Ads

Tuesday, October 22, 2024

Peninggalan Iblis Hitam 03

"Uuuhhh...!"

Mendadak terdengar keluhan pelan mengiringi tubuh Prajasena yang menggeliat. Melihat hal ini, seketjka wajah Pandora berseri-seri. Bergegas dia mendekati balai-balai bambu.

"Tuan...," panggil kakek berwajah bintik-bintik putih itu. Nada suaranya menyiratkan rasa gembira yang menggelora.

"Pandora...," desah Pendekar Golok Baja pelan.

Setelah mengerjap-ngerjap beberapa saat, baru kemudian sepasang kelopak matanya membuka. Dan yang pertama kali dilihat adalah wajah pelayan setianya. Tapi, masih teriihat samar-samar. Memang tadi Prajasena memanggil nama Pandora sebelum membuka matanya. Dia memanggil pelayannya karena mendengar panggilan Pandora.

"Ya, Tuan...," sahut Pandora gembira.

Pandora tahu kalau majikan mudanya telah bebas dari cengkeraman racun jahat Sepasang Iblis Gurun Banjar. Wajah itu telah agak memerah kembali, sungguhpun masih agak pucat. Dan sepasang bola mata yang tidak kehijauan seperti sebelumnya, telah menjadi bukti nyata kalau Pendekar Golok Baja telah bebas dari racun. Memang, semula wajah dan sepasang bola mata Prajasena berubah kehijauan.

"Di manakah aku, Pandora...," tanya Prajasena sambil mengedarkan pandangan berkeliling.

“Tuan, lupa...?"

Pandora sengaja tidak segera menjawab pertanyaan Pendekar Golok Baja. Dibiar- kannya Prajasena mengamati seluruh penjuru tempat itu .

"Rasanya aku mengenal tempat ini...," gumam Prajasena pelan sambil mengernyitkan dahi. Jelas kalau Pendekar Golok Baja tengah menguras ingatannya.

"Ingat-ingatlah, Tuan...," sambut Pandora. “Terutama sejak Tuan berhasil mengusir Sepasang Iblis Gurun Banjar."

"Ah...! Aku ingat sekarang...!" sentak Pendekar Golok Baja setelah termenung sejenak. Apalagi setelah terpandang olehnya tubuh Eyang Wirageni yang tengah bersemadi.

"Ара yang telah terjadi, Pandora? Dan mengapa eyang bersemadi?"

Pandora tertegun sejenak. Dan sebelum sempat menjawab pertanyaan junjungannya, kembali terdengar suara bernada terkejut dari mulut Prajasena.

"Siapakah mereka, Pandora?" tanya Pendekar Golok Baja sambil menudingkan jari telunjuk pada lima sosok mayat yang tergolek dilantai. "Dan..., siapa yang membunuh mereka?"

"Hhh...!"

Kembali terdengar helaan napas berat dari mulut Pandora. Akhimya kakek ini pun menceritakan semua yang telah terjadi.

Sambil tetap berbaring di balai-balai bambu, Pendekar Golok Baja mendengar penuturan pelayannya penuh perhatian Sesekali terdengar seruan kaget dari mulutnya, selagi pelayan setia itu bercerita.

"Jadi, Eyang bersemadi untuk memulihkan tenaganya yang terkuras ketika mengusir racun yang mengeram di tubuhku," gumam Prajasena setengah berdesah.



"Dan..., sungguh sama sekali tidak kusangka kalau Lima Alap-alap Bukit Jabal bisa sampai kemari Ahhh...! Sudah dapat kuduga kalau berita pusaka Iblis Hitam telah tersiar luas di dunia persilatan...."

"Ара yang kau katakan sama sekali tidak salah, Pendekar Golok Baja," sahut sebuah suara, menanggapi gumaman laki-laki bercambang lebat itu.

Tentu saja sambutan yang sama sekali Hdak di sangka-sangka Itu membuat Prajasena terkejut. Bahkan bukan hanya Pendekar Golok Baja saja, Pandora pun dilanda perasaan yang sama. Sebelumnya mereka sama sekali tidak mendengar langkah orang mendekati tempat ini.

Hampir berbareng Pendekar Golok Baja dan Pandora menoleh ke arah asal suara. Di ambang pintu pondok Eyang Wirageni telah berdiri sesosok tubuh kurus kering. Usia laki-laki yang hampir-hampir tak berdaging ini sukar ditebak.

Tapi, yang Jelas sudah lebih dari enam puluh tahun. Warna kulit yang kemerahan berlawanan sekali dengan pakaian serba putih yang dikenakannya. Sementara di tangan kanan tergenggam sebatang tongkat merah beru)ung tengkorak kepala manusia.

"Tengkorak Merah...," desis Pendekar Golok Baja pelan.

Nada suara dan wajahnya memperlihatkan keterkejutan yang amat sangat. Laki-laki gagah bercambang lebat ini memang pemah mendengar julukan tokoh itu. Tengkorak Merah adalah salah seorang tokoh allran hitam yang terkenal dengan kesaktian dan kekejamannya. Bahkan nama besar Tengkorak Merah tak kalah tenar dengan Sepasang Iblis Gurun Banjar.

Pandora terkejut bukan main manakala tahu kalau lamu tak diundang yang berdiri di ambang pintu adalah Tengkorak Merah. Mendadak wajah pelayan setia ini seketika pucat pasi. Karena mengkhawatirkan keselamatan majikannya.

Meskipun racun yang mengeram di tubuh Prajasena telah lenyap, tapi Pandora tahu kalau saat ini tubuh majikan mudanya itu berada dalam keadaan tidak berdaya. Tenaga dalam Pendekar Golok Baja belum pulih sama sekali.

"Ah...! Temyata matamu masih awas juga, Pendekar Golok Baja," ucap Tengkorak Merah sambil tersenyum mengejek. Suaranya melengking mirip suara wanita. "Sayang..., saat ini kau dalam keadaan lemah. Kalau tidak..., mungkin akan sangat membahagiakan hatiku. Sudah lama aku beminat menguji kepandaianmu. Sekadar ingin tahu, apakah nama besarmu setara dengan kepandaianmu."

“Tidak usah bertele-tele, Tengkorak Merah!" sergah Pendekar Golok Baja keras, seraya berusah bangkit dari pembaringan.

Kedua tangannya menggigil ketika berusaha bangkit dengan bertumpu pada kedua tangannya.

"Langsung katakan saja maksud kedatanganmu kemari!"

Sepasang mata laki-laki bertubuh kurus kering itu nampak berkilat-kilat penuh kemarahan ketika mendengar jawaban yang bernada kasar.

"Sungguh tidak kusangka kalau dalam keadaan seperti ini pun kau masih bersikap galak, Pendekar Golok Baja. Kau lahu, kalau aku mau, mudah saja aku membunuhmu!" ancam Tengkorak Merah.

"Kalau mau bunuh, silakan bunuh! Kau pildr aku takut mati?" sahutan dari Prajasena masih tetap kasar dan bernada tinggi.

"Kaparat! Mulutmu semakin kurang ajar, Pendekar Golok Baja Kalau tidak kuberi pelajaran, kau akan menginjak kepalaku!"

Setelah berkata demikian, Tengkorak Merah mengibaskan tangan kin. Pelan saja kelihatannya. Tapi hebatnya, dari tangan kurus itu berhernbus serangkum angin keras ke arah Prajasena yang sudah mampu duduk di atas balai-balai.

Wuttt...! Bresss...!

"Akh!"

Pendekar Golok Baja memekik tertahan ketika lubuhnya telempar hingga menabrak dinding di belakangnya.

Brukkk!

Terdengar suara berdebukan keras ketika tubuh laki-laki gagah bercambang lebat itu jatuh ke tanah.

"Tuan...!"

Pandora berseru kaget melihat keadaan majikan mudanya Cepat-cepat kakek berwajah bintik-bintik putih itu melesat menghampiri Pendekar Golok Baja. Kejadian itu memang begitu mendadak sehingga Pandora tadi tidak sempat memberi pertolongan.

Pendekar Golok Baja meringis merasakan sekujur tubuhnya sakit-sakit akibat membentur dinding. Prajasena berusaha bangkit, namun temyata tidak mampu. Pendekar ini membutuhkan waktu cukup lama untuk bersemadi kalau ingin memulihkan tenaganya.

Pandora segera membungkukkan tubuh untuk memeriksa keadaan majikan mudanya. Lega rasa hatinya ketika mengetahui Pendekar Golok Baja sama sekali tidak teriuka. Hanya rasa sakit dan nyeri-nyeri yang melanda sekujur tubuh laki-laki gagah bercambang lebat ini. Itu pun karena benturan dengan dinding dan lantai, bukan karena serangan yang di lakukan Tengkorak Merah.

Memang laki-laki bertubuh kurus kering itu hanya bermaksud melempar tubuh Prajasena, sama sekali tidak bermaksud melukai.

"Itu hanya sekadar pelajaran saja, Pendekar Golok Baja, agar kau bisa berkata sedikit lembut kepadaku!" ejek Tengkorak Merah.

Pendekar Golok Baja hanya mendengus.

"Cepat serahkan pusaka peninggalan Iblis Hitam padaku kalau kau ingin selamat, Pendekar Golok Baja!"

"Kau hanya dapat memilikinya kalau aku telah jadi mayat!" tandas Prajasena tegas.

"Keparat! Kalau memang itu keinginanmu, mampuslah...!"

Setelah berkata demikian, Tengkorak Merah melompat menerjang. Tongkat merah berujung tengkorak diayunkan ke arah kepala Pendekar Golok Baja.

Wuuut..!

Angin keras beihembus deras sebelum sambaran tongkat tiba. Pandora tentu saja tidak membiarkan kepala majikan mudanya pecah terhantam tongkai laki-laki bertubuh kurus kering

Secepat kilat kakek berwajah bintik-bintik putih itu bangkit seraya menghunus golok pendeknya.

Srattt!

Begitu golok berwarna putih mengkilat keluar dari sarungnya, langsung saja Pandora memapak sambaran tongkat Tengkorak Merah.

Tranggg...!

Terdengar suara berdentang nyaring begitu kedua senjata berbenturan. Seketika bunga-bunga api berpijaran di udara.

"Akh...!"

Pandora memekik tertahan. Tubuhnya kontan terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang. Sekujur tangannya terasa kesemutan, bahkan golok yang digenggamnya hamper-hampir teriepas dari pegangan.

Sementara Tengkorak Merah sama sekali tidak terpengaruh. Jelas kalau tenaga dalam laki-laki bertubuh kurus kering itu jauh di atas tenaga dalam yang dimiliki Pandora.

"Pelayan keparat!" maki Tengkorak Merah keras.

Tokoh aliran hitam ini merasa geram bukan main melihat serangannya ditangkis Pandora. Dan kini kemarahannya dilampiaskan pada kakek berwajah bintik-bintik putih itu.

Wuuut..!

Kembali Tengkorak Merah melancarkan serangan. Kali ini kepada Pandora. Tongkat berkepala tengkoraknya ditusukkan cepat ke arah dada Pandora yang masih terhuyung-huyung.

Pandora kaget bukan main. Untuk mengelak rasanya sudah tidak mungkin lagi dapat dilakukan. Jangankan mengelak, mematahkan daya dorong yang membuat tubuhnya terhuyung-huyungpun dia tak mampu Tidak ada jalan lain baginya kecuali menangkis tusukan tongkat berujung tengkorak kepala manusia. Dan itulah yang dilakukan Pandora untuk menyelamatkan selembar nyawanya. Buru-buru goloknya digerakkan menangkis.

Tranggg!

"Akh...!" Untuk kedua kalinya Pandora memekik tertahan. Tubuhnya kembali terhuyung huyung ke belakang. Bahkan kali ini diikuti dengan terlepasnya golok dari genggamannya.

"Hiaaat...!" Disertai teriakan nyaring, Tengkorak Merah kembali menyabetkan tongkat merahnya ke arah Pandora.

Kali ini Pandora tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Kakek berwajah bintik-bintik putih ini hanya dapat pasrah menanti ajal datang menjemput. Tubuhnya yang masih terhuyung-huyung, menyulitkan dirinya mengelakkan sabetan tongkat.

Tapi di saat kritis bagi keselamatan Pandora, terdengar suara berdesing nyaring yang disusul dengan melesatnya seleret sinar putih berkilat ke arah tongkat yang mengancam kepala pelayan setia itu.

Tranggg...!

Seketika itu juga benda putih berkilat terpental balik ketika berbenturan dengan tongkat berujung tengkorak kepala manusia milik Tengkorak Merah. Dan langsung menancap di dinding sampai tembus ke gagangnya. Rupanya benda putih berkilat itu adalah sebilah pisau terbang.

Tengkorak Merah menggeram keras. manakala mendapati serangannya kembali digagalkan orang. Dan belum lagi dia sempat berbuat sesuatu, tahu-tahu melesat sesosok bayangan putih. Sesaat kemudian di depan laki-laki bertubuh kurus kering itu telah berdiri Eyang Wirageni dengan tenangnya. Rupanya begitu melihat keselamatan Pandora terancam, kakek ini langsung turun tangan tanpa mempedulikan tenaganya yang belum pulih seluruhnya. Karena waktu yang sudah mendesak, dilemparkannya sebilah pisau terbang sebagai penghambat serangan Tengkorak Merah.

"Pandora... cepat kau bawa Prajasena dari sini!"

Sambil berkata begitu. Eyang Wirageni segera menerjang Tengkorak Merah. Tongkat baja yang sejak tadi tergenggam di tangannya segera menotok cepat ke arah ulu hati lawan.

Pandora adalah seorang yang telah kenyang pengalaman. Maka sekali lihat saja kakek berwajah bintik bintik putih ini tahu kalau Eyang Wirageni sengaja mengorbankan nyawanya untuk keselamatan dia, Pendekar Golok Baja, dan terutama sekali pusaka iblis Hitam. Pandora tahu kalau Eyang Wirageni belum berhasil memulihkan seluruh tenaganya.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, Pandora segera menghampiri Pendekar Golok Baja dan memanggulnya. Tak lupa menyambar buntalan kain hitam yang berisi pusaka peninggalan iblis Hitam. Dan sebelum melesat kabur dari situ, dia menyempatkan melirik pertarungan yang terjadi antara Tengkorak Merah dengan Eyang Wirageni. Sementara itu, Eyang Wirageni terus menghujani Tengkorak Merah dengan serangan serangan dahsyat untuk memberi kesempatan Pandora kabur.

Tengkorak Merah meraung murka melihat Pandora berhasil kabur dengan membawa pusaka yang diincarnya. Kini kemarahannya dilampiaskan pada Eyang Wirageni. Eyang Wirageni menggertakkan giginya, mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Tapi, ternyata hasilnya tetap sia-sia. Tenaga dalamnya belum kembali seluruhnya. Dan dengan berkurangnya tenaga dalam, berkurang pula kemampuannya. Setiap kali kedua senjata mereka beradu, Eyang Wirageni selalu terhuyung ke belakang dengan tangan yang menggenggam tongkat tergetar hebat. Sementara lawannya sama sekali tidak menderita suatu apa. Di jurus jurus awal. pertarungan antara kedua orang tokoh sakti ini masih berlangsung imbang. Tapi mengInjak jurus ke lima belas, tampak keunggulan Tengkorak Merah.

Sebenarnya kalau saja Eyang Wirageni berada dalam kondisi biasa, belum tentu Tengkorak Merah mampu mendesak .Tapi, karena kakek yang menjadi guru Pendekar Golok Baja ini belum berhasil memulihkan seluruh tenaga dalamnya, laki-laki bertubuh kurus kering itu bisa mendesaknya.

Tranggg...!

Kembali untuk kesekian kalinya senjata kedua tokoh sakti berbenturan. Kali ini benturan yang terjadi demikian keras, sehingga tak pelak lagi Eyang Wirageni terjangkang ke belakang. Dan sebelum paman guru Prajasena ini berbuat sesuatu, tahu-tahu tongkat ber ujung kepala tengkorak lawan telah meluruk cepat ke dada. .

Wuuut...! Buk!! "Huakkk...!"

Terdengar suara berderak keras ketika tongkat berujung kepala menghantam telak dan keras dada Eyang Wirageni. Seketika itu juga tubuh paman guru Pendekar Golok Baja terlempar jauh ke belakang. Darah segar berhamburan deras dari mulut, hidung, dan telinga 'Eyang Wirageni. Nyawa Eyang Wirageni meninggalkan raganya dengan sekujur tulang dada remuk.

Melihat lawannya tewas. tanpa membuang-buang waktu lagi Tengkorak Merah melesat meninggalkan pondok Mengejar Pandora yang telah membawa lari pusaka dan juga majikan mudanya.

***

Sementara itu Pandora terus berlari cepat meninggalkan pondok Eyang Wirageni. Walaupun agak repot karena tangan kanannya harus memegangi tubuh Pendekar Golok Baja yang terpanggul di bahu, sedangkan tangan kiri sibuk menjinjing buntalan kain hitam, kakek berwajah bintik-bintik putih terus berlari.

Tapi belum berapa jauh melangkah, mendadak Pandora berhenti berlari. Kedua kaki kakek ini menggigil keras, sementara sepasang matanya membelalak ke depan. Kalau saja suasana malam tidak remang remang, tentu akan. terlihat jelas betapa pucatnya wajah pelayan setia ini.

"Ada apa, Pandora?" tanya Pendekar Golok Baja begitu merasakan kakek itu menghentikan larinya secara tiba-tiba.

"T... Ttt.., Tuan lihat saja sendiri..." sahut pelayan setia itu. Suaranya terputus-putus seperti orang diserang demam hebat.

"Kalau begitu..., turunkan aku, Pandora," pinta Prajasena.

Laki laki gagah ini jadi ingin tahu apa yang telah membuat pelayan setianya kelihatan takut bukan main. Pandora segera menurunkan tubuh majikan mudanya dengan pandangan mata masih tertuju ke depan. Ternyata bukan hanya Pandora saja yang terkejut melihat pemandangan yang terpampang di depan, Pendekar Golok Baja pun dilanda perasaan serupa.

"M.... Mmm... mustahil..." meskipun dengan agak gagap akhirnya keluar juga ucapan bernada terkejut itu. Mungkin sebenarnya akan keras suara yang keluar dari mulut Pendekar Golok Baja. Tapi karena keterkejutan yang amat sangat, suaranya malah tersumbat di tenggorokan.

"Tidak salahkah yang kita lihat ini, Tuan?" tanya Pandora yang telah berhasil mengatasi rasa terkejut.

“Tidak, Pandora," sahut Pendekar Golok Baja sambil menggelengkan kepala. "Dia memang iblis Hitam...."

Di bawah keremangan malam, di hadapan kedua orang itu, terlihat sesosok tubuh berpakaian serba hitam tengah mengamuk menghadapi belasan pengeroyok. Sosok itu memang pantas bila dijuluki Iblis Hitam, karena sekujur tubuhnya terbalut kain serba hitam. Mulai dari kepalanya yang tertutup selubung berwarna hitam, dan yang terlihat hanya sepasang matanya saja, sampai ke kaki dan sepatunya berwarna hitam. Kedua tangannya terbungkus sepasang sarung tangan yang juga berwarna hitam. Pakaian sosok serba hitam yang berjuluk Iblis Hitam adalah sebuah mantel hitam yang berkibaran keras setiap kali tubuhnya bergerak.

"lalu.., bagaimana dengan isi buntalan ini, Tuan?" tanya Pandora lagi, seraya mengangkat buntalan kain hitam yang sejak tadi dijinjingnya.

Pendekar Golok Baja terperanjat kaget. laki-laki gagah ini baru teringat pada buntalan kain hitam yang selama ini diketahuinya berisi seluruh perlengkapan Iblis Hitam. Apakah Iblis Hitam ada dua? tanyanya dalam hati dengan perasaan bingung. Atau..., memang peti kayu jati yang terdapat dalam buntalan kain hitam ini sebenarnya tidak berisi apa apa?

Teringat semua itu, Prajasena kembali memperhatikan sosok serba hitam yang masih saja melakukan pembantaian. Jelas terlihat kalau di kedua belah tangan sosok serba hitam itu tergenggam sepasang kapak hitam mengkilat. Tidak salah lagi! Sosok serba hitam itu adalah Iblis Hitam!

"Buka buntalan itu, Pandora," ucap Pendekar Golok Baja setelah tercenung sesaat. Ingin membuktikan apakah semua benda yang terdapat dalam peti kayu jati hitam masih ada di dalamnya? Terlihat jelas kalau sosok serba hitam itu memiliki semua ciri-ciri Iblis Hitam. Mulai dari perlengkapan, sampai pada jurus-jurus yang dimainkannya. .

Pandora segera membuka buntalan kain hitam, dan menyerahkan peti kayu jati pada majikan muda nya. Setelah menerimanya, Pendekar Golok Baja memperhatikan seluruh bagian luar peti sejenak. Baru kemudian mengeluarkan sebuah anak kunci dari balik baju. Memang peti itu terkunci dengan sebuah gembok.

Tanpa sepengetahuan Pendekar Golok Baja dan Pandora, Tengkorak Merah diam-diam sudah berada di belakang mereka. Dan seperti juga kedua orang itu, Tengkorak Merah juga merasa terkejut begitu melihat sosok serba hitam yang diketahuinya berjuluk Iblis Hitam tengah mengamuk menghadapi belasan tokoh tokoh persilatan. Tak salah lagi. orang-orang itu berusaha memperebutkan pusaka warisan iblis Hitam, duga Tengkorak Merah.

Dan seperti juga Pendekar Golok Baja dan Pandora, Tengkorak Merah pun tidak percaya kalau sosok serba hitam di hadapannya adalah Iblis Hitam. Sepengetahuannya, tokoh aliran hitam yang mengerikan itu telah meninggal dunia puluhan tahun silam. Dan pusaka iblis itu kini ada di tangan Pendekar Golok Baja. Bagaimana mungkin iblis Hitam bisa muncul dan mengamuk di sini? Tengkorak Merah tak habis mengerti. Didorong oleh rasa ingin tahu, diam-diam Tengkorak Merah mengintai Pendekar Golok Baja yang tengah mmbuka peti.

Dengan jantung berdebar-debar, Prajasena membuka tutup peti yang telah dibuka gemboknya. Dan...

"Kosongr?!"

Hampir serentak Pendekar Golok Baja dan Pandora mendesis begitu melihat di dalam peti tidak terdapat apa-apa, kecuali sebuah balok kayu yang mungkin sengaja dimasukkan agar peti tidak kosong sama sekali. Kalau saja suasana malam tidak remang remang, akan terlihat jelas kalau wajah Prajasena dan pelayan setianya pucat pasi. Jantung keduanya berdebar keras karena tegangnya. Pendekar Golok Baja kembali memandang ke depan. Dilihatnya pengeroyok Iblis Hitam yang semula berjumlah puluhan tinggal beberapa gelintir lagi.

"Aaakh...!" Kembali untuk kesekian kali terdengar jeritan memilukan yang disusul dengan robohnya sesosok tubuh tanpa nyawa di tanah. Perut orang itu robek lebar terkena babatan kapak Iblis Hitam.

"Ha ha ha!"

Sosok serba hitam itu memperdengarkan tawa aneh. Suaranya pelan, berat, tapi bergaung. Dan semakin lama semakin mengeras. Para pengeroyok yang sejak tadi sudah merasa gentar, segera melesat kabur .Tapi sebelum mereka melangkah jauh. terdengar suara mendengus keras. Dan belum lagi gema dengusan lenyap, sesosok bayangan hitam menyambar tubuh mereka. Dan.

"Aaakh...!"

"Ah...!"

Sisa pengeroyok menjerit memilukan. Sebentar mereka bergeleparan di tanah, sebelum akhirnya diam tidak bergerak lagi. Tewas dengan luka-luka menganga akibat sambaran sepasang kapak sosok serba hitam'

"Itulah hukuman bagi orang yang mencoba-coba memperebutkan pusaka iblis Hitam! Ha ha ha...!" lagi lagi terdengar tawa aneh dari mulut sosok tubuh serba hitam.





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

No comments:

Post a Comment