Gayatri memekik keras begitu merasakan sekujur tubuhnya bergetar hebat tatkala kebutannya berbenturan dengan guci Dewa Arak Dan tanpa dapat ditahan lagi, tubuhnya terhuyung-huyung dua langkah ke belakang. Sekujur tangan yang memegang kebutan terasa sakit-sakit.
Sementara Dewa Arak hanya tergetar saja. Jelas, kalau tenaga dalam yang dimiliki wanita pesolek ini masih berada di bawah Arya.
"Hup!"
Ringan tanpa suara tubuh Janggulapati mendarat di tanah. Dan secepat kedua kakinya hinggap, secepat itu pula pedang pendek di tangan kirinya ditusukkan ke arah perut Arya.
Dengan perhitungan matang seorang yang memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi, Arya mendoyongkan tubuh ke samping kiri sehingga serangan pedang pendek itu lewat setengah jengkal di sebelah kanannya
Belum lagi Dewa Arak sempat balas menyerang, kebutan di tangan Gayatri kembali menyambar. Tapi kali ini tidak menegang kaku seperti sebelumnya, melainkan lemas. Dan menyabet keras ke arah pelipis Arya. Angin yang bercicitan keras mengiringi tibanya serangan itu.
Lagi-lagi Dewa Arak mempertunjukkan kelihaiannya. Serangan kebutan Gayatri dielakkan hanya dengan menarik kepalanya ke belakang.
Dewa Arak memang sudah bertekad untuk menghabisi nyawa Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar. Begitu mendapat kesempatan, pemuda berambut putih keperakan ini tanpa ragu-ragu lagi segera melancarkan serangan balasan.
Sesaat kemudian, ketiga tokoh sakti ini sudah terlibat dalam pertarungan seru dan menarik.
Kembali untuk yang kesekian kalinya Dewa Arak harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar ternyata bukanlah tokoh sembarangan. Mereka adalah tokoh-tokoh hitam yang memiliki kepandaian tinggi
Kalau saja menghadapi mereka satu lawan satu, tidak terlalu sulit bagi Dewa Arak untuk mengalahkan mereka. Tapi, karena kedua datuk sesat ini maju berbareng, tak urung pemuda berambut putih keperakan ini jadi kewalahan juga.
Kepandaian satu orang Alap-Alap Bukit Gantar saja hanya berselisih sedikit dengan Arya. Maka dapat dibayangkan betapa hebatnya kalau kedua suami istri ini maju berbareng. Dan yang lebih hebat lagi, dengan maju berbareng mereka dapat saling bantu.
Arya menggertakkan gigi. Dalam kemarahan yang meluap, dan tekad untuk melenyapkan manusia-manusia bermoral bejat itu untuk selama-lamanya, Dewa Arak mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Dan dengan sendirinya pemuda berpakaian ungu ini pun berada dalam puncak kemampuannya.
Hebat bukan main pertarungan antara Dewa Arak melawan Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar. Dan seperti juga Arya, sepasang tokoh sesat itu adalah tokoh-tokoh yang memiliki ilmu meringankan tubuh luar biasa! Akibatnya, pertarungan antara ketiga orang itu berlangsung cepat
Tak terasa lima puluh jurus telah berlalu, dan sampai sejauh itu belum nampak tanda-tanda ada yang akan terdesak. Sementara keadaan arena pertarungan sudah porak-poranda.
Suara meledak-ledak, mendesing, mengaung mengiringi pertarungan ketiga orang itu. Membuat tanah terbongkar di sana-sini. Dan debu pun mengepul tinggi ke udara. Bahkan batu besar dan kecil pun beterbangan ke sana kemari.
Berbeda dengan Dewa Arak yang belum mampu mendesak lawan, Melati justru sudah mulai dapat menekan lawannya. Samiaji kini hanya mampu mengelak, sesekali menangkis, dan hanya kadang-kadang saja melakukan serangan balasan.
Pemuda bertubuh pendek kekar ini memang kalah segala-galanya bila dibanding lawannya. Kalah dalam hal ilmu meringankan tubuh, tenaga dalam, dan juga mutu ilmu silat. Melati dengan 'Ilmu Pedang Seribu Naga'nya membuat pemuda ini mati kutu.
Janggulapati dan Gayatri cemas bukan main melihat keadaan Samiaji. Sungguh tidak mereka sangka kalau Dewa Arak mampu menahan serangan mereka sampai sekian lamanya.
Sudah hampir enam puluh jurus mereka bertarung, tapi belum ada satu pun serangan mereka yang berhasil mengenai tubuh Arya. Dan ini tentu saja membuat Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar cemas.
Menilik dari keadaan, mereka yakin kalau Dewa Arak tidak akan bisa dirobohkan dalam waktu singkat. Sementara keadaan Samiaji sudah demikian gawat!
"Haaat..!"
Samiaji tidak sabar lagi. Tanpa mempedulikan pertahanan lagi, pemuda bertubuh pendek kekar ini melompat menerjang Melati. Tongkat berujung bulan sabit di tangannya ditusukkan ke arah dada gadis berpakaian putih itu.
"Hih...!"
Melati menekuk punggungnya ke belakang sehingga serangan Samiaji lewat di atas dadanya. Dan begitu tubuh pemuda bertubuh pendek kekar itu lewat di atas tubuhnya, tangan Melati bergerak cepat
Singgg, crattt..!
Pedang di tangan Melati menyobek tubuh Samiaji. Mulai dari perut sampai ke leher. Seketika itu juga darah menyembur deras dari luka murid tunggal Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar yang menganga lebar.
Melati tentu saja tidak mau terkena cipratan darah itu. Maka cepat laksana kilat, begitu pedangnya berkelebat, tubuhnya pun melenting ke atas.
"Samiaji...!"
Janggulapati memekik keras melihat muridnya menggelepar-gelepar mengerang nyawa. Tanpa mempedulikan Dewa Arak lagi, tubuhnya segera melesat ke arah Melati yang masih berada di udara. Dan seiring tubuhnya melesat, sepasang pedang pendeknya menyambar cepat ke arah Melati.
Arya kaget bukan main melihat perbuatan Janggulapati. Saat ini posisi Melati sama sekali tidak memungkinkan untuk menangkis, apalagi mengelakkan serangan yang datang begitu tiba-tiba itu.
Gadis itu berada dalam bahaya besar! Dan dia harus cepat menolong kalau ingin kekasihnya selamat. Tapi, pada saat yang sama, Gayatri tengah melancarkan serangan bertubi-tubi dengan menggunakan kebutannya. Serangan-serangan itu mengancam ke arah berbagai bagian tubuh yang mematikan.
"Hih...!"
Dewa Arak memekik keras. Dan dengan keistimewaan ilmu 'Belalang Sakti', tubuhnya dibanting ke tanah seraya menghentakkan kedua tangannya ke arah tubuh Janggulapati yang tengah melayang ke arah Melati.
Wusss!
Angin keras berhawa panas menyengat keluar dari kedua tangan Dewa Arak yang dihentakkan. Inilah jurus 'Pukulan Belalang'!
Janggulapati terkejut bukan main melihat hal ini. Posisinya yang sudah berada di udara tidak memungkinkannya lagi untuk menangkis. Tidak ada jalan lain baginya kecuali menggeliatkan tubuh sebisa-bisanya untuk mengelakkan serangan itu.Tapi....
Bresss!
Usaha laki-laki berpakaian hitam ini sia-sia belaka. Pukulan jarak jauh yang dikirimkan Arya tetap mengenai tubuhnya. Seketika itu juga tubuh Janggulapati melayang. Terdengar jeritan menyayat mengiringi terlontarnya tubuh laki-laki berpakaian hitam itu. Tokoh sesat ini tewas seketika sebelum tubuhnya menyentuh tanah.
Gayatri memekik keras melihat keadaan suaminya. Seketika itu juga wanita pesolek ini melesat cepat ke arah Arya. Bulu-bulu kebutannya yang menegang kaku seperti tombak, menusuk cepat ke arah ubun-ubun Arya.
Tentu saja Melati tidak tinggal diam melihat adanya bahaya yang mengancam keselamatan kekasihnya. Cepat tangan kanannya dikibaskan. Dan....
Singgg...!
Dengan diiringi suara mendesing yang menyakitkan telinga, pedang di tangan gadis berpakaian putih ini melesat memapak tubuh Gayatri yang tengah meluncur ke arah Dewa Arak.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan Melati. Berbarengan pedangnya dilontarkan, kedua tangannya dihentakkan. Jari-jari kedua tangannya terkembang membentuk cakar naga. Inilah jurus 'Naga Merah Membuang Mustika'.
Gayatri terkejut bukan main melihat datangnya serangan yang meluruk cepat ke arahnya. Wanita pesolek ini tahu kalau dia nekat meneruskan serangan pada Dewa Arak, maka sebelum serangannya tiba, pedang yang dilontarkan Melati akan lebih dulu menghunjam tubuhnya.
Sehingga mau tak mau dia terpaksa mambatalkan serangan pada orang yang telah menewaskan suaminya. Kini kebutan itu digunakan untuk menangkis serangan.
Tranggg...!
Terdengar suara berdentang keras seperti beradunya dua logam. Pedang Melati terlempar jatuh ke tanah, sementara bulu-bulu kebutan yang tadi menegang kaku kembali melemas.
Dan sebelum Gayatri sempat berbuat sesuatu, serangan susulan dari Melati telah menyambar tiba. Wanita pesolek ini kaget bukan main. Sebisa-bisanya dia berusaha mengelak. Tapi....
Bresss...!
Telak dan keras sekali pukulan jarak jauh yang dilancarkan Melati mengenai sasaran. Tubuh Gayatri langsung terpental balik, diiringi jeritan menyayat dari mulutnya.
Brukkk!
Terdengar suara berdebuk keras begitu tubuh wanita pesolek itu terhempas di tanah. Gayatri menggelepar-gelepar sesaat, sebelum akhirnya diam tidak bergerak lagi
"Hup!"
Ringan tanpa suara Melati mendaratkan kedua kakinya di tanah. Sesaat kemudian, dia sudah berlari menghampiri Arya. Berbareng dengan Karina dan Mawar yang menghambur juga ke arah Dewa Arak
Mawar berdiri terpaku di depat mayat Samiaji. Sepasang mata gadis ini nampak berkaca-kaca. Puas sudah perasaan hatinya kini. Dendamnya telah dibalaskan oleh saudara kembarnya sendiri.
Sesaat kemudian, suasana gembira pun segera menyelimuti hati mereka. Dengan perasaan haru bercampur gembira, Karina dan Mawar memeluk Melati. Musuh-musuh mereka kini telah tewas. Tidak ada lagi ancaman yang datang.
Arya tinggal bersama keluarga Melati selama dua hari. Dan baru pada hari ke tiga, pemuda berambut putih keperakan ini mohon pamit untuk melanjutkan pengembaraannya.
"Mengapa begitu terburu-buru, Arya?" Karina berusaha mencegah. "Tinggallah beberapa hari lagi bersama kami."
"Bukannya aku tidak suka tinggal di sini, Bu," sahut Arya sambil tersenyum lebar. "Tapi, perjalananku masih sangat panjang. Masih banyak orang yang butuh bantuanku."
Bukan hanya Karina dan Mawar saja yang merasa keberatan. Diam-diam Melati pun merasa keberatan juga.
Arya tentu saja mengetahuinya. "Biarlah Melati yang menemani Ibu dan Mawar di sini.... "
"Tapi, Kang..,"
Melati terkejut bukan main mendengar ucapan kekasihnya. Hatinya terasa berat untuk berpisah dengan Arya. Gadis berpakaian putih ini berada dalam posisi yang sulit. Kalau menurutkan perasaan hatinya, rasanya akan lebih baik kalau Arya tinggal beberapa hari lagi sehingga dia tidak perlu berpisah dengan orang-orang yang dicintainya.
Tapi Melati sadar kalau hal itu tidak mungkin. Arya adalah seorang pendekar. Dan masih banyak tugas yang harus dikerjakan kekasihnya itu.
"Tinggallah bersama ibumu, Melati," sahut Arya buru-buu. "Toh, tidak sulit bagimu untuk mengikuti jejakku. Lagi pula, seandainya masih ada orang yang berniat jelek pada keluargamu, kau dapat melindungi mereka."
Melati tidak dapat membantah ucapan tunangannya. Dan Arya pun segera pergi dari situ. Dewa Arak melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
"Selamat tinggal, Melati," ucap Arya sambil melambaikan tangan
"Selamat jalan, Kang," sahut Melati.
Tangan gadis ini balas melambai. Sementara Karina dan Mawar hanya memandang kepergian Arya sambil tersenyum lebar. Sedangkan Melati terus menatapi tubuh Arya sampai lenyap di kejauhan. SELESAI
Sementara Dewa Arak hanya tergetar saja. Jelas, kalau tenaga dalam yang dimiliki wanita pesolek ini masih berada di bawah Arya.
"Hup!"
Ringan tanpa suara tubuh Janggulapati mendarat di tanah. Dan secepat kedua kakinya hinggap, secepat itu pula pedang pendek di tangan kirinya ditusukkan ke arah perut Arya.
Dengan perhitungan matang seorang yang memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi, Arya mendoyongkan tubuh ke samping kiri sehingga serangan pedang pendek itu lewat setengah jengkal di sebelah kanannya
Belum lagi Dewa Arak sempat balas menyerang, kebutan di tangan Gayatri kembali menyambar. Tapi kali ini tidak menegang kaku seperti sebelumnya, melainkan lemas. Dan menyabet keras ke arah pelipis Arya. Angin yang bercicitan keras mengiringi tibanya serangan itu.
Lagi-lagi Dewa Arak mempertunjukkan kelihaiannya. Serangan kebutan Gayatri dielakkan hanya dengan menarik kepalanya ke belakang.
Dewa Arak memang sudah bertekad untuk menghabisi nyawa Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar. Begitu mendapat kesempatan, pemuda berambut putih keperakan ini tanpa ragu-ragu lagi segera melancarkan serangan balasan.
Sesaat kemudian, ketiga tokoh sakti ini sudah terlibat dalam pertarungan seru dan menarik.
Kembali untuk yang kesekian kalinya Dewa Arak harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar ternyata bukanlah tokoh sembarangan. Mereka adalah tokoh-tokoh hitam yang memiliki kepandaian tinggi
Kalau saja menghadapi mereka satu lawan satu, tidak terlalu sulit bagi Dewa Arak untuk mengalahkan mereka. Tapi, karena kedua datuk sesat ini maju berbareng, tak urung pemuda berambut putih keperakan ini jadi kewalahan juga.
Kepandaian satu orang Alap-Alap Bukit Gantar saja hanya berselisih sedikit dengan Arya. Maka dapat dibayangkan betapa hebatnya kalau kedua suami istri ini maju berbareng. Dan yang lebih hebat lagi, dengan maju berbareng mereka dapat saling bantu.
Arya menggertakkan gigi. Dalam kemarahan yang meluap, dan tekad untuk melenyapkan manusia-manusia bermoral bejat itu untuk selama-lamanya, Dewa Arak mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Dan dengan sendirinya pemuda berpakaian ungu ini pun berada dalam puncak kemampuannya.
Hebat bukan main pertarungan antara Dewa Arak melawan Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar. Dan seperti juga Arya, sepasang tokoh sesat itu adalah tokoh-tokoh yang memiliki ilmu meringankan tubuh luar biasa! Akibatnya, pertarungan antara ketiga orang itu berlangsung cepat
Tak terasa lima puluh jurus telah berlalu, dan sampai sejauh itu belum nampak tanda-tanda ada yang akan terdesak. Sementara keadaan arena pertarungan sudah porak-poranda.
Suara meledak-ledak, mendesing, mengaung mengiringi pertarungan ketiga orang itu. Membuat tanah terbongkar di sana-sini. Dan debu pun mengepul tinggi ke udara. Bahkan batu besar dan kecil pun beterbangan ke sana kemari.
Berbeda dengan Dewa Arak yang belum mampu mendesak lawan, Melati justru sudah mulai dapat menekan lawannya. Samiaji kini hanya mampu mengelak, sesekali menangkis, dan hanya kadang-kadang saja melakukan serangan balasan.
Pemuda bertubuh pendek kekar ini memang kalah segala-galanya bila dibanding lawannya. Kalah dalam hal ilmu meringankan tubuh, tenaga dalam, dan juga mutu ilmu silat. Melati dengan 'Ilmu Pedang Seribu Naga'nya membuat pemuda ini mati kutu.
Janggulapati dan Gayatri cemas bukan main melihat keadaan Samiaji. Sungguh tidak mereka sangka kalau Dewa Arak mampu menahan serangan mereka sampai sekian lamanya.
Sudah hampir enam puluh jurus mereka bertarung, tapi belum ada satu pun serangan mereka yang berhasil mengenai tubuh Arya. Dan ini tentu saja membuat Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar cemas.
Menilik dari keadaan, mereka yakin kalau Dewa Arak tidak akan bisa dirobohkan dalam waktu singkat. Sementara keadaan Samiaji sudah demikian gawat!
"Haaat..!"
Samiaji tidak sabar lagi. Tanpa mempedulikan pertahanan lagi, pemuda bertubuh pendek kekar ini melompat menerjang Melati. Tongkat berujung bulan sabit di tangannya ditusukkan ke arah dada gadis berpakaian putih itu.
"Hih...!"
Melati menekuk punggungnya ke belakang sehingga serangan Samiaji lewat di atas dadanya. Dan begitu tubuh pemuda bertubuh pendek kekar itu lewat di atas tubuhnya, tangan Melati bergerak cepat
Singgg, crattt..!
Pedang di tangan Melati menyobek tubuh Samiaji. Mulai dari perut sampai ke leher. Seketika itu juga darah menyembur deras dari luka murid tunggal Sepasang Alap-Alap Bukit Gantar yang menganga lebar.
Melati tentu saja tidak mau terkena cipratan darah itu. Maka cepat laksana kilat, begitu pedangnya berkelebat, tubuhnya pun melenting ke atas.
"Samiaji...!"
Janggulapati memekik keras melihat muridnya menggelepar-gelepar mengerang nyawa. Tanpa mempedulikan Dewa Arak lagi, tubuhnya segera melesat ke arah Melati yang masih berada di udara. Dan seiring tubuhnya melesat, sepasang pedang pendeknya menyambar cepat ke arah Melati.
Arya kaget bukan main melihat perbuatan Janggulapati. Saat ini posisi Melati sama sekali tidak memungkinkan untuk menangkis, apalagi mengelakkan serangan yang datang begitu tiba-tiba itu.
Gadis itu berada dalam bahaya besar! Dan dia harus cepat menolong kalau ingin kekasihnya selamat. Tapi, pada saat yang sama, Gayatri tengah melancarkan serangan bertubi-tubi dengan menggunakan kebutannya. Serangan-serangan itu mengancam ke arah berbagai bagian tubuh yang mematikan.
"Hih...!"
Dewa Arak memekik keras. Dan dengan keistimewaan ilmu 'Belalang Sakti', tubuhnya dibanting ke tanah seraya menghentakkan kedua tangannya ke arah tubuh Janggulapati yang tengah melayang ke arah Melati.
Wusss!
Angin keras berhawa panas menyengat keluar dari kedua tangan Dewa Arak yang dihentakkan. Inilah jurus 'Pukulan Belalang'!
Janggulapati terkejut bukan main melihat hal ini. Posisinya yang sudah berada di udara tidak memungkinkannya lagi untuk menangkis. Tidak ada jalan lain baginya kecuali menggeliatkan tubuh sebisa-bisanya untuk mengelakkan serangan itu.Tapi....
Bresss!
Usaha laki-laki berpakaian hitam ini sia-sia belaka. Pukulan jarak jauh yang dikirimkan Arya tetap mengenai tubuhnya. Seketika itu juga tubuh Janggulapati melayang. Terdengar jeritan menyayat mengiringi terlontarnya tubuh laki-laki berpakaian hitam itu. Tokoh sesat ini tewas seketika sebelum tubuhnya menyentuh tanah.
Gayatri memekik keras melihat keadaan suaminya. Seketika itu juga wanita pesolek ini melesat cepat ke arah Arya. Bulu-bulu kebutannya yang menegang kaku seperti tombak, menusuk cepat ke arah ubun-ubun Arya.
Tentu saja Melati tidak tinggal diam melihat adanya bahaya yang mengancam keselamatan kekasihnya. Cepat tangan kanannya dikibaskan. Dan....
Singgg...!
Dengan diiringi suara mendesing yang menyakitkan telinga, pedang di tangan gadis berpakaian putih ini melesat memapak tubuh Gayatri yang tengah meluncur ke arah Dewa Arak.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan Melati. Berbarengan pedangnya dilontarkan, kedua tangannya dihentakkan. Jari-jari kedua tangannya terkembang membentuk cakar naga. Inilah jurus 'Naga Merah Membuang Mustika'.
Gayatri terkejut bukan main melihat datangnya serangan yang meluruk cepat ke arahnya. Wanita pesolek ini tahu kalau dia nekat meneruskan serangan pada Dewa Arak, maka sebelum serangannya tiba, pedang yang dilontarkan Melati akan lebih dulu menghunjam tubuhnya.
Sehingga mau tak mau dia terpaksa mambatalkan serangan pada orang yang telah menewaskan suaminya. Kini kebutan itu digunakan untuk menangkis serangan.
Tranggg...!
Terdengar suara berdentang keras seperti beradunya dua logam. Pedang Melati terlempar jatuh ke tanah, sementara bulu-bulu kebutan yang tadi menegang kaku kembali melemas.
Dan sebelum Gayatri sempat berbuat sesuatu, serangan susulan dari Melati telah menyambar tiba. Wanita pesolek ini kaget bukan main. Sebisa-bisanya dia berusaha mengelak. Tapi....
Bresss...!
Telak dan keras sekali pukulan jarak jauh yang dilancarkan Melati mengenai sasaran. Tubuh Gayatri langsung terpental balik, diiringi jeritan menyayat dari mulutnya.
Brukkk!
Terdengar suara berdebuk keras begitu tubuh wanita pesolek itu terhempas di tanah. Gayatri menggelepar-gelepar sesaat, sebelum akhirnya diam tidak bergerak lagi
"Hup!"
Ringan tanpa suara Melati mendaratkan kedua kakinya di tanah. Sesaat kemudian, dia sudah berlari menghampiri Arya. Berbareng dengan Karina dan Mawar yang menghambur juga ke arah Dewa Arak
Mawar berdiri terpaku di depat mayat Samiaji. Sepasang mata gadis ini nampak berkaca-kaca. Puas sudah perasaan hatinya kini. Dendamnya telah dibalaskan oleh saudara kembarnya sendiri.
Sesaat kemudian, suasana gembira pun segera menyelimuti hati mereka. Dengan perasaan haru bercampur gembira, Karina dan Mawar memeluk Melati. Musuh-musuh mereka kini telah tewas. Tidak ada lagi ancaman yang datang.
Arya tinggal bersama keluarga Melati selama dua hari. Dan baru pada hari ke tiga, pemuda berambut putih keperakan ini mohon pamit untuk melanjutkan pengembaraannya.
"Mengapa begitu terburu-buru, Arya?" Karina berusaha mencegah. "Tinggallah beberapa hari lagi bersama kami."
"Bukannya aku tidak suka tinggal di sini, Bu," sahut Arya sambil tersenyum lebar. "Tapi, perjalananku masih sangat panjang. Masih banyak orang yang butuh bantuanku."
Bukan hanya Karina dan Mawar saja yang merasa keberatan. Diam-diam Melati pun merasa keberatan juga.
Arya tentu saja mengetahuinya. "Biarlah Melati yang menemani Ibu dan Mawar di sini.... "
"Tapi, Kang..,"
Melati terkejut bukan main mendengar ucapan kekasihnya. Hatinya terasa berat untuk berpisah dengan Arya. Gadis berpakaian putih ini berada dalam posisi yang sulit. Kalau menurutkan perasaan hatinya, rasanya akan lebih baik kalau Arya tinggal beberapa hari lagi sehingga dia tidak perlu berpisah dengan orang-orang yang dicintainya.
Tapi Melati sadar kalau hal itu tidak mungkin. Arya adalah seorang pendekar. Dan masih banyak tugas yang harus dikerjakan kekasihnya itu.
"Tinggallah bersama ibumu, Melati," sahut Arya buru-buu. "Toh, tidak sulit bagimu untuk mengikuti jejakku. Lagi pula, seandainya masih ada orang yang berniat jelek pada keluargamu, kau dapat melindungi mereka."
Melati tidak dapat membantah ucapan tunangannya. Dan Arya pun segera pergi dari situ. Dewa Arak melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
"Selamat tinggal, Melati," ucap Arya sambil melambaikan tangan
"Selamat jalan, Kang," sahut Melati.
Tangan gadis ini balas melambai. Sementara Karina dan Mawar hanya memandang kepergian Arya sambil tersenyum lebar. Sedangkan Melati terus menatapi tubuh Arya sampai lenyap di kejauhan. SELESAI
OBJEK WISATA MANCA NEGARA
===============================
No comments:
Post a Comment