Ads

Sunday, March 23, 2025

Pertarungan Raja-raja Arak 05

Malinda terperanjat. Saat itu, seluruh perhatiannya memang tengah tercurahkan pada Dewa Arak, sehingga kewaspadaannya agak berkurang. Maka serangan yang datangnya begitu tiba-tiba itu membuatnya agak gugup. Dan....

Pyarrr...!

Kendi di tangan gadis yang tengah dirasuk birahi itu kontan hancur berantakan ketika benda sebesar ibu jari tangan yang ternyata adalah batu menghantamnya. Isinya pun berpercikan ke sana kemari.

Malinda meraung begitu melihat minuman perangsang yang akan diberikan pada Dewa Arak habis terbuang. Bergegas pakaiannya dirapikan kembali, lalu...

Srattt..!

Dengan didahului suara gemeretak gigi, pedang putri Mayat Kuburan Koneng telah tercabut. Sinar terang berkilauan ketika pedang itu keluar dari sarungnya.

Tapi kemarahan hebat yang menggelora dalam dadanya kontan menciut, berganti rasa gentar ketika melihat orang yang telah menghancurkan kendinya. Dia adalah seorang kakek berkepala botak. Tubuhnya pendek, gemuk, dan gendut. Bajunya berupa rompi yang terbuat dari bulu burung garuda. Dan anehnya, tidak ada alis yang tampak di atas matanya.

"He he he...! Selamat berjumpa lagi, Wanita Liar...! He he he...!"

Kakek berkepala botak itu mengangkat guci araknya yang besar ke atas kepala. Dan.... Glek.. glek.. glek..!

Suara tegukan keras terdengar ketika arak itu melewati tenggorokannya.

"Setan Mabuk..!" desis Malinda. Suaranya bergetar karena perasaan gentar yang melanda.

Kakek berperut gendut yang memang Setan Mabuk itu hanya terkekeh pelan. Sementara kedudukan kedua kakinya tampak terhuyung¬-huyung.

"Haaat..!"

Namun dari rasa takut tiba-tiba Malinda jadi nekat. Gadis itu melompat menerjang Setan Mabuk. Pedang di tangannya meluncur cepat ke arah leher kakek itu.

"He he he...!"

Kakek pemabukan itu hanya tertawa terkekeh. Sambil menurunkan guci arak, tangan kirinya bergerak menangkap pedang Malinda.

Tappp...!

Begitu pedang itu tertangkap, Setan Mabuk langsung membetotnya. Maka putri Mayat Kuburan Koneng tak kuasa menahan. Di samping tenaga dalamnya jauh lebih rendah, keadaan tubuhnya sekarang sangat menguntungkan lawan. Sehingga, tubuhnya kontan tertarik ke depan!

Sebuah seringai kejam nampak tersungging di mulut Setan Mabuk. Tangannya yang menggenggam pedang segera disorongkan ke arah perut Malinda. Maka....

Crottt..!



Darah kontan muncrat-muncrat ketika gagang pedang itu amblas ke dalam perut gadis bertubuh menggiurkan itu hingga ke punggung. Ada keluhan tertahan yang keluar dari mulut putri Mayat Kuburan Koneng. Sepasang matanya membelalak, menahan rasa sakit yang mendera.

Setan Mabuk melepaskan cekalan pada pedangnya, maka tubuh Malinda pun ambruk ke tanah. Diam tidak bergerak lagi untuk selamanya.

"Hhh...!"

Arya menghela napas berat melihat semua peristiwa itu. Meskipun ada sedikit perasaan menyesal atas nasib yang menimpa gadis berwajah cantik jelita itu, tapi rasa syukur di hatinya jauh lebih besar. Memang, kematian adalah jalan satu-satunya yang terbaik untuk Malinda.

Masih dengan tawa terkekeh-kekeh, dan sambil menenggak araknya, Setan Mabuk melangkah terhuyung-huyung menghampiri Dewa Arak.

Sekali kakek berkepala botak ini mengulurkan tangan menyentuh tubuhnya, maka Dewa Arak terbebas dari totokan yang membelenggu.

Sejenak Arya menggerakkan tangan dan kaki untuk memperlancar aliran darahnya. "Dari mana kau tahu aku berada di sini, Setan Mabuk?" tanya Dewa Arak.

Memang pemuda berpakaian ungu ini merasa heran melihat kemunculan kakek berkepala botak itu pada saat yang tepat.

"He he he...!"

Setan Mabuk tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Dengan sikap tidak peduli, dia tertawa terkekeh seraya menenggak araknya kembali. Suara tegukan keras terdengar ketika arak itu melewati tenggorokannya.

"He he he...! Aku datang lebih dulu, Dewa Arak," kata kakek itu seraya meneguk arak kembali.

Kakek berkepala botak ini ternyata benar-¬benar seorang tukang minum! "Tapi ketika kulihat suasana sepi, aku jadi curiga dan tidak langsung mendarat. Dugaanku pasti ada sesuatu yang terjadi. Maka kuputuskan untuk kembali."

Setan Mabuk menghentikan ucapannya. Kemudian, dituangkannya guci arak itu ke mulut. Mau tidak mau, Dewa Arak terpaksa diam menunggu kelanjutan cerita kakek itu.

"Di tengah jalan, aku bertemu rombongan orang yang akan pergi ke Pulau Selaksa Setan. Maka segera masalahnya kuutarakan, dan mereka kusuruh mencari pulau terdekat untuk mendarat. Sedangkan aku kembali menyelidiki pulau itu."

Kakek berkepala botak itu kembali menghentikan ucapannya. Guci araknya kembali di angkat ke atas kepala, kemudian dituangkan ke mulut. Untuk yang kesekian katinya terdengar suara tegukan keras ketika arak itu singgah di tenggorokannya.

Setan Mabuk menurunkan guci araknya kembali, kemudian diusapnya arak yang membasahi pinggir mulutnya dengan punggung tangan. Kasar dan menjijikkan sekali cara kakek itu membersihkan mulut. Bahkan tanpa mengenal malu, dia bertahak. Suaranya keras mirip lenguh seekor kerbau.

"He he he...! Ketika tiba di sana, kulihat beberapa orang tengah menyeret perahu. Semula, aku tidak tahu pemilik perahu itu. Tapi kemudian kau muncul lalu diserang gerombolan orang biadab. Jelaslah sudah, siapa pemilik perahu itu. He he he...!"

Lagi-lagi Setan Mabuk menghentikan ceritanya sebentar. "Di saat kau terjebak tambang mereka, hampir saja aku menolongmu. Tapi maksud itu kuurungkan, ketika muncul sesosok tubuh yang membuatku terperanjat"

"Maksudmu..., Dedemit Alam Akhirat?" duga Arya langsung

"Heh...?! Kau mengenalnya juga, Dewa Arak?!" Sepasang mata Setan Mabuk terbelalak lebar.

Dewa Arak menggelengkan kepala. "Aku mendengar julukannya dari gadis itu...," Arya menudingkan telunjuk kanan ke arah mayat Malinda.

"He he he...! Sudah kuduga...," kata Setan Mabuk sambil mengangguk-anggukkan kepala. "Jadi, kau belum tahu persis tentang tokoh itu, Dewa Arak?"

Pemuda berpakaian ungu itu kembali menggelengkan kepala. "He he he...! Kau tahu, Dewa Arak. Dengan adanya Dedemit Alam Akhirat, sudah bisa kuperkirakan kalau anak buah yang berpakaian sekadarnya itu adalah makhluk-makhluk pemakan manusia. Dan memang, Dedemit Alam Akhirat berasal dari suku itu pula."

"Jadi, pertarungan itu harus dibatalkan, Setani Mabuk?!"

"He he he...! Tentu saja tidak, Dewa Arak!"l sambut Setan Mabuk cepat.

"Lalu, bagaimana dengan Dedemit Alam Akhirat dan anak buahnya?"

"Kita harus menyingkirkan mereka terlebih dahulu!" tandas Setan Mabuk.

Arya tercenung. Menyingkirkan mereka? Haruskah ajakan kakek berkepala botak itu dipenuhinya. Padahal, dia tidak melihat adanya kejahatan yang dilakukan penghuni pulau itu.

"He he he...! Kau ingin makhluk-makhluk buas itu keluar dari pulau ini dan mengacau desa-desa, Dewa Arak?!" desak kakek berperut gendut itu. "Kau tahu, mereka belum keluar dari pulau ini, karena tengah menunggu mangsa-mangsa lain. Mereka telah memangsa tokoh-tokoh persilatan yang berdatangan kemari! Itulah sebabnya, tempat ini sepi."

Arya mengernyitkan dahinya. Hati pemuda berambut putih keperakan ini bimbang bukan kepalang. Apakah semua ucapan Setan Mabuk harus dipercayainya saja? Tidak! Dia harus bertindak hati-hati, dan tidak langsung percaya pada ucapan itu. Arya telah tahu, siapa Setan Mabuk. Seorang tokoh sesat yang berhati kejam dan keji!

"He he he...! Bagaimana, Dewa Arak? Kau takut?!" Setan Mabuk memanas-manasi.

"Tidak ada istilah takut dalam sejarah hidupku, Setan Mabuk!" sergah Dewa Arak keras.

"He he he...! Tapi kau kelihatannya ragu-ragu, Dewa Arak! Apa lagi kalau bukan karena takut?" sindir kakek berkepala botak itu sambil tersenyum mengejek.

"Mari kita cari mereka!" Dewa Arak memutuskan dengan suara setengah membentak.

"He he he...!"

Setan Mabuk hanya tertawa terkekeh-kekeh saja, kemudian melangkah terhuyung-huyung meninggalkan tempat itu sambil menuangkan arak ke mulutnya. Dewa Arak yang telah terbakar perasaannya mengikuti di belakang.

Langkah Setan Mabuk dan Dewa Arak mendadak terhenti di ambang gua. Pemandangan yang terlihat di depan gualah yang menyebabkan mereka bersikap demikian.

Dalam jarak sekitar dua tombak di depan gua, tampak berdiri belasan orang penghuni pulau. Yang paling depan adalah Dedemit Alam Akhirat. Sementara di belakangnya, bergerombol makhluk pemakan manusia.

"Grrrhhh...!"

Dedemit Alam Akhirat menggeram keras. Jelas sekali kalau laki-¬laki berwajah kasar ini dilanda kemarahan hebat. Dan hal ini tidak aneh, karena dia sudah bisa memperkirakan nasib Dewi, begitu melihat Dewa Arak ada di sebelah Setan Mabuk. Wanita yang menarik hatinya itu pasti telah tewas!

"Kaukah orang yang berjuluk Setan Mabuk?!" tanya pemimpin makhluk pemakan manusia dengan suara keras mengguntur.

Kakek berkepala botak tidak langsung menjawab. Dengan sikap tidak peduli, diangkat guci araknya ke atas kepala kemudian dituangkan ke mulutnya.

Glek... glek... glek..!

Suara tegukan keras terdengar ketika arak itu melewati tenggorokan.

"Keparat..!"

Dedemit Alam Akhirat berteriak memaki. Kemarahannya yang memang sejak tadi sudah bernyala-nyala, jadi semakin berkobar-kobar. Sikap tidak peduli Setan Mabuk-lah yang menyebabkan laki-laki berwajah kasar itu kalap. Memang, Dedemit Alam Akhirat memiliki keangkuhan tinggi. Pantang baginya diremehkan orang lain!

Belum juga gema makiannya lenyap, laki-laki berwajah kasar lalu menggerakkan tangan kanannya. Jari telunjuk dan jari tengah menuding lurus, sedangkan sisa jari yang lain dikepalkan.

Suara cicit tajam laksana puluhan ekor tikus terjepit terdengar seiring gerakan tangan Dedemit Alam Akhirat.

Setan Mabuk tidak berani bertindak main-main lagi. Dan memang, dia tidak pernah menganggap remeh Dedemit Alam Akhirat. Maka begitu tangan lawan bergerak, dan ada serentetan angin tajam yang menyambar ke arah kepalanya, buru-buru tubuhnya ditundukkan.

Pyarrr...!

Dinding atas mulut gua itu kontan hancur berantakan ketika angin pukulan jarak jauh yang dilepaskan Dedemit Alam Akhirat menghantamnya. Batu-batu kecil pun seketika berguguran.

Baik Dewa Arak maupun Setan Mabuk tercekat melihat hal ini. Dalam hati, kedua tokoh besar dunia persilatan itu memuji kehebatan ilmu pukulan jarak jauh lawan tadi.

"He he he...! Kalau aku tidak salah duga, bukankah itu 'Ilmu Jari Pemutus Gunung' yang tersohor, Dedemit?!" kata Setan Mabuk, kalem dan bernada merendahkan.

Seakan-akan, pertunjukan yang dipamerkan pimpinan makhluk-makhluk pemakan manusia itu sama sekali tidak memiliki keistimewaan apa pun.

Karuan saja sikap yang ditunjukkan Setan Mabuk itu semakin menambah kemarahan Dedemit Alam Akhirat

"Grrrhhh...!"

Diiringi geraman yang membuat suasana di sekitar tempat itu bergetar hebat Dedemit Alam Akhirat melancarkan serangan bertubi-tubi menggunakan 'Ilmu Jari Pemutus Gunung'!

Alhasil, suasana di sekitar tempat pun ramai dipenuhi suara mencicit tajam menyakitkan telinga yang susul-menyusul.

Ternyata, serangan Dedemit Alam Akhirat itu tidak hanya ditujukan pada Setan Mabuk saja. Tapi juga pada Dewa Arak! Kedua tokoh berbeda aliran itu terpaksa dibuat pontang-panting dalam menghindari serangan itu.

"He he he...! Lucu sekali...! Baru pertama kali terjadi tiga makhluk luar biasa bertarung sekaligus! Dewa, Dedemit, dan Setan. He he he...! Sungguh ajaib sekali,..!"

Sambil terus bergerak ke sana kemari, Setan Mabuk mengoceh tak karuan. Hal ini membuat kemarahan pimpinan orang-orang biadab itu semakin menjadi-jadi.

Di saat Dedemit Alam Akhirat, Setan Mabuk, dan Dewa Arak terlibat pertempuran, mendadak makhluk-makhluk pemakan manusia menoleh ke arah belakang.

Ternyata, dari arah sana berdatangan banyak sekali tokoh persilatan! Jumlah mereka tak kurang dari seratus orang!

Kali ini tanpa menunggu persetujuan pimpinannya lagi, orang-orang biadab itu bergerak menyerbu! Maka, serbuan ini disambut hangat oleh tokoh-tokoh persilatan. Sesaat kemudian pertarungan besar-besaran pun terjadi.

"Hih...!"

Mendadak Dewa Arak melenting ke belakang, kemudian bersalto beberapa kali menjauhi kancah pertarungan. Pemuda berambut putih keperakan ini bermaksud membiarkan Setan Mabuk bertarung menghadapi Dedemit Alam Akhirat. Risih rasa hatinya bertarung keroyokan seperti itu.

Dedemit Alam Akhirat tidak bisa berbuat apa-apa, selain membiarkan saja pemuda berpakaian ungu itu keluar dari kancah pertarungan. Laki-laki berwajah kasar itu menyibukkan diri dalam menghadapi Setan Mabuk.

Seandainya disuruh memilih, pimpinan makhluk pemakan manusia ini memang lebih suka bertarung melawan Setan Mabuk, daripada Dewa Arak. Banyak alasan yang mendasarinya. Di antaranya, karena Dewa Arak seorang tokoh muda. Hal lainnya, karena Setan Mabuk telah banyak menimbulkan kemarahan hatinya.

Kini dengan tidak adanya Dewa Arak, Dedemit Alam Akhirat lebih leluasa melancarkan serangan. Kedua tangannya semakin bertubi-tubi mengirimkan serangan-serangan jarak jauh dengan ilmu 'Jari Pemutus Gunung'.

Tapi semua serangan itu mudah dikandaskan Setan Mabuk. Sama seperti Dewa Arak, dia pun memiliki ilmu aneh. Langkahnya terhuyung-huyung, tapi anehnya tidak ada satu serangan pun yang berhasil mengenainya. Semuanya lolos dari sasaran yang dituju.

Dalam waktu sebentar saja, sepuluh jurus telah terlewati. Tapi sampai sekian lamanya, Setan Mabuk belum mampu melancarkan serangan balasan. Karena, masih berjarak terlalu jauh. Memang, Dedemit Alam Akhirat berusaha mengajak lawan bertarung jarak jauh.

Ilmu 'Jari Pemutus Gunung' memang menguntungkan Dedemit Alam Akhirat untuk bertarung dalam jarak jauh. Dan memang, ilmu itu dikhususkan untuk pertarungan jarak jauh.

Setan Mabuk tentu saja tidak sudi diajak bertarung jarak jauh. Itulah sebabnya, dalam setiap gerakan mengelak, kakek berperut gendut ini selalu berusaha memperpendek jarak. Namun hal itu selalu berakhir dengan kegagalan. Gerakannya sudah bisa ditebak Dedemit Alam Akhirat. Maka usaha kakek berkepala botak itu segera dipatahkan.

Mau tak mau, Setan Mabuk terpaksa menggunakan semburan-¬semburan araknya untuk balas menyerang. Apalagi dia tidak memiliki ilmu khusus untuk bertarung jarak jauh seperti Dedemit Alam Akhirat.

Keadaan seperti ini tentu saja menguntungkan Dedemit Alam Akhirat. Betapapun lihainya Setan Mabuk mengelak, tapi kalau dihujani serangan terus-menerus, tentu saja akan kewalahan juga. Dan kalau hal seperti ini berlangsung terus, hasil akhir dari pertarungan ini sudah bisa ditebak! Setan Mabuk akan roboh di tangan Dedemit Alam Akhirat!

Sementara itu, setelah memperhatikan pertarungan antara Setan Mabuk dan Dedemit Alam Akhirat sesaat Dewa Arak mengalihkan perhatian pada pertarungan yang berlangsung antara gerombolan pemakan manusia dengan rombongan tokoh-tokoh persilatan.

Sepasang mata pemuda berambut putih keperakan itu terbelalak begitu melihat kejadian yang terpampang di depan matanya.

Memang, pertarungan antara dua buah kelompok itu telah berlangsung belasan jurus. Beberapa orang pun telah menjadi korban, dan ternyata berasal dari pihak tokoh persilatan.

Sebuah hal wajar, mengingat gerombolan pemakan manusia itu memiliki kekebalan. Sehingga meskipun dihujani berbagai senjata, sedikit pun mereka tidak terluka sama sekali. Sedangkan tokoh-tokoh persilatan itu tidak memiliki kekebalan.

Tapi sebenarnya bukan kekebalan tubuh penghuni Pulau Selaksa Setan yang membuat Arya terperanjat. Tapi, tindakan yang dilakukan orang-orang biadab itulah yang membuat matanya terbelalak.

Tat kala ada seorang lawan yang berhasil dirobohkan, berduyun-duyun anak buah Dedemit Alam Akhirat merubung tubuh yang tergolek meregang maut. Maka pesta yang mengerikan pun dimulai.

Sama sekali makhluk-makhluk yang tengah asyik berpesta pora itu tidak mempedulikan serangan-serangan yang dilancarkan lawan-lawannya. Karena saat itu mereka tengah menyantap makanan lezat yang terhidang.

Beberapa kali tubuh makhluk-makhluk yang tengah sibuk menyantap itu terguling ketika serangan-serangan yang dilancarkan lawan menghantam. Tapi dengan gesit, mereka bangkit kembali dan meneruskan pestanya.

Kontan perut Arya mual melihat pemandang menjijikkan yang terpampang di hadapannya. Hampir hampir saja isi perut yang mendadak ingin keluar, tidak kuat ditahannya.

Ternyata semua yang dikatakan Setan Mabuk sama sekali benar. Orang-orang biadab itu memang pemakan manusia! Ngeri rasanya membayangkan bila makhluk-makhluk itu keluar dari pulau, lalu masuk ke desa-desa. Dengan kekebalan tubuhnya, jangankan orang-orang desa, tokoh-tokoh persilatan pun akan mendapat kesulitan yang tidak sedikit dalam menanggulangi mereka.

Pemuda berpakaian ungu ini tahu kalau untuk mencegah orang-orang biadab itu tidak ada jalan lain kecuali membasminya. Mereka tidak akan bisa dinasihati karena memang tidak ubahnya binatang buas. Manusia sudah merupakan makanan pokoknya.

Memperhatikan sekilas saja, Dewa Arak tahu kalau tokoh-tokoh persilatan pasti akan tewas semuanya. Padahal, jumlah tokoh itu paling sedikit lima kali lipat dari jumlah makhluk pemakan manusia. Tapi karena lawan tidak bisa dibinasakan, korban-korban yang berjatuhan semuanya berasal dari gerombolan tokoh persilatan.

Maka sambil mengeluarkan suara melengking nyaring, Dewa Arak melompat terjun dalam kancah pertarungan. Dan begitu masuk, guci araknya langsung saja dihantamkan ke arah kepala salah seorang makhluk biadab itu.

Tapi seperti juga kejadian yang dialami tokoh-tokoh persilatan, kejadian yang sama pun menimpa Dewa Arak. Lawan yang terkena hantaman guci araknya disertai pengerahan tenaga dalam sepenuhnya, memang terpental jauh dan jatuh berdebuk di tanah. Namun, sesaat kemudian bangkit kembali tanpa kurang suatu apa.

Arya benar-benar takjub. Peristiwa ini mengingatkannya pada lawan tangguhnya yang juga memiliki kekejaman luar biasa. Tokoh itu berjuluk Raksasa Kulit Baja. Dan berkat petunjuk Ular Hitam yang membimbingnya, Dewa Arak berhasil membunuh lawan yang luar biasa itu (Untuk jelasnya, silakan baca serial Dewa Arak dalam episode "Dewi Penyebar Maut").

Maka tanpa ragu-ragu lagi, Dewa Arak segera mengeluarkan sesuatu dari bagian dalam pakaiannya. Ternyata daun kelor! Memang sejak pertarungannya dengan Raksasa Kulit Baja, Dewa Arak selalu mengambil daun kelor di tiap-tiap tempat.

Tapi kali ini pemuda berpakaian ungu ini kecelik. Orang-orang biadab itu sama sekali tidak terpengaruh walaupun ranting daun kelor itu sampai hancur lebur menggebuki sekujur tubuh mereka.

Arya tidak putus asa. Maka dikeluarkannya bambu kuning. Tapi kejadian yang sama terulang. Sementara itu, orang-orang biadab itu kembali berhasil melahap seorang tokoh persilatan lagi.

Dalam cekaman rasa putus asa, Dewa Arak mengumbar jurus-jurus yang jarang digunakannya. Jurus 'Membakar Matahari' dan jurus 'Pukulan Belalang'. Tapi, hasilnya sama sekali tidak berbeda.

Setan Mabuk menjadi khawatir melihat banyaknya tokoh persilatan yang satu demi satu berguguran. Apalagi ketika ada beberapa di antara yang tewas itu adalah jago-jago minum yang akan bertarung.

"Tahan Dedemit Bau ini, Dewa Goblok! Biar aku yang akan membasmi mereka?" teriak Setan Mabuk.

Kakek berperut gendut ini memang masih belum bisa memperpendek jarak. Padahal pertarungan sudah berlangsung lebih dari empat puluh jurus. Maka tidak aneh kalau Setan Mabuk terdesak. Bahkan beberapa bagian rompinya telah koyak-koyak terserempet angin serangan pukulan jarak jauh Dedemit Alam Akhirat.

Arya kini tidak ragu-ragu lagi. Telah dibuktikan sendiri kebenaran ucapan Setan Mabuk. Maka begitu mendengar seruan itu, tubuhnya melesat memasuki kancah pertarungan antara Setan Mabuk dengan Dedemit Alam Akhirat.

Begitu memasuki arena pertarungan, langsung saja Dewa Arak melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah Dedemit Alam Akhirat mempergunakan ilmu 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.

Pemuda be¬rambut putih keperakan ini sengaja mengeluarkan ilmu itu untuk memberi kesempatan pada Setan Mabuk agar bisa keluar dari arena pertarungan.

"Hmh...!"

Dedemit Alam Akhirat mendengus melihat serangan itu. Memang, dari deru angin kuat yang mengawalinya, bisa diperkirakan kalau lawannya kali ini memiliki tenaga dalam kuat bukan kepalang. Tapi, hal itu tidak mengurangi keberaniannya untuk langsung menyambuti serangan yang bertubi-tubi itu.

Plak, plak, plak...!

Suara keras beradunya dua pasang tangan yang sama-sama mengandung tenaga dalam tinggi terdengar. Bunyi benturan itu layaknya seperti benturan antara dua batang logam keras.

Baik Dewa Arak maupun Dedemit Alam Akhirat sama-sama terdorong ke belakang akibat benturan itu. Namun ada satu hal yang membuat pemuda berambut putih keperakan itu terkejut. Ternyata punggung kedua tangannya berdarah! Luar biasa!

Dan memang, kedua tangan Dedemit Alam Akhirat dalam penggunaan ilmu 'Jari Pemutus Gunung', telah menjadi lebih tajam daripada pedang pusaka. Dan sesungguhnya, pedang pusaka sekalipun tidak akan mampu melukai kulit Dewa Arak kalau tidak berada di tangan seorang tokoh yang memiliki tenaga dalam amat kuat.

"Ha ha ha...!" Dedemit Alam Akhirat tertawa terbahak-bahak.

Dengan rakus, dijilatinya darah dari luka di tangan Arya yang menempel pada jari-jari tangannya.

Sepasang mata Dewa Arak kontan terbelalak. Bukan karena tangannya yang terluka, tapi karena tindakan lawan yang menjilati darahnya! Rupanya Dedemit Alam Akhirat ini tidak ubahnya anak buahnya sendiri. Sama-sama pemakan manusia!

Tapi Arya tidak bisa berlama-lama dalam keterpakuannya karena laki-laki berwajah kasar itu telah kembali menyerang. Jangankan tangannya, angin pukulan serangannya saja sudah cukup untuk membuat kulit tubuh Dewa Arak terluka.





OBJEK WISATA MANCA NEGARA


Teluk Wilhelmina Antartika

Kota Tua Samarkand, Uzbekistan
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Air Terjun Victoria Afrika
Air Terjun Victoria Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Panci Makgadikgadi Botswana, Afrika
Pulau Falkland Antartika Inggris
Pulau Falkland Antartika Inggris
Panorama Alam Georgia
Panorama Alam Georgia
Kebun Raya Singapura
Kebun Raya Singapura
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Pagoda Shwedagon Yangon, Myanmar
Dataran Guci Xiangkhouang, Laos
Dataran Guci Xiangkhoung, Laos
Danau Iskanderkul Tajikistan
Danau Iskanderkul Tajikistan
Piramida Giza Mesir
Piramida Giza Mesir
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Ngarai Sungai Ikan Namibia, Afrika
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Taman Nasional Ala Archa Kirgistan
Selat Drake Antartika Amerika
Selat Drake Antartika Amerika
Istana Kekaisaran Tokyo
Istana Kekaisaran Tokyo
Jembatan Gerbang Emas
Jembatan Gerbang Emas - Amerika
Air Terjun Niagara
Air Terjun Niagara Prancis
Grand Canyon
Grand Canyon Amerika
Pasar Terbesar di Bangkok
Pasar Terbesar di Bangkok
Taman Nasional Yellowstone
Taman Nasional Yellowstone - Amerika
Burj Khalifa - Dubai
Budj Khalifa Dubai
Taj Mahal
Taj Mahal India
Musium Amir Temur Uzbekistan
Musium Amir Temur Uzbekista
Blackpool - Amerika
Blackpool Irlandia
Taman Nasional Blue Mountain - Sydney
Taman Nasional Blue Mountain Sydney
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Jembatan Baja Terbesar di Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Taman Nasional Kakadu Australia
Danau Baikal Rusia
Danau Baikal Rusia
Biara Meteora Yunani
Biara Meteora Yunani
Pantai Bondi Australia
Pantai Bondi Australia
Menara Eiffel Prancis
Menara Eiffel Prancis
Musium Van Gogh Belanda
Musium Van Gogh Belanda
Gedung Opera Sydney
Gedung Opera Sydney
Gunung Meja Afrika
Gunung Meja Afrika
Menara Kembar Petronas Malaysia
Menara Kembar Petronas Malaysia

===============================




Air Terjun Victoria Afrika

No comments:

Post a Comment