Ads

Wednesday, October 23, 2024

Peninggalan Iblis Hitam 04

Setelah puas tertawa, Iblis Hitam mengalihkan pandangan ke arah dua sosok yang sejak tadi memperhafikan dengan sorot mata tegang. Siapa lagi kalau bukan Pandora dan Pendekar Golok Baja.

Sedangkan Tengkorak Merah yang melihat kalau peti pusaka Iblis Hitam kosong, sudah sejak tadi kabur dari situ.

Так sadar Pendekar Golok Baja dan Pandora melangkah tiga tindak ke belakang begitu Iblis Hitam menatap ke arah mereka. Perbawa Iblis Hitam sejak puluhan tahun bahkan mungkin seratus tahun yang lulu memang menggiriskan.

Ternyata bukan hanya Pandora dan Pendekar Golok Baja yang terkejut, Iblis Hitam pun dilanda perasaan serupa. Tampak sepasang mata yang mencorong itu terbelalak kaget. Luar biasa! hanya dengan sekali melangkah, tubuh Iblis Hitam sudah berada lebih dari sepuluh tombak di depan.

"Luar biasa...," desah Pendekar Golok Baja begitu perasaan tegang yang melanda hafinya mulai aman. “Kepandaiannya luar biasa sekali...."

"Tuan...," ucap Pandora ragu-ragu.

"Ada ара, Pandora?" tanya Prajasena, tanpa mengalihkan pandangan ke arah Iblis hitam lenyap ditelan kegelapan malam.

"Sejarah akan berulang, Tuan," keluh kakek berwajah bintik-bintik putih itu. Suaranya pelan.

"Ара maksudmu, Pandora?" tanya Pendekar Golok Baja belum mengerti karena perhatiannya masih tertuju pada Iblis Hitam.

"Sejarah Iblis Hitam yang berlumuran darah...," Jawab Pandora dengan suara mengambang.

"Hhh...!"

Pendekar Golok Baja menghela napas berat. Nampak jelas kalau laki-laki gagah ini merasa tertekan melihat kenyataan yang dihadapinya.

"Tidak ada yang bisa kulakukan, Pandora," setelah sekian lama akhimya keluar Juga ucapan dari mulut Prajasena.

"Maksud, Tuan...?" Pandora masih belum jelas dengan ucapan sang Majikan.

"Kepandaianku sama sekali tidak berarti bila dibandingkan dengan kepandaiannya...," keluh Prajasena.

"Bagaimana Tuan bisa tahu?" tanya Pandora. Ada nada penasaran dalam suaranya. "Apakah Tuan pernah bertarung dengan dia?"

Pendekar Golok Baja menggelengkan kepala. "Eyang Wirageni yang mengatakan padaku."

"Maksud..., Tuan...?"

"Sejak zaman Iblis Hitam pertama sampai yang terakhir, yaitu ayahku, leluhur-leluhur Eyang Wirageni berusaha menahan sepak terjang Iblis Hitam. Baik dengan cara halus maupun cara kasar."



"Lalu..., hasilnya bagaimana, Tuan?" tanya Pandora ingin tahu.

"Iblis Hitam menaklukkan mereka," keluh Prajasena. "Kepandaian Iblis Hitam turun temurun jauh diatas keturunan Eyang Wirageni."

"Apakah Iblis Hitam dan keturunannya membasmi leluhur-leluhur Eyang Wirageni?" Tanya Pandora lagi.

Pendekar Golok Baja menggelengkan kepala. "ltulah hebatnya," sahut Prajasena bemada memuji. "Betapapun sesatnya Iblis Hitam dan keturunannya..., mereka tetap tidak membunuh leluhur-leluhur Eyang Wirageni turun temurun. Padahal jelas-jelas kalau dari dulu leluhur Eyang Wirageni berusaha sekuat tenaga menaklukkan mereka."

"Pantas Eyang Wirageni mau menerima Tuan dan adlk tuan. Meskipun dia tahu kalau Tuan dan adik luan adalah keturunan Iblis Hitam," sambut pelayan setia itu mulai paham.

"Yahhh...! Eyang Wirageni merasa berhutang budi."

Suasana menjadi hening ketika Pendekar Golok Baja menyelesaikan ucapannya. Kini yang terdengar ditempat itu hanya suara jangkrik dan serangga malam lainnya.

"Jadi..., atas dasar kekalahan leluhur-leluhur Eyang Wirageni turun temurun itulah yang menyebabkan Tuan tidak yakin mampu mengalahkan Iblis Hitam?" tanya Pandora lagi, memecahkan keheningan malam .

"Ya," sahut Prajasena. "Kini aku terhitung keturunan Eyang Wirageni. Dan aku telah menguasai seluruh ilmu leluhurnya. Tapi, Iblis Hitam yang tadi muncul juga telah menguasai seluruh ilmu warisan Iblis Hitam. Jadi, mana mungkin aku mampu mengalahkan dia. Di samping itu ada pantangan besar menentang leluhurku." Pandora terdiam seketika.

"Hanya yang masih membuatku bingung, dari mana Iblis Hitam tadi mendapatkan pusaka-pusakanya? Padahal, aku tahu pasti kalau ayah telah mewariskan semuanya padaku. Dan sejak diwariskan, peti itu selalu kubawa-bawa. Dan hampir setiap hari aku memeriksa gemboknya," ucap Prajasena dengan suara mengandung keheranan besar.

"Sewaktu Tuan memeriksa peti, apakah Tuan juga memeriksa isinya?" tanya Pandora ingin tahu.

"Kuakui aku memang ceroboh, Pandora. Aku sama sekali tidak memeriksa isinya. Begitu kulihat tutup peti masih tergembok, dan keadaan gembok tidak mengalami suatu ара, tenanglah hatiku. Sungguh tidak kusangka kalau kecerobohanku berakibat fatal."

Pandora menatap wajah majikan mudanya yang dipenuhi rasa penyesalan mendalam. Pelayan setia ini tidak berani mengeluarkan kata-kata lagi.

"Entah sejak kapan pusaka itu telah lenyap dari tempatnya," kembali Pendekar Golok Baja menggumam pelan.

"Hhh...!"

Suara helaan napas berat Pandora saja yang menjawab pertanyaan Prajasena. Kakek berwajah bintik-bintik putih itu tidak tahu harus berkata ара.

"Entah siapa orang yang telah mencemari nama leluhurku," ucap laki-laki gagah bercambang lebat itu lagi. Masih bernada keluhan.

"Dunia persilatan akan gempar kembali, Tuan," akhimya keluar juga kata-kata dari mulut Pandora.

"Yahhh...!" Pendekar Golok Baja hanya mendesah pelan.

"Iblis Hitam akan merajalela kembali tanpa ada seorang pun yang bisa menahannya," sela Pandora.

Pendekar Golok Baja sama sekali tidak menanggapi ucapan Pandora. Kakinya kembali dilangkahkan menuju pondok Eyang Wirageni. Kehadiran Iblis Hitam membuat Prajasena mendadak bisa bangkit berdiri dan berjalan normal. Hanya saja tenaga dalamnya belum pulih secara keseluruhan.

"Eyang...!" seru Pendekar Golok Baja begitu melihat tubuh paman gurunya tergeletak tak berdaya di lantai.

Darah menggenang di sekitar tubuh Eyang Wirageni. Dengan langkah terhuyung-huyung karena kondisi yang memang masih lemah, Prajasena berlari menghambur ke arah tubuh yang tergolek.

Terdengar suara berkerotokan keras ketika laki-laki gagah bercambang lebat itu menggertakkan gigi. Kemarahan bercampur kesedihan yang amat sangat melanda hati Prajasena.

"Aku berjanji Eyang. Akan kubalas kekejian ini. Tengkorak Merah! Tunggulah pembalasanku!" desis Prajasena penuh ancaman.

"Pandora...! tolong angkat mayat Eyang," ucap Pendekar Golok Baja pada Pandora, setelah berhasil meredakan perasaan hatinya yang terguncang.

Suaranya masih terdengar serak. Jelas kalau Prajasena dilanda perasaan sedih yang menggelegak. Kalau saja kondisi pendekar ini tidak dalam keadaan lemah, mayat Eyang Wirageni sudah diangkatnya sendiri.

"Hhh...!"

Hanya helaan napas berat yang dapat dikeluarkan oleh Pendekar Golok Baja untuk melampiaskan perasaan geram yang melanda dirinya. Selain itu, aра lagi yang dapat dilakukannya dalam keadaan tidak berdaya seperti ini?

Pandora segera membungkukkan tubuh. Lalu mengangkat mayat Eyang Wirageni, dan membawanya keluar rumah. Prajasena mengikuti di belakang. Dan malam itu juga, mayat Eyang Wirageni dikuburkan.

*****

Tengkorak Merah bertari cepat mengerahkan selurah ilmu meringankan tubuhnya. Sekali lihat, laki-laki bertubuh kurus kering ini sadar kalau dirinya bukan tandingan Iblis Hitam yang menggiriskan.

Itulah sebabnya dia mengambil keputusan untuk melarikan diri sebelum Iblis Hitam menghabiskan semua lawannya. Hati laki-laki bertubuh kurus kering ini sudah agak lega setelah beberapa saat berlari, temyata tidak ada tanda-tanda yang mengejamya.

Tapi, mendadak jantung Tengkorak Merah berdebar tegang melihat sosok serba hitam berdiri beberapa tombak di hadapannya. Iblis hitamkah sosok yang menghadang jalannya ! desis laki-laki kurus kering ini dalam hati.

"Ha ha ha...!"

Sosok serba hitam itu memperdengarkan tawa aneh. Suaranya pelan, berat, tapi bergaung. Seperti tawa itu terdengar dari mulut setan penghuni kuburan.

"Iblis Hitam...," desis Tengkorak Merah. Suaranya bergetar karena ketegangan yang melanda hatinya.

"Ha ha ha...!"

Hanya tawa aneh Iblis Hitam saja yang menyahut ucapan Tengkorak Merah.

"Mengapa kau hadang jalanku, Iblis Hitam?" tanya laki-laki bertubuh kurus kering itu parau. "Bukankah aku tidak pernah punya urusan denganmu?!"

"Hmh...!" Iblis Hitam mendengus. "Tidak usah berdusta, Tengkorak Merah!"

"Aku tidak berdusta," Tengkorak Merah mencoba membantah.

"Hmh...!" kembali Iblis Hitam mendengus. "Kini kau sudah membuat tiga kesalahan, Tengkorak Merah!"

“Tiga kesalahan?"

"Ya!" Iblis Hitam menganggukkan kepala.

"Pertama, kau ikut memperebutkan pusaka peninggalan leluhurku! Kedua, kau telah membunuh Eyang Wirageni, keturunan adik seperguruan leluhurku. Dan ketiga, kau telah berdusta padaku! Kau punya tiga kesalahan, Tengkorak Merah. Nyawa busukmu tidak akan cukup untuk menebus kesalahanmu!"

Seketika wajah Tengkorak Merah pucat karena tahu kalau dirinya bukan tandingan Iblis Hitam. Meskipun begitu, tentu saja lald-laki kurus kering ini tidak mau menyerahkan nyawa begitu saja.

Sadar kalau tidak akan mendapat ampunan Iblis Hitam, perasaan gentarnya berubah menjadi rasa nekat.

"Keparat! Kaulah yang akan mampus di tanganku, Iblis Hitam!"

Setelah berkata demikian, Tengkorak Merah segera memutar-mutar tongkat merah berujung tengkorak kepala manusia yang tergenggam di tangannya.

Wukkk, wukkk, wukkk...!

Angin menderu keras mengiringi putaran tongkat Itu. Kemudian disertai teriakan nyaring, Tengkorak Merah menyodokkan tongkatnya ke dada Iblis Hitam.

"Ha ha ha...!"

Iblis Hitam hanya tertawa menyeramkan. Serangan maut yang mengancamnya sama sekali tidak dihiraukan. Padahal angin serangan tongkat itu saja sudah membuat batu-batu kecil beterbangan tak tentu arah.

Tengkorak Merah agak terkejut juga melihat kejadian ini, Dia memang sudah mendengar legenda kalau Iblis Hitam tak mungkin bisa dilukai oleh serangan ара pun karena kemukjizatan pusakanya. Bahkan tadi pun telah disaksikannya sendiri kalau iblis itu memang tidak bisa dilukai.

Tapi, sebelum membuktikannya sendiri, laki-laki bertubuh kurus kering ini tidak percaya. Dan inilah kesalahannya!

Bukkk!

Telak dan cepat sekali ujung tongkat yang berbentuk tengkorak kepala manusia menusuk dada Iblis Hitam. Tapi aneh! Sosok itu tak bergeming sedikit pun.

"Ah...!"

Tengkorak Merah memekik kaget. Dan sebelum sempat berbuat sesuatu, tahu-tahu kaki kanan Iblis Hitam telah melesat ke perutnya.

Wuttt! Bukkk!

"Hugh!"

Tengkorak Merah mengeluh tertahan dengan tubuh terbungkuk. Seketika rasa sakit dan mual melanda perut laki-laki bertubuh kurus kering ini. Tendangan keras itu telak mengenai perut. Ada cairan merah kental menitik di sudut-sudut mulutnya.

Iblis Hitam tidak hanya bertindak sampai di situ saja, Cepat laksana kilat tangan tokoh sesat yang menggiriskan itu menampar deras ke arah pelipis.

Wuttt! Plakkk!

Krakkk!

Terdengar suara berderak keras ketika tamparan Iblis Hitam telak mengenai pelipis Tengkorak Merah. Dan, kontan tubuh laki-laki kurus kering ini terpelanting dengan mulut, hidung, dan telinga mengalir darah segar.

Tengkorak Merah tewas seketika! Tewas sebelum sempat ambruk ke tanah. Menyedihkan sekali! Seorang tokoh sesat. yang memiliki kepandaian tinggi, tewas hanya dalam tiga gebrakan saja. Dan itu terjadi karena keteledora Tengkorak Merah sendiri. Kalau saja dia bersikap waspada begitu melihat sikap Iblis Hitam yang tidak menghiraukan serangannya, tak akan semudah itu Tengkorak Merah bisa ditewaskan.

"Ha ha ha...!"

Iblis Hitam kembali tertawa menyeramkan. Setelah memandangi sejenak mayat Tengkorak Merah yang tergolek di tanah, tubuhnya melesat meninggalкаn tempat itu.

Sesaat kemudian suasana di situ kembali sepi. Yang terdengar hanyalah gema suara tawa Iblis Hitam yang melayang terbawa angin.

****





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

No comments:

Post a Comment