lawan, kakek berwajah bintik-bintik putih itu tidak menjadi gugup. Segera kakinya dilangkahkan ke kanan seraya mendoyongkan tubuh, sehingga serangan lawan lewat di sebelah kiri pinggangnya.

Belum lagi si muka kuning sempat berbuat sesuatu, tangan Pandora cepat melakukan bacokan dengan sisi tangan dimiringkan pada pergelangan tangan yang menggenggam pedang. Laki-laki berwajah kuning itu kaget dan berusaha menarik pulang tangannya. Tapi ...

"Akh...!"

Pimpinan penghadang memekik tertahan. Pergelangan tangan yang terkena bacokan pelayan Pendekar Golok Baja terasa seperti patah tulangnya. Dan seketika itu pula pedangnya terlepas dari genggaman.

Tidak hanya sampai di situ saja yang dilakukan Pandora. Secepat bacokan tangan kosongnya mengenai sasaran, secepat itu pula posisi tangannya dikepalkan. Dan langsung dihantamkan ke wajah lawan dengan punggung tangan.

Desss!

"Akh...!"

Untuk ke dua kalinya laki-laki berwajah kuning memekik ketika pukulan Pandora telak dan keras menghantam wajahnya. Dan seketika itu pula terdengar suara berderak keras dari tulang-tulangnya yang retak.

Sesaat tubuh pimpinan penghadang itu menggelepar-gelepar. Sekejap kemudian tubuhnya sudah tidak bergerak lagi untuk selamanya dengan hidung dan mulut mengalir darah segar! Rupanya Pandora yang tengah dilanda rasa cemas telah mengerahkan seluruh kepandaian yang dimilikinya.

Melihat pemimpinnya tewas, tentu saja enam penghadang lain menjadi terkejut Keenam orang berpakaian serba hitam itu sama sekali tak menyangka kalau ketua mereka dapat ditewaskan pelayan Pendekar Golok Baja secara mudah.

Memang kejadian itu berlangsung begitu cepet, sehingga mereka tidak sempat berbuat apa-apa. Sesaat lamanya keenam orang itu terpaku menatap mayat ketuanya, seolah-olah tak percaya pada ара yang dilihatnya.

Tapi begitu orang-orang itu sadar dari keterpakuan, kemarahan yang amat sangatlah yang timbul. Disertai teriakan nyaring, enam laki-laki berpakaian serba hitam menerjang Pandora.

Sinar-sinar berkilat dari enam batang pedang yang berkelebatan ke arah pelayan Pendekar Golok Baja untuk beberapa saat membuat suasana malam yang remang-remang menjadi terang.

Melihat lawan-lawannya menyerang kalap. Pandora tetap bersikap tenang. Sekali lihat saja pelayan setia berwajah bintik-bintik putih itu sudah dapat mengukur tingkat kepandaian enam laki-laki berpakaian serba hitam.

Dan dengan mengandalkan kepandaian yang jauh di atas lawan-lawannya, enak saja Pandora mengelakkan semua serangan. Tubuhnya menyelinap di antara kelebatan sinar pedang yang sewaktu-waktu bisa saja merenggut selembar nyawanya.

Memang, dengan ilmu meringankan tubuh yang jauh di atas lawan-lawannya, tidak sulit bagi Pandora mengelakkan hujan senjata lawan. Dan begitu kakek Ini balas menyerang, terdengar jerit memilukan saling susul yang diiringi dengan robohnya enam penghadang satu demi satu. Roboh dan tidak pernah bangkit lagi untuk selamanya!

Dalam waktu singkat sudah tidak ada lagi lawan yang berdiri tegak. Semua penghadang telah bergeletakan bersimbah darah di tanah. Pandora memandangi tujuh mayat yang bergelimpangan di tanah dengan sorot mata sedih.

Kakek berwajah bintik-bintik putih ini membunuh tujuh orang lawan bukan karena jiwanya yang kejam, tapi karena terpaksa. Kalau mereka segera tidak dibunuh, Pandora khawatir orang-orang ini akan menyebarkan berita mengenai majikannya. Dan hal inilah yang ingin dihindari pelayan setia Pendekar Golok Baja.

Orang-orang persilatan memang sudah lama mengincar pusaka peninggalan Iblis Hitam. Sedangkan majikannya yang menyimpan pusaka itu adalah keturunan Iblis Hitam.

Dan seandainya tokoh-tokoh persilatan tahu siара majikannya, sudah dapat dipastikan kalau mereka akan memburu Pendekar Golok Baja. Sedangkan pendekar itu kini sedang dalam keadaan terluka parah.

"Hhh...!"

Pandora menghela napas panjang untuk menguatkan hatinya yang agak terguncang. Pelayan setia ini sadar kalau bukan hanya untuk sekali ini saja dirinya harus bertindak keras. Seandainya tokoh tokoh persilatan telah mencium berita tentang pusaka peninggalan Iblis Hitam ada di tangan Pendekar Golok Baja, mau tidak mau dia harus bertindak kejam untuk menyelamatkan majikannya. Dan juga pusaka warisan Iblis Hitam tentunya.

Pandora kembali menaiki kereta. Tapi baru saja pantatnya diletakkan, terdengar teguran dari dalam kereta.

"Bagaimana, Pandora?"

"Maafkan aku, Tuan. Aku terpaksa membunuh mereka."

"Hhh...!"

Terdengar suara hempasan napas berat dari dalam kereta. Tapi biar bagaimanapun, Pendekar Golok Baja tidak bisa menyalahkan perbuatan pelayan setianya. Tadi, pendekar ini juga telah mendengar pembicaraan antara Pandora dengan rombongan penghadang. Mungkin seandainya dirinya tidak teriuka parah, dia pun akan turun tangan membantu Pandora.

Pandora kembali menghentakkan tali kekang kuda sambil mendecakkan mulutnya. Dan kereta itu bergerak kembali setelah beberapa saat tertahan. Kereta kuda terus bergerak di bawah keremangan malam memasuki Hutan Karimun.

"Pandora...," kembali terdengar suara teguran pelan dari dalam kereta.

"Ada ара, Tuan?" tanya Pandora.

"Setelah tiba di tempat tinggal paman guruku, kau boleh pergi, Pandora."

"Maksud, Tuan...?" tanya Pandora gugup. Jelas ada keterkejutan yang amat sangat dalam nada suaranya.

"Barangkali kau ingin bebas..., tidak terikat Aku ikhlas. Pandora," sambung Pendekar Golok Baja.

"Tidak, Tuan," bantah Pandora tegas. "Aku tidak akan meninggalkan Tuan. Kecuali..., Tuan sudah tidak membutuhkanku lagi...."

Seketika suasana menjadi hening ketika Pandora menyelesaikan ucapannya. Baik Pendekar Golok Baja maupun pelayan setianya tidak berkata apa-apa. Keduanya tenggelam dalam lamunan masing-masing.

Sesekali Pandora melecutkan cambuk bila melihat langkah kudanya mulai pelan. Sedangkan Pendekar Golok Baja masih tenggelam dalam lamunannya. Orang yang disebut paman guru, sebenarnya adalah gurunya sendiri Karena gurunya adalah adik seperguruan ayahnya.

"Hhh...!" Pendekar Golok Baja menghela napas berat "Berhenti dulu, Pandora...!"

Kakek berwajah bintik-bintik putih segera menarik tali kekang, sehingga kuda-kuda penarik kereta menghentikan larinya.

"Ada ара, Tuan?" tanya Pandora.

"Aku ingin duduk di luar saja, Pandora," sahut Pendekar Golok Baja, seraya membuka pintu kereta.

Melihat hal ini, buru-buru pelayan setia itu melompat dari tempat duduknya. Ingin membantu sang Majikan naik ke sebelah tempat duduk kusir.

“Tidak usah, Pandora," cegah Pendekar Golok Baja. "Biar aku naik sendiri."

Pandora pun mengurungkan niatnya. Baru setelah Pendekar Golok Baja sudah duduk di sebelah kursi kusir, dia bergegas naik dan duduk di kursinya.

"Mengapa Tuan pindah kemari?" tanya pelayan setia itu heran.

"Aku ingin berbincang-bincang denganmu, Pandora," sahut sang Majikan.

Pandora hanya mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti. Kemudian menghentakkan tali kekang seraya berdecak pelan. Sesaat kemudian kuda-kuda itu pun sudah kembali melangkah. Dan roda kereta kembali bergulir, menembus kegelapan Hutan Karimun.

"Pandora...," ucap Pendekar Golok Baja ketika kereta sudah bergerak cukup jauh.

"Ya, Tuan," sahut Pandora sambil memalingkan wajahnya, menatap majikannya.

Dilihatnya seraut wajah pucat dari seorang laki-laki gagah berusia lima puluh tahun. Raut wajahnya kelihatan keras dihiasi cambang lebat. Dan, pakaian sang Majikan yang berwama putih kian menambah kewibawaan.

"Aku masih terharu kalau teringat kebaikan paman guru."

"Maksud, Tuan?" tanya Pandora, masih belum mengerti.

"Coba pikir. Pandora. Kau kan tahu bagaimana hubungan antara kakekku dengan ayah paman guru,bukan?"

Kakek berwajah bintik-bintik putih itu menganggukkan kepala.

"Kakek Tuan adalah kakak seperguman ayah paman guru Tuan."

"Benar," jawab Pendekar Golok Baja sambil menganggukkan kepala.

"Tapi, kau tahu cerita selanjutnya, Pandora?"

"Hanya sedikit, Tuan," jawab pelayan setia itu sejujumya. Memang, kakek ini hanya tahu sedikit mengenai leluhur majikannya.

Pandora tidak berani lancang, bertanya kalau tidak majikannya sendiri yang membicarakannya.

"Hampir seratus tahun lalu," ucap Pendekar Golok Baja memulai cerita.

"Kakek punya adik seperguruan, yaitu ayah paman guru. Tapi, antara kakek dengan adik seperguruannya ada pertentangan pendirian Kakek mengambil jalan sesat Dan akhimya menjadi datuk sesat yang tidak terkalahkan, berjuluk Iblis Hitam. Sementara adik seperguruan kakek tetap mengambil jalan lurus. Akibatnya hubungan antara kakek dan adik seperguruannya pun putus."

Pendekar Golok Baja menghentikan ceritanya sebentar. Sementara Pandora tetap mendengarkan cerita majikannya penuh perhatian.

"Kebrutalan kakek dilanjutkan ayah. Ayah menggantikan kedudukan kakek sebagai Iblis Hitam."

Kembali Pendekar Golok Baja menghentikan cerita. Sepasang matanya, dan juga wajahnya mendadak berubah muram. Jelas kalau kelanjutannya amat menyedihkan hatinya.

"Suatu hari, selagi hendak memperkosa seorang gadis pendekar, beliau dikeroyok orang-orang persilatan aliran putih yang sudah sejak lama mengincarnya. Betapapun saktinya ayah, tapi karena jumlah pengeroyok terlalu banyak, akhimya beliau terdesak hebat dan terluka parah."

"Ya, aku pun telah mendengar cerita itu, Tuan," selak Pandora, begitu sang Majikan menghentikan ceritanya. "Kalau saja saat itu ayah Tuan sempat mengenakan mantel pusaka, beliau tak mungkin bisa dilukai."

"Hhh...!"

Pendekar Golok Baja menghela napas berat. "Kedatangan para pengeroyok ayah terlalu tiba-tiba, Pandora. Beliau tidak sempat mengenakan kembali mantel pusaka...."

“Tapi, meskipun tanpa pusaka itu.... Ayah Tuan masih mampu menunjukkan kelihaiannya. Beliau mampu meloloskan diri dari kepungan para pengeroyok, dan membawa lari mantel pusaka."

Pendekar Golok Baja mengangguk-anggukkan kepala. "Ada beberapa hal yang membuatku kagum pada almarhum ayah," ucap Pendekar Golok Baja lagi.

Pandora terdiam seketika, menunggu kelanjutan ucapan majikannya.

"Hal pertama yang membuatku kagum adalah pesan pertama beliau padaku..."

"Pesan ара, Tuan?" tanya Pandora.

"Ayah berpesan, aku tidak boleh membalas dendam atas kematiannya."

Pandora mengangguk-anggukkan kepala. Memang dia sudah mendengar semua pesan yang ditujukan pada Pendekar Golok Baja sebelum ayah majikannya itu menghembuskan napas terakhir.

"Kau tahu pesan ayah yang lain, Pandora?"

“Tahu, Tuan."

"Ара itu, Pandora?" tanya Pendekar Golok Baja Ingin tahu.

"Majikan Tuan memberi nasihat agar Tuan tidak mengikuti jejak leluhur Tuan," jawab Pandora.

"Itulah yang menyebabkan aku kagum pada Ayah," ucap Pendekar Golok Baja lagi dengan suara mendesah.

Ingatannya langsung menerawang pada kejadian puluhan tahun silam. Di saat menjelang ajal, Iblis Hitam memberikan pesan pesan terakhir pada kedua anak dan pembantunya.

Pendekar Golok Baja saat itu baru berusia tujuh belas tahun. Sedangkan adiknya sepuluh tahun. Sementara Pandora berusia tiga puluh tahunan. Saat itu Iblis Hitam menyuruh Pandora mengantar kedua majikan mudanya ke Hutan Karimun, menjumpai adik sepergumannya. Juga tak lupa datuk sesat itu menitipkan sebuah surat untuk adik seperguruannya yang menyepi di Hutan Karimun. Setelah meninggalkan pesan, Akhimya Iblis Hitam menghembuskan napas terakhir.

Tanpa sempat mengubur mayat Iblis Hitam, Pandora segera membawa kedua anak majikannya ke Hutan Karimun. Pelayan setia itu khawatir para pengeroyok yang mengejar Iblis Hitam keburu datang. Dan bila hal itu sampai terjadi, celakalah nasib kedua majikan mudanya.

"Hhh...!" untuk kesekian kalinya Pendekar Golok Baja menghela napas berat.

Ada rasa hambar yang melanda haflnya setiap kali teringat almarhum ayahnya. Bagaimana tidak? Sang Ayah meninggal di depan matanya sementara dia tidak sempat mengubur mayatnya.

Pandora menolehkan kepala. Sepasang matanya yang sejak tadi menatap ke depan, kini beralih memandang wajah majikannya penuh selidik. Pendekar Golok Baja pun menatap wajah pelayan setianya lekat-lekat.

"Ada yang meresahkan hati Tuan?" tanya kakek berwajah bintik-bintik putih itu setengah hati.

Sebenarnya dia ingin membantu meringankan keruwetan pikiran majikannya, tapi khawatir dituduh lancang.

"Aku teringat pada Adi Kala Sunggi...," desah Pendekar Golok Baja pelan. Suaranya hampir tidak terdengar.





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

No comments:

Post a Comment