"Ahhh.... Kedatangan kita terlambat," ucap Arya bernada mengeluh.
"Maksudmu.?" dada Melati berdebar tegang.
"Iblis Hitam telah menyelesaikan tugasnya. Dan... Perguruan Cakar larimau hanya tinggal nama saja," sahut pemuda berambut putih keperakan, bernada memberi tahu.
"Dari mana kau mengambil kesimpulan demikian, Kang Arya?" tanya Melati ingin tahu.
"Kau tahu, dari arah mana bayangan hitam tadi berasal?" Dewa Arak malah balas bertanya.
Tanpa dugaan apa-apa, Melati mengarahkan pandangannya ke arah asal sosok bayangan hitam tadi. Dan seketika gadis ini terkejut .
"Perguruan Cakar Harimau...," desis Melati pelan.
Nada keterkejutan yang amat sangat terlihat jelas di wajahnya. Arya sama sekali tidak menanggapi, hanya kepalanya saja yang mengangguk pelan. Meskipun begitu, sudah cukup dimengerti oleh Melati.
"Kalau begitu..., kita harus cepat-cepat ke sana, Kang Arya."
Belum habis gema ucapan Melati, tahu-tahu tubuh Arya dan kekasihnya telah melesat dari situ.
Berkat ilmu meringankan tubuh kedua muda-mudi yang telah mencapai tingkat tinggi, dalam waktu singkat markas Perguruan Cakar Harimau telah tampak.
"Ah...!"
Terdengar pekik tertahan dari mulut Arya.
"Ada ара, Kang Arya?" tanya Melati yang sama sekali tidak tahu ара yang telah membuat pemuda berambut putih keperakan itu terkejut .
"Kau lihat pintu gerbang perguruan itu, Melati," sahut Dewa Arak.
Seiring dengan semakin dekatnya jarak antara mereka dengan markas Perguruan Cakar Harimau, ара yang tampak oleh mata muda-mudi itu pun semakin jelas. Dan Melati melihat jelas ара yang ditunjukkan Arya. Sekejap kemudian Dewa Arak dan Melati tiba di depan pintu gerbang Perguruan Cakar Harimau.
"Ара yang semula kukhawatirkan akhirnya terjadi juga...," keluh Dewa Arak begitu sepasang matanya tertumbuk pada puluhan mayat yang bergeletakan di halaman Perguruan Cakar Harimau.
Dengan langkah lesu, Arya menghampiri orang orang malang itu. Melati pun mengikuti di belakang dengan bulu kuduk merinding.
Arya menggeleng-gelengkan kepala begitu melihal mayat-mayat yang bergeletakan di tanah. Semuanya sudah mulai kaku.
"Keji...," hanya ucapan Itu yang keluar dari mulut Arya.
Mendadak pemuda berambut putih keperakan itu menelengkan kepala ketika menangkap suara langkah kaki mendekat. Pendengarannya yang tajam menangkap kalau pendatang itu tidak hanya satu orang .
Temyata bukan hanya Arya saja yang mendengar suara itu. Melati pun mendengarnya. Terbukti, gadis ini menoleh ke arah kekasihnya. Bagaikan dikomando, Arya dan Melati bergegas bersembunyi di balik rerimbunan pohon yang ada di halaman Perguruan Cakar Harimau dari situ, kedua muda-mudi ini menanti langkah yang mendekati tempat itu.
Так lama kemudian dari arah pintu gerbang melesat cepat dua sosok tubuh. Yang seorang adalah laki-laki gagah berusia sekitar empat puluh tahun. Wajahnya terlihat keras, dihiasi kumis dan jenggot yang terpelihara baik Sementara orang kedua adalah seorang kakek berusia sekitar lima puluh tahun. Bertubuh sedang, dan berwajah bintik-bintik putih.
Kedua orang ini adalah Pendekar Golok Baja dan Pandora. Tanpa mengetahui adanya Arya dan Melati, Pendekar Golok Baja dan Pandora segera menghampiri puluhan mayat yang berserakan.
"Lagi-lagi kita terlambat, Pandora," ucap Pendekar Golok Baja.
Nada suranya menyiratkan rasa sesal yang tidak terhinga. Bahkan wajah laki-laki gagah ini terlihat murung .
"Tuan harus bertindak" ucap Pandora lembut
"Ара dayaku, Pandora: Aku tidak akan mampu menandinginya. Dan lagi.., sepertinya Iblis Hitam selalu menghindari kita. Dia tidak mau bentrok dengan kita."
"Tapi, Tuan ..."
"Pandora, aku tidak bisa bertarung dengan leluhurku sendiri!" tandas Pedkar Golok Baja yang sebenarnya bemama Prajasena.
"Maaf, Tuan," selak Pandora. "Bukan aku hendak menentang Tuan. Tapi.. aku tidak percaya kalau orang di balik seragam Iblis Hitam adalah Ieluhur Tuan!"
"Hhh...!"
Pendekar Golok Baja menghela napas sambil tetap memperhatikan mayat-mayat yang bergeletakan.
"Ada yang belum kau ketahui tentang Iblis Hitam dan keturunannya, Pandora."
"Maksud, Tuan?" tanya pelayan setia itu tak mengerti.
"Kalau bukan keturunan Iblis Hitam, kegunaan pusaka-pusaka itu tidak akan berarti banyak," jawab Prajasena mencoba memberi tahu.
Pandora mengemyitkan kening, sementara sepasang matanya menatap majikan mudanya dengan sorot mata penuh tanda tanya.
Pendekar Golok Baja yang tahu kalau laki-laki berwajah bintik-bintik putih ini belum mengerti maksud kata-katanya, menerangkan lebih lanjut
"Lama sebelum tiba hari naasnya, ayah telah menceritakan semua kegunaan pusaka peninggalan leluhurku. Yang terutama sekali adalah mantel, dan selubung. Perlu kau tahu, Pandora. Jika pusaka peninggalan leluhurku jatuh ke tangan orang lain, tubuh pemakainya hanya kebal terhadap senjata-senjata tajam."
Pendekar Golok Baja menghentikan cerita untuk mengambil napas. Ditatapnya wajah Pandora sejenak. Tapi temyata kakek itu tengah serius memperhatikan penuturannya. Tanpa sepengetahuan kedua orang itu, Arya dan Melati ikut mendengar percakapan dari balik pepohonan.
"Menghadapi serangan-serangan benda tumpul, seperti gada, ruyung, atau tongkat, mantel itu sama sekali tidak berguna. Jadi, boleh dibilang, untuk pemakai yang bukan keturunan Iblis Hitam, pusaka Itu hanya berguna sedikit sekali. Jadi walaupun sudah mengenakan semua perlengkapan Iblis Hitam, orang itu akan tetap terluka bila terkena pukulan atau tendangan lawannya."
"Jadi..., mantel dan selubung itu hanya berguna pada saat berhadapan dengan orang yang bersenjata tajam saja, Tuan?" Pandora kini mulai mengerti.
Pendekar Golok Baja menganggukkan kepalanya.
"Kenapa bisa begitu, Tuan? Mengapa hanya pada keturunan Iblis Hitam saja, pusaka-pusaka itu berguna sampai kepuncaknya?"
"Ada rahasianya, Pandora," sahut Prajasena setelah beberapa saat termenung.
"Boleh aku tahu, Tuan?"
"Kau betjanji tidak akan mengatakannya pada orang lain?"
Pendekar Golok Baja malah balik bertanya. Pertanyaan pelayan setianya sama sekali tak dihiraukan.
"Aku beijanji, Tuan!" tandas Pandora tegas.
"Kalau begitu, dengar baik-baik cerita yang kudengar dari ayahku ini."
Prajasena tercenung sejenak. Entah untuk ара laki-laki gagah ini tercenung. Mungkin mencari kata-kata untuk mulai bercerita. Atau mengerahkan ingatan pada cerita ayahnya.
"Menurut cerita almarhum ayah, leluhurku membuat seragam Iblis Hitam sekitar seratus tahun yang lalu. Entah dari bahan ара, ayah pun tidak tahu, karena kakek memang tidak menceritakan padanya."
Pandora mengangguk-anggukkan kepala. Sementara Arya dan Melati semakin tertarik mendengarkan. Rupanya tokoh sesat yang berjuluk Iblis Hitam memliki riwayat yang menarik, pikir kedua muda-mudi itu kagum.
"Tapi yang jelas, keistimewaan semua perlengkapan yang dibuat leluhurku tidak seperti yang selama ini kita dengar. Dengan berbagai macam cara, leluhurku berusaha menambah kegunaan periengkapannya. Campuran antara ilmu hitam, racun dan entah ара lagi yang aku tidak tahu. Hingga akhimya perlengkapan itu mempunyai kegunaan seperti sekarang."
"Lalu..., mengapa pada orang lain kegunaannya tidak bisa sampai ke puncaknya, Tuan?" tanya Pandora tidak sabar begitu melihat majikannya menghentikan cerita.
"Karena leluhur-Ieluhur Iblis Hitam telah member! ramuan-ramuan dan cara-cara aneh sehingga pusaka peninggalan mereka menyatu dengan keturunannya."
"Tuan tahu cara-caranya?" tanya Pandora irigin tahu.
Pendekar Golok Baja menggelengkan kepala. "Pelajaran mengenai cara-cara itu ada di dalam kitab pusaka peninggalan leluhurku."
"Kitab pusaka yang hilang itu, Tuan?!" Pandora meminta ketegasan.
Prajasena mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kini, aku baru tahu... mengapa Tuan tidak ingin bentrok dengan Iblis Hitam...."
"Bukannya aku tidak mau bentrok dengan Iblis Hitam, Pandora," ralat Pendekar Golok Baja. "Biar bagaimanapun, sudah jadi kewajibanku sebagai keturunan Iblis Hitam untuk mengetahui, siapa sebenamya orang yang berada di balik seragam Iblis Hitam. Mungkin saja ayahku punya saudara, dan apabila benar, orang yang berada di balik seragam itu adalah adik atau kakak ayahku. Dan sudah menjadi kewajibanku menyampaikan pesan almarhum ayah padanya."
Pandora mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti.
"Sudahlah, Pandora. Mari kita ikuti jejak Iblis Hitam," ajak Prajasena seraya meninggalkan halaman Perguruan Cakar Harimau.
Dan tanpa banyak tanya lagi, pelayan setia itu mengikuti tuannya. Beberapa saat kemudian, Pendekar Golok Baja dan Pandora sudah Ienyap dari situ.
Setelah yakin kalau kedua orang itu sudah pergi jauh, Dewa Arak dan Melati baru keluar dari tempat persembunyian.
"Ара yang harus kita lakukan sekarang, Kang Arya?" tanya Melati meminta pendapat kekasihnya
Dewa Arak menatap wajah cantik di sebelahnya. "Kita harus mencari jejak Iblis Hitam!"
"Ke mana, Kang?"
"Ke Desa Jolang!" sahut Arya mantap.
"Lalu..., akan kita apakan mayat-mayat ini, Kanq Arya?" tanya Melati sambil menunjuk mayat-mayat yang berserakan di tanah.
“Tidak ada yang dapat kita lakukan, Melati," keluh Dewa Arak. "Mayat-mayat ini terlalu banyak. Meski pun beketja sampai pagi, kurasa kita tidak akan selesai mengubur semua mayat-mayat ini "
"Jadi...?"
"Biarlah penduduk desa yang mengurus," sahut Arya kalem.
"Kok begitu, Kang?" tanya Melati dengan alis berkerut
"Bagaimana kalau kau bakar saja mayat mereka? Dengan jurus 'Membakar Matahari' mu, kurasa pekerjaan itu tidak sulit."
"Aku juga punya pikiran begitu, Melati," sahut Dewa Arak sabar. “Tapi..., biarkan orang-orang mengetahui peristiwa ini dulu. Barangkali orang yang punya hubungan dengan salah satu mayat-mayat ini ingin melihat wajah si mayat Kau mengerti, Melati?"
Gadis berpakaian putih itu menganggukkan kepala.
"Mari kita menuju Desa Jolang," ajak pemuda berambut putih keperakan itu.
Sesaat kemudian, Dewa Arak dan Melati telah bergegas meninggalkan halaman Perguruan Cakar Harimau yang baru saja menjadi ajang pembantaian.
"Mengapa harus ke Desa Jolang, Kang Arya?" tanya Melati seraya menatap wajah tampan di sebelahnya, tanpa mengurangi kecepatan larinya.
"Kau tidak ingat cerita kakek pemilik kedai?" Arya malah balas bertanya.
"Cerita yang mana, Kang Arya?" gadis berpakaian putih itu malah balas bertanya lagi.
Cerita pemilik kedai memang terlalu banyak. Dan Melati tidak tahu cerita mana yang dimaksud tunangannya.
"Cerita mengenai kebiasaan Iblis Hitam turun temurun," jawab Dewa Arak. "Mereka selalu mencari wanita untuk dijadikan pemuas nafsunya."
“Tapi..., mengapa harus ke Desa Jolang, Kang?" tanya Melati..Masih dengan nada bingung.
"Karena desa itulah yang paling dekat dengan lempat ini," jawab Arya memberi tahu.
Hening sejenak setelah Arya menghentikan ucapannya karena Melati tidak bertanya lagi. Tapi langkah-langkah kaki mereka terus bergerak cepat menuju Desa Jolang. sesaat kemudian Arya dan Melati mulai memasuki hutan kecil. Di balik hutan ftulah Desa Jolang I
Tanpa ragu-ragu Melati dan Arya memasuki hutan. Tapi baru beberapa tindak, tiba-tiba kedua sejoli ini menghentikan langkah. Ada rintihan lirih tertangkap oleh pendengaran mereka. Rintihan seorang wanita. Tapi sesaat kemudian rintihan itu lenyap.
Meskipun hanya mendengar sebentar, Arya dan Melati dapat mengetahui asal suara rintlhan. Kini mereka bergegas melesat ke arah asal suara. Arya dan Melati terperanjat kaget begitu melihat sosok serba hitam tengah berdiri bertolak pinggang di hadapan seorang wanita muda berwajah cantik yang tergolek dalam keadaan tanpa busana
Sekali lihat, Dewa Arak maupun Melati tahu kalau wanita itu telah tewas setelah lebih dulu diperkosa. Hanya sekilas saja Melati dan Arya melihat wanita malang itu. Kedua sejoli ini merasa risih melihat pemandangan di depan mereka. Terutama sekali Arya. Seketika itu juga wajah pemuda ini memerah. Apalagl ketika teringat di sebelahnya ada Melati.
Мака buru-buru perhatiannya dialihkan pada sosok serba hitam. Diam-diam jantung pemuda berambut putih keperakan ini berdetak keras.
"lnikah Iblis Hitam? Wajarlah kalau dia begitu ditakuti," pikir Dewa Arak dalam hati.
Wibawa Iblis Hitam memang sangat luar biasa. Sekujur tubuhnya mulai dari ujung rambut sampa ujung kaki hitam semua. Tapi matanya... mencorong tajam, menyorotkan sinar kehijauan. Mirip mata seekor harimau dalam gelap. Ada pengaruh aneh yang memancar dari sepasang mata itu.
Arya saja sampai terpengaruh oleh wibawa yang dipancarkan Iblis Hitam, apalagi Melati! Gadis berpakaian putih ini merasakan bulu kuduknya merinding. Arya menggertakkan gigi untuk mengusir pengaruh aneh yang mencekam dirinya.
"Kaukah yang membunuh wanita itu?" tanya Arya.
Dan inilah kelebihan sikap Dewa Arak. Meskipun sudah yakin kalau pembunuh wanita itu adalah sosok serba hitam di hadapannya, tapi pemuda berambut putih keperakan ini masih tetap menanyakan kejelasannya
"Ha ha ha..!"
Hanya suara tawa menyeramkan yang menyahuti pertanyaan Arya. Suara tawa yang tidak sepantasnya keluar dari mulut manusia. Tapi dari mulut setan penghuni kuburan.
"Memang aku yang membunuhnya, setelah lebih dulu kuperkosa!" sahut sosok serba hitam dengan nada tajam. "Aku...! Kau dengar...? Aku yang melakukannya. Aku! Iblis Hitam!"
Deg!
Arya dan Melati terhenyak kaget. Walaupun sudah menduga sebelumnya, tetap saja pengakuan itu mengejutkan mereka. Cepat Arya memasang sikap waspada. Pemuda berambut putih keperakan ini sadar kalau kali ini sedang berhadapan dengan tokoh yang sukar diukur kepandaiannya.
Kenyataan kalau Iblis Hitam turun temurun mampu merajalela tanpa ada orang yang mampu menandinginya menjadi bukti kesaktian tokoh sesat ini!
"Sungguh tidak kusangka kalau malam ini aku untung besar. Ada bidadari nyasar dating menyerahkan diri. Orang secantik kau tentu saja punya umur lebih lama di tanganku!" ucap Iblis Hitam sambil menundingkan jari telunjuk pada Melati. Suaranya menggetarkan hati. "Tidak seperti dia yang hanya berumur sehari! Ha ha ha...!"
"Iblis terkutuk!" maki Dewa Arak.
Seketika kemarahannya berkobar. Iblis itu harus melangkahi mayatnya dulu sebelum menjadikan Melati sebagai pemuas nafsu binatangnya. Seketika itu juga dijumput guci araknya dan dituangkan ke mulut
Gluk... gluk... gluk...!
Terdengar suara berceglukan ketika arak melewati kerongkongan Arya. Kontan ada hawa hangat yang berputar di perutnya, kemudian perlahan naik ke kepala. Tapi, Arya masih kalah cepat Terdengar pekik melengking dari mulut Melati begitu mendengar ucapan kotor sosok serba hitam tadi. Dan seiring dengan keluarnya lengkingan itu, gadis berpakaian serba putih ini melompat menerjang.
Kedua tangannya yang membentuk cakar naga dan berwama merah sampal ke pergelangan, meluncur cepat ke arah Iblis Hitam. Yang kanan mengarah ke leher, sementara yang kiri ke arah perut .
Dalam kemarahan dan keyakinan kalau yang dihadapi kali Ini adalah lawan yang amat tangguh, Melati langsung memainkan ilmu 'Cakar Naga Merah'!
Terdengar suara mendengus dari balik selubung Iblis Hitam. Kemudian kaki kanannya ditarik ke belakang seraya langsung menekuk lututnya. Seluruh kekuatan kuda-kuda bertumpu di kaki itu. Dengan sendirinya serangan yang mengarah ke lehemya mengenai tempat kosong. Sekitar sejengkal di depan wajahnya. Sementara serangan yang mengancam perut, dipapak dengan tepakan tangan kiri dari atas ke bawah.
Plakkk!
Melati menyeringaL Seluruh jari-jari tangannya sakit bukan main begitu berbenturan dengan tangan Iblis Hitam. Bahkan sekujur tangannya dirasakan lumpuh. Dan sebelum gadis berpakaian putih ini sempat berbuat sesuatu, Iblis Hitam telah merubah posisinya menjadi kuda-kuda serong. Dan seketika itu juga tangan kiri yang habis menangkis serangan, melakukan gedoran dengan tangan terbuka.
Melati terkejut bukan main melihat serangan sosok serba hitam yang datang begitu tiba-tiba. Dengan sebisa-bisanya serangan itu ditangkis dengan kedua tangannya.
Plakkk!
Untuk kedua kalinya tangan yang sama-sama mengandung tenaga dalam tinggi kembali beradu. Akibatnya, tubuh Melati terjengkang lima tombak ke belakang dengan isi dada terasa sesak. Sementara kedua tangannya terasa lumpuh seketika. Apalagi tangan kanannya!
Tapi sebelum Iblis Hitam mengirimkan serangan susulan pada Melati, Dewa Arak lebih dulu memotong arah serangannya. Arya melancarkan tendangan terbang ke arah dada Iblis Hitam.
Wuttt!
Angin berkesiut nyaring mengiringi tibanya tendangan Dewa Arak. Tapi sungguh di luar dugaan, tokoh sesat yang menggiriskan itu sama sekali tidak mengelakkan serangan. Bersamaan dengan tibanya serangan Dewa Arak, Iblis Hitam melancarkan serangan bacokan sisi telapak tangan ke arah kaki itu.
Dukkk! Takkk!
Hampir berbarengan dengan tibanya tendangan Dewa Arak pada dada Iblis Hitam, tangan kanan tokoh sesat itu pun telak menghantam tulang betis Arya. Iblis Hitam terlempar jauh ke belakang akibat kuatnya tendangan Dewa Arak. Luncurannya baru terhenti ketika menghantam sebatang pohon yang cukup besar.
Brakkk!
Seketika pohon tadi ambruk ke tanah sambil mengeluarkan suara hiruk-pikuk. Bahkan langsung menimpa tubuh Iblis Hitam di bawahnya. Bukan hanya Iblis Hitam saja yang menerima akibat itu. Dewa Arak pun demikian pula.
Tubuh pemuda itu tersungkur ke tanah. Mulutnya menyeringai menahan rasa sakit yang mendera tulang betis. Dengan terpincang-pincang, Dewa Arak berusaha berdiri. Rasa sakit dan nyeri bukan kepalang melanda sekujur kakinya.
Dewa Arak menatap ke arah tubuh Iblis Hitam yang tertindih pohon. Seketika perasaan curiga melanda hatinya. Begitu mudahkah tokoh yang berjuluk Iblis Hitam itu dapat ditaklukkannya? Atau..., jangan-jangan dia Iblis Hitam palsu! Kemudian sekilas ditatapnya Melati.
Gadis itu kini sudah bisa memperbaiki posisinya walaupun dengan mulut agak menyeringai menahan rasa sakit yang masih mendera kedua tangannya. Mendadak terdengar suara hiruk-pikuk yang disusul dengan terpentalnya pohon yang tadi menindih tubuh Iblis Hitam.
Tapi Arya sama sekali tidak terkejut. Kemungkinan ini memang sudah diperhitungkan! Kalau benar orang ini Iblis Hitam, mana mungkjn semudah itu bisa ditaklukkan? Yang semakin membuat hati pemuda ini terkejut adalah ketika mengetahui Iblis Hitam sama sekali tidak teriuka!
Arya menatap dengan sorot mata tidak percaya pada ара yang dilihatnya. Bukankah tendangannya tadi dilakukan dengan pengerahan seluruh tenaga dalam. Jangankan tubuh manusia yang hanya terdiri dari daging dan tulang, batu karang yang paling keras pun akan hancur lebur terkena tendangan itu.
"Ha ha ha...! Kaget?!" Iblis Hitam berseru mengejek, Tahu kalau lawannya terkejut melihat keadaannya.
Tapi, hanya sesaat saja perasaan kaget yang melanda Dewa Arak. Segera saja dia teringat penuturan yang didengar dari cerita kakek pemilik kedai maupun oleh orang yang diketahuinya sebagai majikan Pandora.
Tiba-tiba tawa Iblis Hitam hilang. Kepalanya ditelengkan seperti hendak mendengarkan sesuatu. Arya pun jadi agak heran melihat sikap tokoh sesat itu. Dahinya berkernyit dalam. Tapi sesaat kemudian baru Dewa Arak tahu penyebab Iblis Hitam bersikap aneh.
Ada dua pasang kaki bergerak cepat mendekati tempat mereka. Kembali Dewa Arak dilanda perasaan terkejut yang amat sangat Terpaksa harus diakui kalau pendengaran Iblis Hitam masih lebih unggul darinya. Iblis itu telah dapat mendengar kedatangan orang ke tempat Itu sebelum Arya mendengar apa-apa!
"Hih...!"
Seraya mengeluarkan seruan tertahan, sosok serba hitam melompat. Karuan saja Dewa Arak menjadi kaget. Dan seketika itu juga bersiap siap menghadapi segala kemungkinan.
Tapi, Arya kecelik. Temyata Iblis Hitam sama sekali tidak menyerangnya, melainkan melompat ke arah... Melafi! Iblis ini rupanya takut kepada pemilik langkah yang mendatangi.
Gadis berpakaian putih itu terkejut bukan main melihat peibuatan sosok serba hitam. Ара yang di lakukan Iblis Hitam, terlalu mendadak sekali datangnya. Meskipun begitu, Melafi sempat mempertunjukkan kelihaiannya. Cepat laksana kilat, dipapaknya Iblis Hitam yang meluncur ke arahnya dengan serangan-serangan ilmu 'Cakar Naga Merah'.
Iblis Hitam hanya mendengus. Dibiarkan saja semua serangan yang tertuju ke arahnya seraya balas melancarkan totokan bertubi-tubi ke arah gadis berpakaian putih itu.
Bukkk! Bukkk! Tukkk!
"Akh...!"
Melati memekik tertahan. Seketika tubuhnya terasa lemas begitu tangan Iblis Hitam menotok jalan darah di punggungnya. Sementara pukulan bertubi-tubi yang menghantam dada sosok serba hitam, sama sekali tidak membawa pengaruh bagi tokoh sesat itu.
"Maksudmu.?" dada Melati berdebar tegang.
"Iblis Hitam telah menyelesaikan tugasnya. Dan... Perguruan Cakar larimau hanya tinggal nama saja," sahut pemuda berambut putih keperakan, bernada memberi tahu.
"Dari mana kau mengambil kesimpulan demikian, Kang Arya?" tanya Melati ingin tahu.
"Kau tahu, dari arah mana bayangan hitam tadi berasal?" Dewa Arak malah balas bertanya.
Tanpa dugaan apa-apa, Melati mengarahkan pandangannya ke arah asal sosok bayangan hitam tadi. Dan seketika gadis ini terkejut .
"Perguruan Cakar Harimau...," desis Melati pelan.
Nada keterkejutan yang amat sangat terlihat jelas di wajahnya. Arya sama sekali tidak menanggapi, hanya kepalanya saja yang mengangguk pelan. Meskipun begitu, sudah cukup dimengerti oleh Melati.
"Kalau begitu..., kita harus cepat-cepat ke sana, Kang Arya."
Belum habis gema ucapan Melati, tahu-tahu tubuh Arya dan kekasihnya telah melesat dari situ.
Berkat ilmu meringankan tubuh kedua muda-mudi yang telah mencapai tingkat tinggi, dalam waktu singkat markas Perguruan Cakar Harimau telah tampak.
"Ah...!"
Terdengar pekik tertahan dari mulut Arya.
"Ada ара, Kang Arya?" tanya Melati yang sama sekali tidak tahu ара yang telah membuat pemuda berambut putih keperakan itu terkejut .
"Kau lihat pintu gerbang perguruan itu, Melati," sahut Dewa Arak.
Seiring dengan semakin dekatnya jarak antara mereka dengan markas Perguruan Cakar Harimau, ара yang tampak oleh mata muda-mudi itu pun semakin jelas. Dan Melati melihat jelas ара yang ditunjukkan Arya. Sekejap kemudian Dewa Arak dan Melati tiba di depan pintu gerbang Perguruan Cakar Harimau.
"Ара yang semula kukhawatirkan akhirnya terjadi juga...," keluh Dewa Arak begitu sepasang matanya tertumbuk pada puluhan mayat yang bergeletakan di halaman Perguruan Cakar Harimau.
Dengan langkah lesu, Arya menghampiri orang orang malang itu. Melati pun mengikuti di belakang dengan bulu kuduk merinding.
Arya menggeleng-gelengkan kepala begitu melihal mayat-mayat yang bergeletakan di tanah. Semuanya sudah mulai kaku.
"Keji...," hanya ucapan Itu yang keluar dari mulut Arya.
Mendadak pemuda berambut putih keperakan itu menelengkan kepala ketika menangkap suara langkah kaki mendekat. Pendengarannya yang tajam menangkap kalau pendatang itu tidak hanya satu orang .
Temyata bukan hanya Arya saja yang mendengar suara itu. Melati pun mendengarnya. Terbukti, gadis ini menoleh ke arah kekasihnya. Bagaikan dikomando, Arya dan Melati bergegas bersembunyi di balik rerimbunan pohon yang ada di halaman Perguruan Cakar Harimau dari situ, kedua muda-mudi ini menanti langkah yang mendekati tempat itu.
Так lama kemudian dari arah pintu gerbang melesat cepat dua sosok tubuh. Yang seorang adalah laki-laki gagah berusia sekitar empat puluh tahun. Wajahnya terlihat keras, dihiasi kumis dan jenggot yang terpelihara baik Sementara orang kedua adalah seorang kakek berusia sekitar lima puluh tahun. Bertubuh sedang, dan berwajah bintik-bintik putih.
Kedua orang ini adalah Pendekar Golok Baja dan Pandora. Tanpa mengetahui adanya Arya dan Melati, Pendekar Golok Baja dan Pandora segera menghampiri puluhan mayat yang berserakan.
"Lagi-lagi kita terlambat, Pandora," ucap Pendekar Golok Baja.
Nada suranya menyiratkan rasa sesal yang tidak terhinga. Bahkan wajah laki-laki gagah ini terlihat murung .
"Tuan harus bertindak" ucap Pandora lembut
"Ара dayaku, Pandora: Aku tidak akan mampu menandinginya. Dan lagi.., sepertinya Iblis Hitam selalu menghindari kita. Dia tidak mau bentrok dengan kita."
"Tapi, Tuan ..."
"Pandora, aku tidak bisa bertarung dengan leluhurku sendiri!" tandas Pedkar Golok Baja yang sebenarnya bemama Prajasena.
"Maaf, Tuan," selak Pandora. "Bukan aku hendak menentang Tuan. Tapi.. aku tidak percaya kalau orang di balik seragam Iblis Hitam adalah Ieluhur Tuan!"
"Hhh...!"
Pendekar Golok Baja menghela napas sambil tetap memperhatikan mayat-mayat yang bergeletakan.
"Ada yang belum kau ketahui tentang Iblis Hitam dan keturunannya, Pandora."
"Maksud, Tuan?" tanya pelayan setia itu tak mengerti.
"Kalau bukan keturunan Iblis Hitam, kegunaan pusaka-pusaka itu tidak akan berarti banyak," jawab Prajasena mencoba memberi tahu.
Pandora mengemyitkan kening, sementara sepasang matanya menatap majikan mudanya dengan sorot mata penuh tanda tanya.
Pendekar Golok Baja yang tahu kalau laki-laki berwajah bintik-bintik putih ini belum mengerti maksud kata-katanya, menerangkan lebih lanjut
"Lama sebelum tiba hari naasnya, ayah telah menceritakan semua kegunaan pusaka peninggalan leluhurku. Yang terutama sekali adalah mantel, dan selubung. Perlu kau tahu, Pandora. Jika pusaka peninggalan leluhurku jatuh ke tangan orang lain, tubuh pemakainya hanya kebal terhadap senjata-senjata tajam."
Pendekar Golok Baja menghentikan cerita untuk mengambil napas. Ditatapnya wajah Pandora sejenak. Tapi temyata kakek itu tengah serius memperhatikan penuturannya. Tanpa sepengetahuan kedua orang itu, Arya dan Melati ikut mendengar percakapan dari balik pepohonan.
"Menghadapi serangan-serangan benda tumpul, seperti gada, ruyung, atau tongkat, mantel itu sama sekali tidak berguna. Jadi, boleh dibilang, untuk pemakai yang bukan keturunan Iblis Hitam, pusaka Itu hanya berguna sedikit sekali. Jadi walaupun sudah mengenakan semua perlengkapan Iblis Hitam, orang itu akan tetap terluka bila terkena pukulan atau tendangan lawannya."
"Jadi..., mantel dan selubung itu hanya berguna pada saat berhadapan dengan orang yang bersenjata tajam saja, Tuan?" Pandora kini mulai mengerti.
Pendekar Golok Baja menganggukkan kepalanya.
"Kenapa bisa begitu, Tuan? Mengapa hanya pada keturunan Iblis Hitam saja, pusaka-pusaka itu berguna sampai kepuncaknya?"
"Ada rahasianya, Pandora," sahut Prajasena setelah beberapa saat termenung.
"Boleh aku tahu, Tuan?"
"Kau betjanji tidak akan mengatakannya pada orang lain?"
Pendekar Golok Baja malah balik bertanya. Pertanyaan pelayan setianya sama sekali tak dihiraukan.
"Aku beijanji, Tuan!" tandas Pandora tegas.
"Kalau begitu, dengar baik-baik cerita yang kudengar dari ayahku ini."
Prajasena tercenung sejenak. Entah untuk ара laki-laki gagah ini tercenung. Mungkin mencari kata-kata untuk mulai bercerita. Atau mengerahkan ingatan pada cerita ayahnya.
"Menurut cerita almarhum ayah, leluhurku membuat seragam Iblis Hitam sekitar seratus tahun yang lalu. Entah dari bahan ара, ayah pun tidak tahu, karena kakek memang tidak menceritakan padanya."
Pandora mengangguk-anggukkan kepala. Sementara Arya dan Melati semakin tertarik mendengarkan. Rupanya tokoh sesat yang berjuluk Iblis Hitam memliki riwayat yang menarik, pikir kedua muda-mudi itu kagum.
"Tapi yang jelas, keistimewaan semua perlengkapan yang dibuat leluhurku tidak seperti yang selama ini kita dengar. Dengan berbagai macam cara, leluhurku berusaha menambah kegunaan periengkapannya. Campuran antara ilmu hitam, racun dan entah ара lagi yang aku tidak tahu. Hingga akhimya perlengkapan itu mempunyai kegunaan seperti sekarang."
"Lalu..., mengapa pada orang lain kegunaannya tidak bisa sampai ke puncaknya, Tuan?" tanya Pandora tidak sabar begitu melihat majikannya menghentikan cerita.
"Karena leluhur-Ieluhur Iblis Hitam telah member! ramuan-ramuan dan cara-cara aneh sehingga pusaka peninggalan mereka menyatu dengan keturunannya."
"Tuan tahu cara-caranya?" tanya Pandora irigin tahu.
Pendekar Golok Baja menggelengkan kepala. "Pelajaran mengenai cara-cara itu ada di dalam kitab pusaka peninggalan leluhurku."
"Kitab pusaka yang hilang itu, Tuan?!" Pandora meminta ketegasan.
Prajasena mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kini, aku baru tahu... mengapa Tuan tidak ingin bentrok dengan Iblis Hitam...."
"Bukannya aku tidak mau bentrok dengan Iblis Hitam, Pandora," ralat Pendekar Golok Baja. "Biar bagaimanapun, sudah jadi kewajibanku sebagai keturunan Iblis Hitam untuk mengetahui, siapa sebenamya orang yang berada di balik seragam Iblis Hitam. Mungkin saja ayahku punya saudara, dan apabila benar, orang yang berada di balik seragam itu adalah adik atau kakak ayahku. Dan sudah menjadi kewajibanku menyampaikan pesan almarhum ayah padanya."
Pandora mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti.
"Sudahlah, Pandora. Mari kita ikuti jejak Iblis Hitam," ajak Prajasena seraya meninggalkan halaman Perguruan Cakar Harimau.
Dan tanpa banyak tanya lagi, pelayan setia itu mengikuti tuannya. Beberapa saat kemudian, Pendekar Golok Baja dan Pandora sudah Ienyap dari situ.
Setelah yakin kalau kedua orang itu sudah pergi jauh, Dewa Arak dan Melati baru keluar dari tempat persembunyian.
"Ара yang harus kita lakukan sekarang, Kang Arya?" tanya Melati meminta pendapat kekasihnya
Dewa Arak menatap wajah cantik di sebelahnya. "Kita harus mencari jejak Iblis Hitam!"
"Ke mana, Kang?"
"Ke Desa Jolang!" sahut Arya mantap.
"Lalu..., akan kita apakan mayat-mayat ini, Kanq Arya?" tanya Melati sambil menunjuk mayat-mayat yang berserakan di tanah.
“Tidak ada yang dapat kita lakukan, Melati," keluh Dewa Arak. "Mayat-mayat ini terlalu banyak. Meski pun beketja sampai pagi, kurasa kita tidak akan selesai mengubur semua mayat-mayat ini "
"Jadi...?"
"Biarlah penduduk desa yang mengurus," sahut Arya kalem.
"Kok begitu, Kang?" tanya Melati dengan alis berkerut
"Bagaimana kalau kau bakar saja mayat mereka? Dengan jurus 'Membakar Matahari' mu, kurasa pekerjaan itu tidak sulit."
"Aku juga punya pikiran begitu, Melati," sahut Dewa Arak sabar. “Tapi..., biarkan orang-orang mengetahui peristiwa ini dulu. Barangkali orang yang punya hubungan dengan salah satu mayat-mayat ini ingin melihat wajah si mayat Kau mengerti, Melati?"
Gadis berpakaian putih itu menganggukkan kepala.
"Mari kita menuju Desa Jolang," ajak pemuda berambut putih keperakan itu.
Sesaat kemudian, Dewa Arak dan Melati telah bergegas meninggalkan halaman Perguruan Cakar Harimau yang baru saja menjadi ajang pembantaian.
"Mengapa harus ke Desa Jolang, Kang Arya?" tanya Melati seraya menatap wajah tampan di sebelahnya, tanpa mengurangi kecepatan larinya.
"Kau tidak ingat cerita kakek pemilik kedai?" Arya malah balas bertanya.
"Cerita yang mana, Kang Arya?" gadis berpakaian putih itu malah balas bertanya lagi.
Cerita pemilik kedai memang terlalu banyak. Dan Melati tidak tahu cerita mana yang dimaksud tunangannya.
"Cerita mengenai kebiasaan Iblis Hitam turun temurun," jawab Dewa Arak. "Mereka selalu mencari wanita untuk dijadikan pemuas nafsunya."
“Tapi..., mengapa harus ke Desa Jolang, Kang?" tanya Melati..Masih dengan nada bingung.
"Karena desa itulah yang paling dekat dengan lempat ini," jawab Arya memberi tahu.
Hening sejenak setelah Arya menghentikan ucapannya karena Melati tidak bertanya lagi. Tapi langkah-langkah kaki mereka terus bergerak cepat menuju Desa Jolang. sesaat kemudian Arya dan Melati mulai memasuki hutan kecil. Di balik hutan ftulah Desa Jolang I
Tanpa ragu-ragu Melati dan Arya memasuki hutan. Tapi baru beberapa tindak, tiba-tiba kedua sejoli ini menghentikan langkah. Ada rintihan lirih tertangkap oleh pendengaran mereka. Rintihan seorang wanita. Tapi sesaat kemudian rintihan itu lenyap.
Meskipun hanya mendengar sebentar, Arya dan Melati dapat mengetahui asal suara rintlhan. Kini mereka bergegas melesat ke arah asal suara. Arya dan Melati terperanjat kaget begitu melihat sosok serba hitam tengah berdiri bertolak pinggang di hadapan seorang wanita muda berwajah cantik yang tergolek dalam keadaan tanpa busana
Sekali lihat, Dewa Arak maupun Melati tahu kalau wanita itu telah tewas setelah lebih dulu diperkosa. Hanya sekilas saja Melati dan Arya melihat wanita malang itu. Kedua sejoli ini merasa risih melihat pemandangan di depan mereka. Terutama sekali Arya. Seketika itu juga wajah pemuda ini memerah. Apalagl ketika teringat di sebelahnya ada Melati.
Мака buru-buru perhatiannya dialihkan pada sosok serba hitam. Diam-diam jantung pemuda berambut putih keperakan ini berdetak keras.
"lnikah Iblis Hitam? Wajarlah kalau dia begitu ditakuti," pikir Dewa Arak dalam hati.
Wibawa Iblis Hitam memang sangat luar biasa. Sekujur tubuhnya mulai dari ujung rambut sampa ujung kaki hitam semua. Tapi matanya... mencorong tajam, menyorotkan sinar kehijauan. Mirip mata seekor harimau dalam gelap. Ada pengaruh aneh yang memancar dari sepasang mata itu.
Arya saja sampai terpengaruh oleh wibawa yang dipancarkan Iblis Hitam, apalagi Melati! Gadis berpakaian putih ini merasakan bulu kuduknya merinding. Arya menggertakkan gigi untuk mengusir pengaruh aneh yang mencekam dirinya.
"Kaukah yang membunuh wanita itu?" tanya Arya.
Dan inilah kelebihan sikap Dewa Arak. Meskipun sudah yakin kalau pembunuh wanita itu adalah sosok serba hitam di hadapannya, tapi pemuda berambut putih keperakan ini masih tetap menanyakan kejelasannya
"Ha ha ha..!"
Hanya suara tawa menyeramkan yang menyahuti pertanyaan Arya. Suara tawa yang tidak sepantasnya keluar dari mulut manusia. Tapi dari mulut setan penghuni kuburan.
"Memang aku yang membunuhnya, setelah lebih dulu kuperkosa!" sahut sosok serba hitam dengan nada tajam. "Aku...! Kau dengar...? Aku yang melakukannya. Aku! Iblis Hitam!"
Deg!
Arya dan Melati terhenyak kaget. Walaupun sudah menduga sebelumnya, tetap saja pengakuan itu mengejutkan mereka. Cepat Arya memasang sikap waspada. Pemuda berambut putih keperakan ini sadar kalau kali ini sedang berhadapan dengan tokoh yang sukar diukur kepandaiannya.
Kenyataan kalau Iblis Hitam turun temurun mampu merajalela tanpa ada orang yang mampu menandinginya menjadi bukti kesaktian tokoh sesat ini!
"Sungguh tidak kusangka kalau malam ini aku untung besar. Ada bidadari nyasar dating menyerahkan diri. Orang secantik kau tentu saja punya umur lebih lama di tanganku!" ucap Iblis Hitam sambil menundingkan jari telunjuk pada Melati. Suaranya menggetarkan hati. "Tidak seperti dia yang hanya berumur sehari! Ha ha ha...!"
"Iblis terkutuk!" maki Dewa Arak.
Seketika kemarahannya berkobar. Iblis itu harus melangkahi mayatnya dulu sebelum menjadikan Melati sebagai pemuas nafsu binatangnya. Seketika itu juga dijumput guci araknya dan dituangkan ke mulut
Gluk... gluk... gluk...!
Terdengar suara berceglukan ketika arak melewati kerongkongan Arya. Kontan ada hawa hangat yang berputar di perutnya, kemudian perlahan naik ke kepala. Tapi, Arya masih kalah cepat Terdengar pekik melengking dari mulut Melati begitu mendengar ucapan kotor sosok serba hitam tadi. Dan seiring dengan keluarnya lengkingan itu, gadis berpakaian serba putih ini melompat menerjang.
Kedua tangannya yang membentuk cakar naga dan berwama merah sampal ke pergelangan, meluncur cepat ke arah Iblis Hitam. Yang kanan mengarah ke leher, sementara yang kiri ke arah perut .
Dalam kemarahan dan keyakinan kalau yang dihadapi kali Ini adalah lawan yang amat tangguh, Melati langsung memainkan ilmu 'Cakar Naga Merah'!
Terdengar suara mendengus dari balik selubung Iblis Hitam. Kemudian kaki kanannya ditarik ke belakang seraya langsung menekuk lututnya. Seluruh kekuatan kuda-kuda bertumpu di kaki itu. Dengan sendirinya serangan yang mengarah ke lehemya mengenai tempat kosong. Sekitar sejengkal di depan wajahnya. Sementara serangan yang mengancam perut, dipapak dengan tepakan tangan kiri dari atas ke bawah.
Plakkk!
Melati menyeringaL Seluruh jari-jari tangannya sakit bukan main begitu berbenturan dengan tangan Iblis Hitam. Bahkan sekujur tangannya dirasakan lumpuh. Dan sebelum gadis berpakaian putih ini sempat berbuat sesuatu, Iblis Hitam telah merubah posisinya menjadi kuda-kuda serong. Dan seketika itu juga tangan kiri yang habis menangkis serangan, melakukan gedoran dengan tangan terbuka.
Melati terkejut bukan main melihat serangan sosok serba hitam yang datang begitu tiba-tiba. Dengan sebisa-bisanya serangan itu ditangkis dengan kedua tangannya.
Plakkk!
Untuk kedua kalinya tangan yang sama-sama mengandung tenaga dalam tinggi kembali beradu. Akibatnya, tubuh Melati terjengkang lima tombak ke belakang dengan isi dada terasa sesak. Sementara kedua tangannya terasa lumpuh seketika. Apalagi tangan kanannya!
Tapi sebelum Iblis Hitam mengirimkan serangan susulan pada Melati, Dewa Arak lebih dulu memotong arah serangannya. Arya melancarkan tendangan terbang ke arah dada Iblis Hitam.
Wuttt!
Angin berkesiut nyaring mengiringi tibanya tendangan Dewa Arak. Tapi sungguh di luar dugaan, tokoh sesat yang menggiriskan itu sama sekali tidak mengelakkan serangan. Bersamaan dengan tibanya serangan Dewa Arak, Iblis Hitam melancarkan serangan bacokan sisi telapak tangan ke arah kaki itu.
Dukkk! Takkk!
Hampir berbarengan dengan tibanya tendangan Dewa Arak pada dada Iblis Hitam, tangan kanan tokoh sesat itu pun telak menghantam tulang betis Arya. Iblis Hitam terlempar jauh ke belakang akibat kuatnya tendangan Dewa Arak. Luncurannya baru terhenti ketika menghantam sebatang pohon yang cukup besar.
Brakkk!
Seketika pohon tadi ambruk ke tanah sambil mengeluarkan suara hiruk-pikuk. Bahkan langsung menimpa tubuh Iblis Hitam di bawahnya. Bukan hanya Iblis Hitam saja yang menerima akibat itu. Dewa Arak pun demikian pula.
Tubuh pemuda itu tersungkur ke tanah. Mulutnya menyeringai menahan rasa sakit yang mendera tulang betis. Dengan terpincang-pincang, Dewa Arak berusaha berdiri. Rasa sakit dan nyeri bukan kepalang melanda sekujur kakinya.
Dewa Arak menatap ke arah tubuh Iblis Hitam yang tertindih pohon. Seketika perasaan curiga melanda hatinya. Begitu mudahkah tokoh yang berjuluk Iblis Hitam itu dapat ditaklukkannya? Atau..., jangan-jangan dia Iblis Hitam palsu! Kemudian sekilas ditatapnya Melati.
Gadis itu kini sudah bisa memperbaiki posisinya walaupun dengan mulut agak menyeringai menahan rasa sakit yang masih mendera kedua tangannya. Mendadak terdengar suara hiruk-pikuk yang disusul dengan terpentalnya pohon yang tadi menindih tubuh Iblis Hitam.
Tapi Arya sama sekali tidak terkejut. Kemungkinan ini memang sudah diperhitungkan! Kalau benar orang ini Iblis Hitam, mana mungkjn semudah itu bisa ditaklukkan? Yang semakin membuat hati pemuda ini terkejut adalah ketika mengetahui Iblis Hitam sama sekali tidak teriuka!
Arya menatap dengan sorot mata tidak percaya pada ара yang dilihatnya. Bukankah tendangannya tadi dilakukan dengan pengerahan seluruh tenaga dalam. Jangankan tubuh manusia yang hanya terdiri dari daging dan tulang, batu karang yang paling keras pun akan hancur lebur terkena tendangan itu.
"Ha ha ha...! Kaget?!" Iblis Hitam berseru mengejek, Tahu kalau lawannya terkejut melihat keadaannya.
Tapi, hanya sesaat saja perasaan kaget yang melanda Dewa Arak. Segera saja dia teringat penuturan yang didengar dari cerita kakek pemilik kedai maupun oleh orang yang diketahuinya sebagai majikan Pandora.
Tiba-tiba tawa Iblis Hitam hilang. Kepalanya ditelengkan seperti hendak mendengarkan sesuatu. Arya pun jadi agak heran melihat sikap tokoh sesat itu. Dahinya berkernyit dalam. Tapi sesaat kemudian baru Dewa Arak tahu penyebab Iblis Hitam bersikap aneh.
Ada dua pasang kaki bergerak cepat mendekati tempat mereka. Kembali Dewa Arak dilanda perasaan terkejut yang amat sangat Terpaksa harus diakui kalau pendengaran Iblis Hitam masih lebih unggul darinya. Iblis itu telah dapat mendengar kedatangan orang ke tempat Itu sebelum Arya mendengar apa-apa!
"Hih...!"
Seraya mengeluarkan seruan tertahan, sosok serba hitam melompat. Karuan saja Dewa Arak menjadi kaget. Dan seketika itu juga bersiap siap menghadapi segala kemungkinan.
Tapi, Arya kecelik. Temyata Iblis Hitam sama sekali tidak menyerangnya, melainkan melompat ke arah... Melafi! Iblis ini rupanya takut kepada pemilik langkah yang mendatangi.
Gadis berpakaian putih itu terkejut bukan main melihat peibuatan sosok serba hitam. Ара yang di lakukan Iblis Hitam, terlalu mendadak sekali datangnya. Meskipun begitu, Melafi sempat mempertunjukkan kelihaiannya. Cepat laksana kilat, dipapaknya Iblis Hitam yang meluncur ke arahnya dengan serangan-serangan ilmu 'Cakar Naga Merah'.
Iblis Hitam hanya mendengus. Dibiarkan saja semua serangan yang tertuju ke arahnya seraya balas melancarkan totokan bertubi-tubi ke arah gadis berpakaian putih itu.
Bukkk! Bukkk! Tukkk!
"Akh...!"
Melati memekik tertahan. Seketika tubuhnya terasa lemas begitu tangan Iblis Hitam menotok jalan darah di punggungnya. Sementara pukulan bertubi-tubi yang menghantam dada sosok serba hitam, sama sekali tidak membawa pengaruh bagi tokoh sesat itu.
OBJEK WISATA MANCA NEGARA
===============================
No comments:
Post a Comment