Hari mulai siang ketika matahari perlahan lahan merangkak ke arah Barat. Udara pun sudah tidak lagi segar, ketika seorang pemuda dan seorang wanita muda melangkah pelan memasuki sebuah kedai di Desa Jolang.
Pemuda itu paling banyak baru berusia dua puluh satu tahun. Rambut panjangnya yang berwarna putih keperakan dibiarkan riap-riapan. Di punggung pemuda berpakaian ungu itu tersampir sebuah guci arak dari perak.
Sementara wanita muda berpakaian serba putih yang beijalan di sebelahnya berusia sekitar dua puluh tahun. Wajahnya cantik bukan main. Rambut hitam dan panjang yang dibiarkan terurai menambah daya tank penampilannya.
Sejenak kedua muda-mudi itu tertegun di pintu kedai. Sepasang mata mereka merayapi setiap sudut kedai, mencari meja yang masih kosong. Saat Ini kedai memang ramai dipenuhi pengunjung. Banyak orang yang tengah bersantap di dalamnya.
Dan menilik dari pakaian yang mereka kenakan, bisa ditebak kalau pengunjung kedai adalah orang-orang persilatan. Untunglah masih ada sebuah meja yang masih kosong. Agak bergegas kedua muda-mudi itu menghampiri. Kemudian menghenyakkan tubuh di kursi.
Seorang laki-laki setengah tua, bertubuh pendek tergopoh-gopoh menghampiri. Sewaktu berjalan, perutnya yang buncit mirip gentong air, terlihat bergoyang-goyang.
"Mau makan ара, Den?" tanya laki-laki yang ternyata adalah pemilik kedai.
"Kau mau pesan ара, Melati?" tanya pemuda berambut putih keperakan seraya menatap wajah temannya.
"Terserah kau sajalah, Kang Arya," sahut gadis berpakaian serba putih yang temyata adalah Melati. Putri angkat Raja Kerajaan Bojong Gading.
Pemuda berambut putih keperakan yang memang adalah Arya Buana alias Dewa Arak, mengangkat bahunya. Kemudian memesan beberapa macam makanan dan minuman. Dan khusus untuknya dipesan seguci arak.
Laki-laki bertubuh pendek dan berperut buncit itu bergegas melangkah ke dalam. Так lama kemudian sudah kembali dengan membawa pesanan Arya.
"Mari kita makan, Melati," ucap pemuda berambut putih keperakan seraya menjumput guci arak di punggungnya.
Guci itu telah kosong. Arya meletakkan guci arak di atas meja. Kemudian mengambil guci arak pesanan, lalu dituangkan ke dalam gucinya sendiri.
Melati belum menyantap makanan, menunggu Arуа selesai mengisi penuh-penuh guci araknya. Gadis ini tahu arti penting arak itu bagi pemuda berambut putih keperakan yang sekaligus tunangannya. Baru setelah melihat Arya selesai mengisi penuh guci arak, Melati mulai menyantap makanannya.
"Dunia persilatan kembali geger...."
Terdengar oleh Arya dan Melati ucapan salah seorang pengunjung kedai. Ucapan itu keluar dart mulut seorang laki-laki bertubuh kekar, berwajah merah. Mau tidak mau ucapan tadi membuat kedua muda mudi ini tertarik mendengarkan.
Memang, sejak tadi Arya dan Melati sudah agak curiga melihat banyaknya pengunjung kedai ini. Menilik dari sikap dan pakaian yang mereka kenakan, Arya dan Melati tahu kalau orang-orang ini adalal tokoh-tokoh persilatan aliran putih. Itulah sebabnya kedua muda-mudi ini tertarik mendengar ucapan laki-laki berkulit merah tadi. Terutama sekali Arya!
Tadi sebelum duduk di kursi, secara sambil lalu Dewa Arak sempat melihat wajah-wajah para pengunjung. Dan, pemuda berambut putih keperakan ini jadi agak terkejut melihat wajah-wajah yang rata-rata menyorotkan kegagahan itu diliputi kecemasan.
Ucapan laki-laki bertubuh kekar berwajah merah. tidak ada yang menanggapi. Sehingga suasana di kedai pun jadi hening. Yang terdengar hanyalah suara berisik makanan dan minuman disantap.
"Ара yang kau katakan tidak salah, Ular Merah”, ucap seorang laki-laki berwajah hitam, bertubuh kecil dan ramping. "Malapetaka besar akan menimpa golongan kita. Hhh...! Sungguh tidak kusangka kalau iblis yang telah sekian puluh tahun lenyap, kini muncul lagi."
"Dan.., seperti kejadian sebelumnya... sudah bisa kuperkirakan kalau kali ini pun Iblis Hitam tidak akan mengalami kesulitan melakukan kejahatannya," sambut Ular Merah.
Suaranya terdengar penuh keputus-asaan. "Dia pasti akan membalas sakit hati leluhurnya dulu...," sambung salah seorang lainnya.
"Kau ketinggalan berita, Kisanak," selak laki-laki berwajah hitam. "Iblis Hitam telah melancarkan pembalasannya."
"Benarkah itu, Kucing Muka Hitam?" tanya Ular Merah setengah tidak percaya.
Laki-laki yang yang ternyata berjuluk Kucing Muka Hitam itu menganggukkan kepalanya.
"Kemarin malam Perguruan Bangau Tong-tong telah hancur diobrak-abrik Iblis Hitam!"
"Ah...! Kalau begitu benar! Iblis Itu mulai membalaskan dendam leluhurnya!" sambut ular Merah kaget. "Ketua Perguruan Bangau Tong-tong dulunya adalah salah seorang pengeroyok Iblis Hitam."
"Benar," Kucing Muka Hitam menganggukkan kepala. "Dan nanti malam..., Iblis Hitam akan menyatroni Perguruan Cakar Harimau. Si Harimau Terbang, Ketua Perguruan Cakar Harimau juga salah seorang pembunuh leluhur Iblis Hitam."
"Apakah kau benar-benar yakin, Kucing Muka Hitam?" tanya salah seorang tokoh persilatan lain, meminta ketegasan.
Laki-laki berwajah hitam, bertubuh kecil dan ramping itu menganggukkan kepala. "Kemarin malam..., Perguruan Cakar Harimau telah menerima ancaman itu. Di papan nama perguruan mereka terdapat tanda tapak tangan hitam. Tanda khas Iblis Hitam."
"Kita tidak boleh tinggal diam!" sambut tokoh persilatan yang Iain lagi.
"Ya!" sambut yang seorang lagi.
"Betul!" sahut lainnya menyetujui.
"Kita bantu Perguruan Cakar Harimau menghadapi iblis keparat itu!"
"Akur...!"
Seluruh dinding kedai bergetar begitu para tokoh yang jumlahnya dua belas orang berikrar berbarengan. Так lama kemudian, mereka bergegas meninggalkan kedai setelah membayar pesanannya pada pemilik kedai.
Так sedikit pun mereka menoleh pada Arya atau Melati. Seluruh pikiran mereka tertuju pada tokoh yang berjuluk Iblis Hitam.
Sepeninggal tokoh-tokoh persilatan golongan putih itu, Arya termenung. Dahi pemuda berambut putih keperakan ini berkemyit dalam. Jelas ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Paman...!"
Arya melambaikan tangan memanggil laki-laki tua pemilik kedai.
"Ada ара, Den?" tanya laki-laki berperut buncit Itu seraya bergegas menghampiri.
Sejak tadi pemilik kedai ini memang dilanda perasaan bingung melihat Arya. Seumur hidupnya, dia belum pernah melihat orang yang masih begitu muda memiliki rambut putih. Putihnya indah lagi! Apakah yang menyebabkannya? tanya laki-laki setengah tua, berperut buncit ini dalam hati.
"Bisa kau ceritakan padaku, ара yang tengah terjadi di desa ini?" tanya Arya seraya menatap tajam wajah pemilik kedai.
Karuan saja laki-laki setengah tua ini menjadi gugup. Sepasang bola mata pemuda berambut putih.keperakan dilihatnya mencorong. tajam, seperti mata seekor harimau dalam gelap.
"Ses... sebetulnya..., tidak ada ара-ара. Den...," sahut pemilik kedai setelah beberapa saat terdiam. Ucapannya terbata-bata.
“Tapi, sebenamya ada kan, Paman?" Arya memojokkan laki-laki berperut buncit itu.
Perlahan kepala laki-laki pemilik kedai itu terangguk pelan. “Tapi..., belum menimpa para penduduk desa...."
"Jadi...," Arya mulai mengerti.
"Ya..., hanya menimpa orang-orang persilatan saja," sambung pemilik kedai. "Mungkin bagian untuk penduduk desa hanya tinggal menunggu waktu saja. Iblis Hitam telah turun temurun merajalela tanpa tertandingi. Saat ini dia belum meresahkan penduduk karena ingin membalaskan kematian leluhurnya dulu Bagitulah menurut pendapatku, Den."
"Kau tahu.., di mana letak Perguruan Cakar Harimau, Paman?" tanya Arya yang telah memutuskan untuk melihat sendiri, seperti ара tokoh yang begitu ditakuti itu.
"Kau... kau hendak ke sana, Den?!" laki-laki реmilik kedai Itu tampak terkejut. "Kalau mau mendengar nasihatku..., pergilah jauh-jauh dari desa ini. Dan..., jangan coba-coba mencampuri urusan Iblis Hitam, Den. Percuma!"
"Memangnya kenapa, Paman?"
Melati yang sejak tadi diam, akhimya tidak tahan memendam rasa ingin tahu. Sikap laki-laki berperut buncit yang terlalu meremehkan Arya dan dia, membuat hatinya dongkoL
"Iblis Hitam tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh siapa pun! Dan itu memang telah terbukti. Lebih dari seratus tahun Iblis Hitam bercokol di wilayah Utara ini tanpa ada seorang pun yang sanggup mencegah."
"Seratus tahun?!" pekik Arya karena terkejut "Jadi, Iblis Hitam sudah tua, Paman?!"
"Sama sekali tidak, Den," sahut pemilik kedai. "Kejahatan Iblis Hitam dilanjutkan oleh keturunan-keturunannya. Baru pada keturunan yang entah ke berapa..., akhimya Iblis Hitam berhasil ditewaskan. Itu pun karena Iblis Hitam tidak sempat menggunakan pusakanya. Tambahan lagi pengeroyoknya adalah pentolan tokoh-tokoh persilatan aliran putih. Sungguh tidak disangka setelah puluhan tahun menghilang, keturunan Iblis Hitam muncul kembali," ucap laki-laki itu mengakhiri ceritanya. "Bagaimana? Masih kepingin ke Perguruan Cakar Harimau, Den?"
"Maaf, Paman. Bukannya aku tidak menghargai nasihatmu. Tapi, aku ingin sekali melihat tokoh yang begitu menggiriskan itu!"
"Hhh...!"
Pemilik kedai menghela napas berat Kemudian menunjukkan jalan yang harus ditempuh menuju Perguruan Cakar Harimau.
"Terima kasih, Paman," ucap Arya. Setelah membayar pesanannya, kedua muda-mudi ini bergegas meninggalkan kedai dengan tergesa-gesa.
****
Suara kukuk burung hantu menguak keheningan malam. Langit nampak bersih, tak terlihat sedikit pun awan yang menggantung. Bulan penuh di langit nampak Indah, terselaput warna kuning keemasan. Sementara bintang-bintang yang berkelap-kelip semakin menambah indahnya malam.
Di bawah terangnya suasana malam purnama, nampak sesosok bayangan hitam berkelebat, Gerakannya cepat bukan main. Sehingga yang terlihat hanyalah sekelebat bayangan hitam saja. Sosok bayangan serba hitam itu terus berkelebat. Rupa sosok bayangan hitam itu terlihat jelas di bawah jilatan sinar rembulan. Sosok bayangan itu temyata Iblis Hitam.
Iblis Hitam terus berlari cepat. Langkahnya baru agak diperlambat ketika mulai mendekati bangunan besar berhalaman luas. Sebuah bangunan megah yang dikelilingi pagar kayu bulat tinggi.
Sepasang mata Iblis Hitam berbinar-binar begitu menatap bagian atas pintu gerbang. Di sana terpampang sebuah papan tebal berukir yang bertufiskan huruf-huruf indah.
'Perguruan Cakar Harimau'.
Sekali melompat, tubuh iblis itu telah berada tepat di depan pintu gerbang Perguruan Cakar Harimau. Dan, begitu telah berada tepat di depannya, Iblis Hitam menghantamkan kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan hitam ke daun pintu.
Brakkk!
Terdengar suara berderak keras yang diikuti dengan hancurnya pintu gerbang berkeping-keping. Tentu saja suara hiruk-pikuk itu mengejutkan orang-orang yang berada di bagian dalam pintu gerbang.
Sejak tadi mereka memang telah bersiap-siap menyambut kedatangan iblis yang menggiriskan itu. Di antara murid-murid Perguruan Cakar Harimau itu sendiri, terlihat Ular Merah, Kucing Muka Hitam, dan semua tokoh persilatan yang tadi ada di kedai.
"Ha ha ha...!"
Iblis Hitam memperdengarkan tawa aneh. Suaranya pelan, tapi berat dan bergaung. Sepertinya tawa itu tidak mungkin keluar dari mulut manusia biasa. Iblis Hitam menatap puluhan sosok yang berdiri sekitar lima tombak di depannya sambil terus tertawa. Di tangan mereka telah tergenggam berbagai jenis senjata.
"Rupanya kau sudah siap menyambut kedatanganku, Harimau Terbang," dengus Iblis Hitam.
"Tidak usah banyak basa-basi, Iblis Hitam!" sergah Harimau Terbang keras.
"Aku memang tidak ingin berbasa-basi dengan pembunuh leluhurku!" sahut Iblis Hitam dingin. "Aku datang untuk mengambil nyawamu, Harimau Terbang!"
Begitu menyelesaikan ucapannya, Iblis Hitam yang memang sudah tidak sabar lagi segera bersiap-siар mengeluarakan ilmu andalannya, 'Ilmu Tapak Penggetar Jagat'.
Aneh sekali jurus pembukaan ilmu ini. Dada dan perutnya dihadapkan ke samping kiri. Begitu juga arah ujung-ujung jari kaki. Kedua kaki Iblis Hitam agak menjinjit. Posisi jari-jari kedua tangannya terbuka. Bagian tubuh sebelah kanan agak direndahkan sambil menarik tangan kirinya ke pinggang.
Sementara tangan kanan yang semula berada di depan dada, perlahan-lahan tapi penuh tenaga didorong ke depan. Seketika terdengar suara angina berkerosak nyaring ketika tangan itu bergerak mendorong.
Dan secepat jurus pembukaannya dimulai, secepat ttu pula tokoh hitam ini melesat. Cepat bukan main gerakannya. Sehingga yang terlihat hanya sekelebat bayangan hitam yang meluruk cepat ke arah Ketua Perguruan Cakar Harimau. Jubahnya berkibaran terhembus angin.
Aneh bukan main ilmu yang dimainkan oleh Iblis Hitam. Mula-mula kedua tangannya, dengan jail-jari tangan terbuka disilangkan di depan dada. Tangan kanan berada di atas tangan kiri. Kemudian, cepat bukan main badannya agak diputar sedikit ke kanan sambil menyampokan kedua tangannya berbarengan mengancam dada dan ulu hati lawan. Suara berkerosakan nyaring terdengar sebelum serangan Iblis Hitam tiba.
Harimau Terbang tidak berani bersikap main-main. Kakek berkumis mirip harimau ini segera mencabut sebatang pedang bergagang kepala harimau. Dan kemudian dikelebatkan, menangkis serangan yang mengancam dada dan ulu hatinya.
Singgg! Trakkk!
Benturan antara sebatang pedang dan sepasang tangan terbungkus sarung tangan hitam terdengar keras. Akibatnya, tubuh Harimau Terbang terhuyung-huyung lima tombak ke belakang. Sekujur tangan yang memegang pedang dirasakan lumpuh seketika. Bahkan dadanya pun terasa sesak bukan main. Так dapat dicegah lagi, keluar keluhan tertahan dari mulutnya.
Iblis Hitam yang sama sekali tidak terpengaruh oleh tangkisan pedang Harimau Terbang kembali mendengus. Bahkan kini dia sudah memburu tubuh yang tengah terhuyung-huyung itu.
Melihat nyawa Harimau Terbang terancam, tentu saja murid murid dan rekan-rekannya tidak tinggal diam. Mereka bergegas melompat, mencoba menjegal serangan Iblis Hitam.
Sebenamya mereka tahu kalau sekujur tubuh Iblis Hitam tidak dapat dilukai oleh senjata ара pun. Tapi, sasaran mereka adalah menghalau cecaran Iblis Hitam pada Ketua Perguruan Harimau Terbang. Dan, itulah yang sekarang mereka lakukan.
Iblis Hitam mendengus begitu menyadari usahanya untuk membunuh musuh besar leluhurnya dihalangi hujan senjata yang mengarah berbagai bagian tubuhnya sama sekali tidak dihiraukan. Tapi mendadak kedua tangannya berkelebatan cepat.
Bukkk! Takkk! Dukkk!
Telak dan keras bukan main berbagai macam senjata itu mengenai sasaran. Tapi, tidak sedikit pun ada yang melukai kulit tubuhnya. Bahkan sebaliknya, terdengar jerit-jerit mengerikan begitu sepasang tangan Iblis Hitam menyambar para pengeroyoknya.
Murid-murid Perguruan Cakar Harimau berpentalan bagai dilanda angin topan. Mereka tewas seketika sebelum sempat jatuh ke tanah. Beruntung, Ular Merah dan Kucing Muka Hitam cepat melemparkan tubuhnya dan berguling menjauh. Sehingga mereka selamat dari tangan maut Iblis Hitam.
Melihat banyak saudara-saudara mereka merijadi korban, murid-murid Perguruan Cakar Harimau lainnya menjadi geram. Berbondong-bondong mereka menyerbu Iblis Hitam. Так ketinggalan pula Ular Merah dan Kucing Muka Hitam serta Harimau Terbang.
Sesaat kemudian pertarungan sengit pun terjadi. Iblis Hitam yang sudah mulai mengamuk. Sama sekali tidak mempedulikan setiap serangan yang mengancam berbagai bagian tubuhnya.
Terdengar jerit kematian saling susul dari pengeroyok yang roboh setiap kali sepasang telapak tangan Iblis Hitam berkelebat. Mengerikan, setiap orang yang tersambar serangan balasan Iblis Hitam tidak akan pernah bangkit lagi selamanya.
Malam itu halaman depan Perguruan Harimau Terbang benar-benar menjadi arena pembantaian besar-besaran. Harimau Terbang menggertakkan gigi. Pedang bergagang kepala harimau di tangannya berkelebatan semakin dahsyat Berbagai macam perasaan bercampur aduk dalam hati Ketua Perguruan Cakar Harimau ini.
Perasaan sedih, marah, dan sakit hati bercampur baur melihat murid-muridnya berguguran tanpa mampu melindungi mereka. Kini kemarahannya diiampiaskan dalam serangannya.
Belum lagi sepuluh jurus pertarungan berlangsung, sudah tidak terhitung lagi jumlah korban amukan Iblis Hitam. Dan beberapa jurus selanjutnya yang tinggal hanyalah Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah. Akhir dari pertarungan sudah bisa diramalkan. Iblis Hitam akan keluar sebagai pemenang.
"Ha ha ha...l" Iblis Hitam kembali tertawa terbahak-bahak. "Kematianmu sudah di ambang pintu, Harimau Terbang."
Harimau Terbang hanya dapat menggertakkan gigi untuk mengusir kegeraman hatinya Sejak awal sebenarnya kakek ini menyadari tidak ada gunanya menyarangkan serangan. Tapi, Ketua Perguruan Cakar Harimau ini tetap memaksakan diri terus menyerang.
"Haaat...!"
Disertai teriakan keras, Ular Merah mengayunkan ruyungnya ke arah pelipis kiri lawan dengan kekuatan penuh. Dia tidak percaya seandainya kepala Iblis Hitam mampu bertahan terhadap pukulan ruyungnya
Wuttt..!
Angin bertiup keras mengiringi tibanya serangan ruyung Ular Merah. Dan pada saat yang bersamaan, cakar baja Kucing Muka Hitam ditusukkan ke pelipis kanan Iblis Hitam. Sedangkan Harimau Terbang melompat dan menusukkan pedang ke arah mata.
Iblis Hitam hanya mendengus. Tahu-tahu tangannya bergerak dengan kecepatan yang sukar diikuti mata biasa. Dan sesaat kemudian di kedua tangannya telah tergenggam sebatang kapak hitam mengkilat,
Secepat kedua kapak telah berada di tangan, secepat itu pula tubuhnya dirundukkan dan menyelinap ke depan seraya membabatkan kapaknya.
Wuttt! Wuttt!
Crattt! Crattt!
Tubuh Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah menggelepar. Tepat sekali sepasang kapak di tangan Iblis Hitam menyerempet perut mereka. Seketika itu juga darah mengalir dari luka di perut yang menganga lebar.
"Ha ha ha...!"
Iblis Hitam tertawa bergelak melihat tubuh ketiga pengeroyoknya mulai limbung. Tapi, hal itu hanya berlangsung sesaat saja. Kemudian tubuh mereka roboh di lanah sambil bergeleparan sebelum akhimya diam tidak bergerak lagi. Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah tewas dengan sekujur kulit membiru.
"Kau dengar suara tawa itu, Melati?" tanya Dewa Атак tanpa mengurangi kecepatan larinya.
Kepalanya ditolehkan ke arah seraut wajah cantik jelita yang tengah berlari di sebelahnya.
"Ya, Kang," sahut gadis berpakaian putih seraya menganggukkan kepala.
"Aku khawatir kita teriambat, Melati," ucap Arya lagi.
"Maksudmu...?" tanya Melati walaupun sebenarnya sudah bisa menduga arah pembicaraan tunangannya.
"Iblis Hitam telah membalas dendamnya!"
"Ahhh...!" hanya suara keluh keterkejutan saja yang terdengar dari mulut gadis berpakaian putih itu.
Arya tidak berkata-kata lagi. Sepasang kakinya terus saja bergerak cepat menuju markas Perguruan Cakar Harimau.
"Hey...!"
Arya berseru kaget ketika di depannya melesat sesosok bayangan hitam yang memotong arah larinya. Terpaksa pemuda berambut putih keperakan ini agak menahan langkahnya agar tidak menabrak sosok bayangan hitam tadi.
Sementara sosok bayangan hitam yang ternyata adalah Iblis Hitam sama sekali tidak ambil peduli. Iblis itu terus berlari cepat
Arya menghentikan larinya sejenak. Sepasang matanya menyipit memperhatikan sosok bayangan hitam yang semakin lama semakin menjauh. Dan akhir nya lenyap ditelan kegelapan malam.
Melati juga berhenti berlari. Gadis berpakaian putih ini juga melihat sosok bayangan hitam yang memotong di depan kekasihnya.
"Siapa dia, Kang Arya?" tanya Melati.
"Mungkin... dia adalah Iblis Hitam...?!" gumam Dewa Arak seperti bertanya pada dirinya sendiri.
"Memangnya kalau orang tadi Iblis Hitam kenapa?" Melati malah balas bertanya.
Arya tidak lagsung menjawab. Sepasang mata nya dialihkan ke arah asal bayangan itu. Seketika alis pemuda berambut putih keperakan ini berkerut. Arah yang ditinggalkan bayangan hitam tadi adalah tempat yang akan ditujunya. Markas Perguruan Cakar Harimau.
Pemuda itu paling banyak baru berusia dua puluh satu tahun. Rambut panjangnya yang berwarna putih keperakan dibiarkan riap-riapan. Di punggung pemuda berpakaian ungu itu tersampir sebuah guci arak dari perak.
Sementara wanita muda berpakaian serba putih yang beijalan di sebelahnya berusia sekitar dua puluh tahun. Wajahnya cantik bukan main. Rambut hitam dan panjang yang dibiarkan terurai menambah daya tank penampilannya.
Sejenak kedua muda-mudi itu tertegun di pintu kedai. Sepasang mata mereka merayapi setiap sudut kedai, mencari meja yang masih kosong. Saat Ini kedai memang ramai dipenuhi pengunjung. Banyak orang yang tengah bersantap di dalamnya.
Dan menilik dari pakaian yang mereka kenakan, bisa ditebak kalau pengunjung kedai adalah orang-orang persilatan. Untunglah masih ada sebuah meja yang masih kosong. Agak bergegas kedua muda-mudi itu menghampiri. Kemudian menghenyakkan tubuh di kursi.
Seorang laki-laki setengah tua, bertubuh pendek tergopoh-gopoh menghampiri. Sewaktu berjalan, perutnya yang buncit mirip gentong air, terlihat bergoyang-goyang.
"Mau makan ара, Den?" tanya laki-laki yang ternyata adalah pemilik kedai.
"Kau mau pesan ара, Melati?" tanya pemuda berambut putih keperakan seraya menatap wajah temannya.
"Terserah kau sajalah, Kang Arya," sahut gadis berpakaian serba putih yang temyata adalah Melati. Putri angkat Raja Kerajaan Bojong Gading.
Pemuda berambut putih keperakan yang memang adalah Arya Buana alias Dewa Arak, mengangkat bahunya. Kemudian memesan beberapa macam makanan dan minuman. Dan khusus untuknya dipesan seguci arak.
Laki-laki bertubuh pendek dan berperut buncit itu bergegas melangkah ke dalam. Так lama kemudian sudah kembali dengan membawa pesanan Arya.
"Mari kita makan, Melati," ucap pemuda berambut putih keperakan seraya menjumput guci arak di punggungnya.
Guci itu telah kosong. Arya meletakkan guci arak di atas meja. Kemudian mengambil guci arak pesanan, lalu dituangkan ke dalam gucinya sendiri.
Melati belum menyantap makanan, menunggu Arуа selesai mengisi penuh-penuh guci araknya. Gadis ini tahu arti penting arak itu bagi pemuda berambut putih keperakan yang sekaligus tunangannya. Baru setelah melihat Arya selesai mengisi penuh guci arak, Melati mulai menyantap makanannya.
"Dunia persilatan kembali geger...."
Terdengar oleh Arya dan Melati ucapan salah seorang pengunjung kedai. Ucapan itu keluar dart mulut seorang laki-laki bertubuh kekar, berwajah merah. Mau tidak mau ucapan tadi membuat kedua muda mudi ini tertarik mendengarkan.
Memang, sejak tadi Arya dan Melati sudah agak curiga melihat banyaknya pengunjung kedai ini. Menilik dari sikap dan pakaian yang mereka kenakan, Arya dan Melati tahu kalau orang-orang ini adalal tokoh-tokoh persilatan aliran putih. Itulah sebabnya kedua muda-mudi ini tertarik mendengar ucapan laki-laki berkulit merah tadi. Terutama sekali Arya!
Tadi sebelum duduk di kursi, secara sambil lalu Dewa Arak sempat melihat wajah-wajah para pengunjung. Dan, pemuda berambut putih keperakan ini jadi agak terkejut melihat wajah-wajah yang rata-rata menyorotkan kegagahan itu diliputi kecemasan.
Ucapan laki-laki bertubuh kekar berwajah merah. tidak ada yang menanggapi. Sehingga suasana di kedai pun jadi hening. Yang terdengar hanyalah suara berisik makanan dan minuman disantap.
"Ара yang kau katakan tidak salah, Ular Merah”, ucap seorang laki-laki berwajah hitam, bertubuh kecil dan ramping. "Malapetaka besar akan menimpa golongan kita. Hhh...! Sungguh tidak kusangka kalau iblis yang telah sekian puluh tahun lenyap, kini muncul lagi."
"Dan.., seperti kejadian sebelumnya... sudah bisa kuperkirakan kalau kali ini pun Iblis Hitam tidak akan mengalami kesulitan melakukan kejahatannya," sambut Ular Merah.
Suaranya terdengar penuh keputus-asaan. "Dia pasti akan membalas sakit hati leluhurnya dulu...," sambung salah seorang lainnya.
"Kau ketinggalan berita, Kisanak," selak laki-laki berwajah hitam. "Iblis Hitam telah melancarkan pembalasannya."
"Benarkah itu, Kucing Muka Hitam?" tanya Ular Merah setengah tidak percaya.
Laki-laki yang yang ternyata berjuluk Kucing Muka Hitam itu menganggukkan kepalanya.
"Kemarin malam Perguruan Bangau Tong-tong telah hancur diobrak-abrik Iblis Hitam!"
"Ah...! Kalau begitu benar! Iblis Itu mulai membalaskan dendam leluhurnya!" sambut ular Merah kaget. "Ketua Perguruan Bangau Tong-tong dulunya adalah salah seorang pengeroyok Iblis Hitam."
"Benar," Kucing Muka Hitam menganggukkan kepala. "Dan nanti malam..., Iblis Hitam akan menyatroni Perguruan Cakar Harimau. Si Harimau Terbang, Ketua Perguruan Cakar Harimau juga salah seorang pembunuh leluhur Iblis Hitam."
"Apakah kau benar-benar yakin, Kucing Muka Hitam?" tanya salah seorang tokoh persilatan lain, meminta ketegasan.
Laki-laki berwajah hitam, bertubuh kecil dan ramping itu menganggukkan kepala. "Kemarin malam..., Perguruan Cakar Harimau telah menerima ancaman itu. Di papan nama perguruan mereka terdapat tanda tapak tangan hitam. Tanda khas Iblis Hitam."
"Kita tidak boleh tinggal diam!" sambut tokoh persilatan yang Iain lagi.
"Ya!" sambut yang seorang lagi.
"Betul!" sahut lainnya menyetujui.
"Kita bantu Perguruan Cakar Harimau menghadapi iblis keparat itu!"
"Akur...!"
Seluruh dinding kedai bergetar begitu para tokoh yang jumlahnya dua belas orang berikrar berbarengan. Так lama kemudian, mereka bergegas meninggalkan kedai setelah membayar pesanannya pada pemilik kedai.
Так sedikit pun mereka menoleh pada Arya atau Melati. Seluruh pikiran mereka tertuju pada tokoh yang berjuluk Iblis Hitam.
Sepeninggal tokoh-tokoh persilatan golongan putih itu, Arya termenung. Dahi pemuda berambut putih keperakan ini berkemyit dalam. Jelas ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Paman...!"
Arya melambaikan tangan memanggil laki-laki tua pemilik kedai.
"Ada ара, Den?" tanya laki-laki berperut buncit Itu seraya bergegas menghampiri.
Sejak tadi pemilik kedai ini memang dilanda perasaan bingung melihat Arya. Seumur hidupnya, dia belum pernah melihat orang yang masih begitu muda memiliki rambut putih. Putihnya indah lagi! Apakah yang menyebabkannya? tanya laki-laki setengah tua, berperut buncit ini dalam hati.
"Bisa kau ceritakan padaku, ара yang tengah terjadi di desa ini?" tanya Arya seraya menatap tajam wajah pemilik kedai.
Karuan saja laki-laki setengah tua ini menjadi gugup. Sepasang bola mata pemuda berambut putih.keperakan dilihatnya mencorong. tajam, seperti mata seekor harimau dalam gelap.
"Ses... sebetulnya..., tidak ada ара-ара. Den...," sahut pemilik kedai setelah beberapa saat terdiam. Ucapannya terbata-bata.
“Tapi, sebenamya ada kan, Paman?" Arya memojokkan laki-laki berperut buncit itu.
Perlahan kepala laki-laki pemilik kedai itu terangguk pelan. “Tapi..., belum menimpa para penduduk desa...."
"Jadi...," Arya mulai mengerti.
"Ya..., hanya menimpa orang-orang persilatan saja," sambung pemilik kedai. "Mungkin bagian untuk penduduk desa hanya tinggal menunggu waktu saja. Iblis Hitam telah turun temurun merajalela tanpa tertandingi. Saat ini dia belum meresahkan penduduk karena ingin membalaskan kematian leluhurnya dulu Bagitulah menurut pendapatku, Den."
"Kau tahu.., di mana letak Perguruan Cakar Harimau, Paman?" tanya Arya yang telah memutuskan untuk melihat sendiri, seperti ара tokoh yang begitu ditakuti itu.
"Kau... kau hendak ke sana, Den?!" laki-laki реmilik kedai Itu tampak terkejut. "Kalau mau mendengar nasihatku..., pergilah jauh-jauh dari desa ini. Dan..., jangan coba-coba mencampuri urusan Iblis Hitam, Den. Percuma!"
"Memangnya kenapa, Paman?"
Melati yang sejak tadi diam, akhimya tidak tahan memendam rasa ingin tahu. Sikap laki-laki berperut buncit yang terlalu meremehkan Arya dan dia, membuat hatinya dongkoL
"Iblis Hitam tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh siapa pun! Dan itu memang telah terbukti. Lebih dari seratus tahun Iblis Hitam bercokol di wilayah Utara ini tanpa ada seorang pun yang sanggup mencegah."
"Seratus tahun?!" pekik Arya karena terkejut "Jadi, Iblis Hitam sudah tua, Paman?!"
"Sama sekali tidak, Den," sahut pemilik kedai. "Kejahatan Iblis Hitam dilanjutkan oleh keturunan-keturunannya. Baru pada keturunan yang entah ke berapa..., akhimya Iblis Hitam berhasil ditewaskan. Itu pun karena Iblis Hitam tidak sempat menggunakan pusakanya. Tambahan lagi pengeroyoknya adalah pentolan tokoh-tokoh persilatan aliran putih. Sungguh tidak disangka setelah puluhan tahun menghilang, keturunan Iblis Hitam muncul kembali," ucap laki-laki itu mengakhiri ceritanya. "Bagaimana? Masih kepingin ke Perguruan Cakar Harimau, Den?"
"Maaf, Paman. Bukannya aku tidak menghargai nasihatmu. Tapi, aku ingin sekali melihat tokoh yang begitu menggiriskan itu!"
"Hhh...!"
Pemilik kedai menghela napas berat Kemudian menunjukkan jalan yang harus ditempuh menuju Perguruan Cakar Harimau.
"Terima kasih, Paman," ucap Arya. Setelah membayar pesanannya, kedua muda-mudi ini bergegas meninggalkan kedai dengan tergesa-gesa.
****
Suara kukuk burung hantu menguak keheningan malam. Langit nampak bersih, tak terlihat sedikit pun awan yang menggantung. Bulan penuh di langit nampak Indah, terselaput warna kuning keemasan. Sementara bintang-bintang yang berkelap-kelip semakin menambah indahnya malam.
Di bawah terangnya suasana malam purnama, nampak sesosok bayangan hitam berkelebat, Gerakannya cepat bukan main. Sehingga yang terlihat hanyalah sekelebat bayangan hitam saja. Sosok bayangan serba hitam itu terus berkelebat. Rupa sosok bayangan hitam itu terlihat jelas di bawah jilatan sinar rembulan. Sosok bayangan itu temyata Iblis Hitam.
Iblis Hitam terus berlari cepat. Langkahnya baru agak diperlambat ketika mulai mendekati bangunan besar berhalaman luas. Sebuah bangunan megah yang dikelilingi pagar kayu bulat tinggi.
Sepasang mata Iblis Hitam berbinar-binar begitu menatap bagian atas pintu gerbang. Di sana terpampang sebuah papan tebal berukir yang bertufiskan huruf-huruf indah.
'Perguruan Cakar Harimau'.
Sekali melompat, tubuh iblis itu telah berada tepat di depan pintu gerbang Perguruan Cakar Harimau. Dan, begitu telah berada tepat di depannya, Iblis Hitam menghantamkan kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan hitam ke daun pintu.
Brakkk!
Terdengar suara berderak keras yang diikuti dengan hancurnya pintu gerbang berkeping-keping. Tentu saja suara hiruk-pikuk itu mengejutkan orang-orang yang berada di bagian dalam pintu gerbang.
Sejak tadi mereka memang telah bersiap-siap menyambut kedatangan iblis yang menggiriskan itu. Di antara murid-murid Perguruan Cakar Harimau itu sendiri, terlihat Ular Merah, Kucing Muka Hitam, dan semua tokoh persilatan yang tadi ada di kedai.
"Ha ha ha...!"
Iblis Hitam memperdengarkan tawa aneh. Suaranya pelan, tapi berat dan bergaung. Sepertinya tawa itu tidak mungkin keluar dari mulut manusia biasa. Iblis Hitam menatap puluhan sosok yang berdiri sekitar lima tombak di depannya sambil terus tertawa. Di tangan mereka telah tergenggam berbagai jenis senjata.
"Rupanya kau sudah siap menyambut kedatanganku, Harimau Terbang," dengus Iblis Hitam.
"Tidak usah banyak basa-basi, Iblis Hitam!" sergah Harimau Terbang keras.
"Aku memang tidak ingin berbasa-basi dengan pembunuh leluhurku!" sahut Iblis Hitam dingin. "Aku datang untuk mengambil nyawamu, Harimau Terbang!"
Begitu menyelesaikan ucapannya, Iblis Hitam yang memang sudah tidak sabar lagi segera bersiap-siар mengeluarakan ilmu andalannya, 'Ilmu Tapak Penggetar Jagat'.
Aneh sekali jurus pembukaan ilmu ini. Dada dan perutnya dihadapkan ke samping kiri. Begitu juga arah ujung-ujung jari kaki. Kedua kaki Iblis Hitam agak menjinjit. Posisi jari-jari kedua tangannya terbuka. Bagian tubuh sebelah kanan agak direndahkan sambil menarik tangan kirinya ke pinggang.
Sementara tangan kanan yang semula berada di depan dada, perlahan-lahan tapi penuh tenaga didorong ke depan. Seketika terdengar suara angina berkerosak nyaring ketika tangan itu bergerak mendorong.
Dan secepat jurus pembukaannya dimulai, secepat ttu pula tokoh hitam ini melesat. Cepat bukan main gerakannya. Sehingga yang terlihat hanya sekelebat bayangan hitam yang meluruk cepat ke arah Ketua Perguruan Cakar Harimau. Jubahnya berkibaran terhembus angin.
Aneh bukan main ilmu yang dimainkan oleh Iblis Hitam. Mula-mula kedua tangannya, dengan jail-jari tangan terbuka disilangkan di depan dada. Tangan kanan berada di atas tangan kiri. Kemudian, cepat bukan main badannya agak diputar sedikit ke kanan sambil menyampokan kedua tangannya berbarengan mengancam dada dan ulu hati lawan. Suara berkerosakan nyaring terdengar sebelum serangan Iblis Hitam tiba.
Harimau Terbang tidak berani bersikap main-main. Kakek berkumis mirip harimau ini segera mencabut sebatang pedang bergagang kepala harimau. Dan kemudian dikelebatkan, menangkis serangan yang mengancam dada dan ulu hatinya.
Singgg! Trakkk!
Benturan antara sebatang pedang dan sepasang tangan terbungkus sarung tangan hitam terdengar keras. Akibatnya, tubuh Harimau Terbang terhuyung-huyung lima tombak ke belakang. Sekujur tangan yang memegang pedang dirasakan lumpuh seketika. Bahkan dadanya pun terasa sesak bukan main. Так dapat dicegah lagi, keluar keluhan tertahan dari mulutnya.
Iblis Hitam yang sama sekali tidak terpengaruh oleh tangkisan pedang Harimau Terbang kembali mendengus. Bahkan kini dia sudah memburu tubuh yang tengah terhuyung-huyung itu.
Melihat nyawa Harimau Terbang terancam, tentu saja murid murid dan rekan-rekannya tidak tinggal diam. Mereka bergegas melompat, mencoba menjegal serangan Iblis Hitam.
Sebenamya mereka tahu kalau sekujur tubuh Iblis Hitam tidak dapat dilukai oleh senjata ара pun. Tapi, sasaran mereka adalah menghalau cecaran Iblis Hitam pada Ketua Perguruan Harimau Terbang. Dan, itulah yang sekarang mereka lakukan.
Iblis Hitam mendengus begitu menyadari usahanya untuk membunuh musuh besar leluhurnya dihalangi hujan senjata yang mengarah berbagai bagian tubuhnya sama sekali tidak dihiraukan. Tapi mendadak kedua tangannya berkelebatan cepat.
Bukkk! Takkk! Dukkk!
Telak dan keras bukan main berbagai macam senjata itu mengenai sasaran. Tapi, tidak sedikit pun ada yang melukai kulit tubuhnya. Bahkan sebaliknya, terdengar jerit-jerit mengerikan begitu sepasang tangan Iblis Hitam menyambar para pengeroyoknya.
Murid-murid Perguruan Cakar Harimau berpentalan bagai dilanda angin topan. Mereka tewas seketika sebelum sempat jatuh ke tanah. Beruntung, Ular Merah dan Kucing Muka Hitam cepat melemparkan tubuhnya dan berguling menjauh. Sehingga mereka selamat dari tangan maut Iblis Hitam.
Melihat banyak saudara-saudara mereka merijadi korban, murid-murid Perguruan Cakar Harimau lainnya menjadi geram. Berbondong-bondong mereka menyerbu Iblis Hitam. Так ketinggalan pula Ular Merah dan Kucing Muka Hitam serta Harimau Terbang.
Sesaat kemudian pertarungan sengit pun terjadi. Iblis Hitam yang sudah mulai mengamuk. Sama sekali tidak mempedulikan setiap serangan yang mengancam berbagai bagian tubuhnya.
Terdengar jerit kematian saling susul dari pengeroyok yang roboh setiap kali sepasang telapak tangan Iblis Hitam berkelebat. Mengerikan, setiap orang yang tersambar serangan balasan Iblis Hitam tidak akan pernah bangkit lagi selamanya.
Malam itu halaman depan Perguruan Harimau Terbang benar-benar menjadi arena pembantaian besar-besaran. Harimau Terbang menggertakkan gigi. Pedang bergagang kepala harimau di tangannya berkelebatan semakin dahsyat Berbagai macam perasaan bercampur aduk dalam hati Ketua Perguruan Cakar Harimau ini.
Perasaan sedih, marah, dan sakit hati bercampur baur melihat murid-muridnya berguguran tanpa mampu melindungi mereka. Kini kemarahannya diiampiaskan dalam serangannya.
Belum lagi sepuluh jurus pertarungan berlangsung, sudah tidak terhitung lagi jumlah korban amukan Iblis Hitam. Dan beberapa jurus selanjutnya yang tinggal hanyalah Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah. Akhir dari pertarungan sudah bisa diramalkan. Iblis Hitam akan keluar sebagai pemenang.
"Ha ha ha...l" Iblis Hitam kembali tertawa terbahak-bahak. "Kematianmu sudah di ambang pintu, Harimau Terbang."
Harimau Terbang hanya dapat menggertakkan gigi untuk mengusir kegeraman hatinya Sejak awal sebenarnya kakek ini menyadari tidak ada gunanya menyarangkan serangan. Tapi, Ketua Perguruan Cakar Harimau ini tetap memaksakan diri terus menyerang.
"Haaat...!"
Disertai teriakan keras, Ular Merah mengayunkan ruyungnya ke arah pelipis kiri lawan dengan kekuatan penuh. Dia tidak percaya seandainya kepala Iblis Hitam mampu bertahan terhadap pukulan ruyungnya
Wuttt..!
Angin bertiup keras mengiringi tibanya serangan ruyung Ular Merah. Dan pada saat yang bersamaan, cakar baja Kucing Muka Hitam ditusukkan ke pelipis kanan Iblis Hitam. Sedangkan Harimau Terbang melompat dan menusukkan pedang ke arah mata.
Iblis Hitam hanya mendengus. Tahu-tahu tangannya bergerak dengan kecepatan yang sukar diikuti mata biasa. Dan sesaat kemudian di kedua tangannya telah tergenggam sebatang kapak hitam mengkilat,
Secepat kedua kapak telah berada di tangan, secepat itu pula tubuhnya dirundukkan dan menyelinap ke depan seraya membabatkan kapaknya.
Wuttt! Wuttt!
Crattt! Crattt!
Tubuh Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah menggelepar. Tepat sekali sepasang kapak di tangan Iblis Hitam menyerempet perut mereka. Seketika itu juga darah mengalir dari luka di perut yang menganga lebar.
"Ha ha ha...!"
Iblis Hitam tertawa bergelak melihat tubuh ketiga pengeroyoknya mulai limbung. Tapi, hal itu hanya berlangsung sesaat saja. Kemudian tubuh mereka roboh di lanah sambil bergeleparan sebelum akhimya diam tidak bergerak lagi. Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah tewas dengan sekujur kulit membiru.
"Kau dengar suara tawa itu, Melati?" tanya Dewa Атак tanpa mengurangi kecepatan larinya.
Kepalanya ditolehkan ke arah seraut wajah cantik jelita yang tengah berlari di sebelahnya.
"Ya, Kang," sahut gadis berpakaian putih seraya menganggukkan kepala.
"Aku khawatir kita teriambat, Melati," ucap Arya lagi.
"Maksudmu...?" tanya Melati walaupun sebenarnya sudah bisa menduga arah pembicaraan tunangannya.
"Iblis Hitam telah membalas dendamnya!"
"Ahhh...!" hanya suara keluh keterkejutan saja yang terdengar dari mulut gadis berpakaian putih itu.
Arya tidak berkata-kata lagi. Sepasang kakinya terus saja bergerak cepat menuju markas Perguruan Cakar Harimau.
"Hey...!"
Arya berseru kaget ketika di depannya melesat sesosok bayangan hitam yang memotong arah larinya. Terpaksa pemuda berambut putih keperakan ini agak menahan langkahnya agar tidak menabrak sosok bayangan hitam tadi.
Sementara sosok bayangan hitam yang ternyata adalah Iblis Hitam sama sekali tidak ambil peduli. Iblis itu terus berlari cepat
Arya menghentikan larinya sejenak. Sepasang matanya menyipit memperhatikan sosok bayangan hitam yang semakin lama semakin menjauh. Dan akhir nya lenyap ditelan kegelapan malam.
Melati juga berhenti berlari. Gadis berpakaian putih ini juga melihat sosok bayangan hitam yang memotong di depan kekasihnya.
"Siapa dia, Kang Arya?" tanya Melati.
"Mungkin... dia adalah Iblis Hitam...?!" gumam Dewa Arak seperti bertanya pada dirinya sendiri.
"Memangnya kalau orang tadi Iblis Hitam kenapa?" Melati malah balas bertanya.
Arya tidak lagsung menjawab. Sepasang mata nya dialihkan ke arah asal bayangan itu. Seketika alis pemuda berambut putih keperakan ini berkerut. Arah yang ditinggalkan bayangan hitam tadi adalah tempat yang akan ditujunya. Markas Perguruan Cakar Harimau.
OBJEK WISATA MANCA NEGARA
===============================
No comments:
Post a Comment