Bukan main terkejutnya hati Adipati Wiguna mendengar pinangan yang tak pernah diduga-duganya itu. Dia adalah seorang Islam demikianpun semua keluarganya, dan sungguhpun ia berselisih faham dengan Wiratman yang membela Trunajaya sedangkan ia tetap bersetia kepada sunan Amangkurat II, namun ia tetap seorang umat islam yang beribadat dan teguh iman.
Bagaimana ia dapat menikahkan puterinya kepada seorang Belanda, seorang kafir ? lagipula, puterinya itu telah dipertunangkan dengan Raden Suseno, putera bupati di Rembang.
“Tuan letnan, hal ini tak mungkin dapat kuterima ! Puteriku telah bertunangan dengan putera Bupati Randupati di Rembang dan pula sebagai seorang Islam, kami tak mungkin menikahkan puteri kami kepada seorang yang bukan umat Islam ! Harap kau mengerti akan hal ini dan mintalah saja yang lain. “
Dolleman tertawa lagi dan sikapnya masih tenang. “ Kalau begitu tiada jalan lain bagi saya selain membuka rahasiamu kepada Sunan, biarkan Sunan sendiri yang menetapkan akibatnya ! “
Tiba-tiba Dolleman tertawa terbahak-bahak, sama sekali tidak memperlihatkan sikap melawan atau meraba senjata apinya.
“Adipati Wiguna, simpan kembali kerismu itu. Aku hanya main-main saja. Ketahuilah, di negeri Belanda akupun telah mempunyai seorang isteri yang manis dan seorang anak, apa kaukira aku benar-benar hendak menikah lagi ! Ha, ha, ha,!”
Adipati Wiguna memandang heran, menyimpan kembali kerisnya dan duduk sambil berkata.
“Tuan letnan Dolleman, jangan kau main-main. Apakah maksudmu yang sesungguhnya ? aku sudah tua, jangan kau memprmainkan perasaanku. “
Dolleman membuang putung cerutunya ke dalam tempolong yang berada di bawah meja, lalu berkata dengan wajah sungguh-sungguh.
“Tuan Adipati Wiguna, pinanganku ini hanya merupakan siasat untuk memancing bajak laut Kertapati, agar aku mendapat jalan untuk menangkapnya ! “
“ Saya tidka mengerti maksudmu, bentangkanlah yang jelas. “
“Begini tuan Adipati. Pada waktu bajak laut itu muncul di panggung dan berhadapan dengan puterimu, saya dapat melihat dengan jelas bahwa bajak itu jatuh cinta kepada puterimu ! Hal ini kuketahui baik-baik dan sungguhpun saya berani menyatakan bahwa puterimu juga tertarik kepadanya, akan tetapi aku yakin betul bahwa penjahat itu suka kepada Roro Santi ! Oleh karena itu saya mendapat akal. Kalau dia mendengar bahwa Roro Santi akan menjadi isteri saya, tentu ia akan marah dan akan menghalanginya dan demikian kita mendapat kesempatan untuk menawan atau membunuhnya ! “
“Jadi …… tuan hendak menggunakan puteri saya sebagai umpan untuk memancing dia keluar…… ?? “ tanya Adipati Wiguna dengan muka pucat.
“Benar! Akan tetapi jangan kuatir, kami akan menjaga keras agar puterimu itu tidak mengalami sesuatu. Juga dengan pengurbanan ini, berarti Adipati dan puterinya telah menunjukkan jasa besar terhadap Mataram. Bukankah bajak laut itu selain musuh Kompeni, juga merupakan musuh Mataram yang selalu mengacau dan menggangu lalu lintas di laut ? “
Adipati wiguna mengerutkan kening dan berpikir, kemudian berkata ragu-ragu.
“Akan tetapi …… bagaimana dengan Bupati Randupati dan puteranya ? Saya rasa mereka akan keberatan ! “
Dolleman tersenyum. “Kalau kita jelaskan bahwa pinangan dan penyerahan puterimu kepada saya ini hanya sandiwara belaka, mengapa mereka berkeberatan? Saya akan memberitahukan hal ini kepada atasan saya, juga kepada Sunan, tidak mau membantu, bukankah berarti bahwa dia membela dan melindungi bajak laut? kertapati ? Apakah dia berani menolak ? “
Akhirnya, karena berada di dalam kekuasaan Dolleman yang cerdik itu. Adipati Wiguna menyerah
“Sekali-kali jangan kau ceritakan kepada Roro Santi, karena hal ini amat berbahaya. Kalau sampai rahasia ini bocor, maka tentu bajak laut Kertapati akan mendengar dan tidak mau membiarkan dirinya masuk perangkap ! “
Adipati Wiguna mengangguk-angguk mklum dan mereka berdua lalu pergi ke Rembang guna berunding dengan Bupati Randupati di Rembang. Juga Bupati ini terpaksa menurut, sedangkan Raden Suseno yang tadinya merasa keberatan, ketika mendengar bahwa hal ini dilakukan untuk memancing keluar bajak laut Kertapati yang amat dibencinya, lalu menyatakan persetujuannya!
“sekarang harap tuan Adipati Wiguna suka menyiarkan berita bahwa pertunanga antara puterimu dan Raden Suseno dibatalkan dan kemudian menyiarkan berita bahwa puterimu telah ditunangkan dengan seorang letnan Kompeni. Kita sama-sama lihat apakah hal ini belum cukup kuat untuk memancing keluar Kertapati. Kalau belum cukup kuat, barulah kita bertindak lebih jauh, yakni mengirimkan puterimu dengan perahu Kompeni ke Semarang ! Sementara itu, aku akan berusaha menyelidiki dimana sebenarnya sarang Kertapati itu ! “
Demikian Letnan Dolleman membari pesan terakhir kepada Adipati wiguna.
Dua hari kemudian, seorang laki-laki berkumis panjang melarikan kudanya menuju ke barat. Laki-laki ini datang dari Jepara dan ketika ia tiba di batas kota, ia ditahan oleh beberapa orang penjaga. Akan tetapi laki-laki itu mengeluarkan sehelai kartu yang ada tanda cap dua singa.
Membaca kartu keterangan itu, para penjaga membiarkan ia pergi tanpa berani menganggu, oleh karena kartu ini adalah tanda bahwa orang ini adalah seorang mata-mata kaki tanagn Kompeni ! Memang benar, orang ini bernama Jiman, seorang kaki tangan dari Letnan Dolleman. Akan ettapi sebenarnya Jiman adalah seorang anak buah bajak laut Kertapati yang dengan cerdiknya telah mendapat kepercayaan dari Letnan Dolleman, bahkan telah dijadikan mata-mata dari letnan itu !
Setelah melalui pos penjagaan dengan selamat, Jiman terus membalapkan kudanya menuju ke barat dan akhirnya ia memasuki sebuah dusun di pantai laut, kurang lebih empat puluh kilometer dari Jepara. Di luar dusun nampak beberapa orang pemuda nelayan yang menjaga dan melihat kedatangan Jiman, mereka lalu mengantarkan mata-mata itu ke sebuah rumah bambu besar. Di dalam rumah itu nampak kurang lebih dua puluh orang laki-laki sedang duduk di atas tikar, agaknya sedang mengadakan rapat.
Inilah tempat berkumpulnya kawanan bajak laut yang dikepalai oleh Kertapati memang mempunyai banyak tempat-tempat pertemuan di sepanjang pantai, dan ia mendapat dukungan sepenuhnya dari penduduk dusun yang tahu akan perjuangannya !
Perlu diketahui bahwa sebenarnya, Kertapati adalah seorang lejuang yang aktip dari pemberontakan Trunajaya! Sungguhpun ia bukan langsung menjadi anak buah Trunajaya, akan tetapi sebagai seorang yang bersimpati kepada pemberontakan Trunajaya, ia merupakan pembantu sukarela yang telah banyak berjasa. Semenjak Trunajaya masih bertahan di Surabaya, Kertapati telah banyak membantunya dengan pengiriman-pengiriman senjata yang dapat dirampasnya dari perahu-perahu Belanda, atau harta benda yang dapat dirampoknya dari perahu-perahu yang menjadi kurbannya. Melihat kedatangan Jiman, Kertapati berdiri menyambutnya dan mempersilakan orang itu duduk.
“ Jiman, kau membawa berita apakah?“ tanyanya dan semua mata dari mereka yang duduk disitu ditujukan kepada pendatang itu.
“Kertapati,“ kata jiman yang telah kenal baik kepada bajak itu, “tidak ada berita yang penting. Dolleman agaknya telah berputus asa dan tidak mengirim orang-orangnya untuk mencari jejakmu lagi. Akan tetapi ada sebuah berita aneh yang membuat aku masih binggung memikirkannya. “
“ Apakah itu ? “
“Aku mendengar berita bahwa Adipti Wiguna telah membatalkan pertunangan puterinya dengan putera Bupati Randupati ! Hal ini memang tak ada gunanya kuberitahukan kepadamu, karena mungkin sekali ini terjadi karena peristiwa dengan kau dulu itu. Akan tetapi ada berita yang amat aneh mengejutkan, yaitu Adipati Wiguna setelah membatalkan pertunangan puterinya itu, lalu mempertunangkan anaknya dengan Dolleman ! “
“Apa …… ??“ Kertapati terkejut sekali sehingga ia bangkit dari tempat duduknya, akan tetapi ketika melihat betapa semua kawannya memandangnya dengan heran, ia lalu menekan perasaannya dengan muka merah.
“Ah, biarlah, Hal itu apakah sangkut pautnya dengan kita?“ Akan tetapi, sambil berkata demikian, di luar tahunya semua orang, diam-diam ia meraba saku bajunya dimana tersimpan tusuk konde emas yang pada malam hari sering dikeluarkan dan dikaguminya itu.
“Semenjak pertunangan itu diumumkan, Dolleman nampak tenang-tenang saja dan seakan-akan lupa kepada perkerjaannya. Jarang ia keluar pintu dan berdiam saja dirumah tempat ia menginap“ , Jiman melanjutkan ceritanya. “ Oleh karena itu, kami yang menjadi pembantunya, tidak mempunyai pekerjaan sesuatu dan aku berkesempatan datang kemari. Selain itu, ada sebuah berita lagi. Rombongan Tumenggung Basirudin akan datang besok pagi dengan perahu dari Semarang. Kabarnya selain membawa isteri dan anaknya, tumenggung ini membawa banyak
barang-barang berharga. “
Berita ini disambut denagn girang oleh kawan-kawan Kertapati, sungguhpun kepala bajak itu sendiri nampak tidak begitu gembira, karena hatinya masih penuh dengan berita tentang pertunagan Roro Santi dengan Dolleman tadi.
“Aku tak dapat lama berdiam di sini, kuatir kalau-kalau menimbulkan kecurigaan.“
“Baik, kau kembalilah ke Jepara, Jiman, dan perhatikan kalau-kalau ada perubahan dari fihak Dolleman,“ kata Kertapati.
Jiman lalu keluar dan menunggang kudanya kembali, lalu melarikan kudanya pulang ke Jepara.
“Saudara-saudara,“ kata Kertapati kemudian kepada kawan-kawannya, “seperti telah kuceritakan tadi, sungguhpun Raden Trunajaya dan semua pengikutnya yang gagah berani telah dikalahkan oleh Kompeni, akan tetapi, berkat bantuan para saudara yang bersatu hati, kini Raden Trunajaya berhasil menduduki Mataram. Betapapun juga, hal ini belum berarti bahwa bencana telah lenyap sama sekali. Saudara semua tahu bahwa kedatangan Kompeni yang mengadakan perundingan dengan Sunan bukanlah hal yang tidak ada artinya. Tentu mereka bersepakat untuk sama-sama menggempur Mataram dan merampasnya kembali dari Raden Trunajaya. Oleh karena itu, kita harus mengumpulkan sebanyak senjata api dari Belanda, dan juga mengumpulkan harta benda untuk membiayai pertahanan Raden Trunajaya. “
“Hasil-hasil kita di laut tidak berapa besar, apakah artinya bagi Raden Trunajaya?“ kata seorang anggota.
“Karena inilah maka kita harus bekerja keras, dan kalau perlu kita akan serang Jepara dan merampas harta benda dari para hartawan dan bagsawan di sana ! “
“Itu berbahaya sekali!“ seru seorang anak buahnya.
Kertapati tersenyum. “Apakah artinya bahaya ? “
Orang yang berseru tadi tertawa geli.
“Bahaya artinya gembira!“ katanya karena memang ucapan ini merupakan semboyan mereka sejak dulu !
“Kalau kita atur sebaiknya, apakah susahnya menyerbu kota seperti Jepara ? “
Demikianlah, dibawah pimpinan Kertapati yang cerdik itu, mereka mengatur siasat untuk menyerbu Jepara, kemudian ditetapkan bahwa sebelum penyerbuan itu, mereka lebih dulu akan merampok perahu yang datang dari Semarang, yakni perahu yang membawa keluarga Tumenggung Basirudin.
Bagaimana ia dapat menikahkan puterinya kepada seorang Belanda, seorang kafir ? lagipula, puterinya itu telah dipertunangkan dengan Raden Suseno, putera bupati di Rembang.
“Tuan letnan, hal ini tak mungkin dapat kuterima ! Puteriku telah bertunangan dengan putera Bupati Randupati di Rembang dan pula sebagai seorang Islam, kami tak mungkin menikahkan puteri kami kepada seorang yang bukan umat Islam ! Harap kau mengerti akan hal ini dan mintalah saja yang lain. “
Dolleman tertawa lagi dan sikapnya masih tenang. “ Kalau begitu tiada jalan lain bagi saya selain membuka rahasiamu kepada Sunan, biarkan Sunan sendiri yang menetapkan akibatnya ! “
Tiba-tiba Dolleman tertawa terbahak-bahak, sama sekali tidak memperlihatkan sikap melawan atau meraba senjata apinya.
“Adipati Wiguna, simpan kembali kerismu itu. Aku hanya main-main saja. Ketahuilah, di negeri Belanda akupun telah mempunyai seorang isteri yang manis dan seorang anak, apa kaukira aku benar-benar hendak menikah lagi ! Ha, ha, ha,!”
Adipati Wiguna memandang heran, menyimpan kembali kerisnya dan duduk sambil berkata.
“Tuan letnan Dolleman, jangan kau main-main. Apakah maksudmu yang sesungguhnya ? aku sudah tua, jangan kau memprmainkan perasaanku. “
Dolleman membuang putung cerutunya ke dalam tempolong yang berada di bawah meja, lalu berkata dengan wajah sungguh-sungguh.
“Tuan Adipati Wiguna, pinanganku ini hanya merupakan siasat untuk memancing bajak laut Kertapati, agar aku mendapat jalan untuk menangkapnya ! “
“ Saya tidka mengerti maksudmu, bentangkanlah yang jelas. “
“Begini tuan Adipati. Pada waktu bajak laut itu muncul di panggung dan berhadapan dengan puterimu, saya dapat melihat dengan jelas bahwa bajak itu jatuh cinta kepada puterimu ! Hal ini kuketahui baik-baik dan sungguhpun saya berani menyatakan bahwa puterimu juga tertarik kepadanya, akan tetapi aku yakin betul bahwa penjahat itu suka kepada Roro Santi ! Oleh karena itu saya mendapat akal. Kalau dia mendengar bahwa Roro Santi akan menjadi isteri saya, tentu ia akan marah dan akan menghalanginya dan demikian kita mendapat kesempatan untuk menawan atau membunuhnya ! “
“Jadi …… tuan hendak menggunakan puteri saya sebagai umpan untuk memancing dia keluar…… ?? “ tanya Adipati Wiguna dengan muka pucat.
“Benar! Akan tetapi jangan kuatir, kami akan menjaga keras agar puterimu itu tidak mengalami sesuatu. Juga dengan pengurbanan ini, berarti Adipati dan puterinya telah menunjukkan jasa besar terhadap Mataram. Bukankah bajak laut itu selain musuh Kompeni, juga merupakan musuh Mataram yang selalu mengacau dan menggangu lalu lintas di laut ? “
Adipati wiguna mengerutkan kening dan berpikir, kemudian berkata ragu-ragu.
“Akan tetapi …… bagaimana dengan Bupati Randupati dan puteranya ? Saya rasa mereka akan keberatan ! “
Dolleman tersenyum. “Kalau kita jelaskan bahwa pinangan dan penyerahan puterimu kepada saya ini hanya sandiwara belaka, mengapa mereka berkeberatan? Saya akan memberitahukan hal ini kepada atasan saya, juga kepada Sunan, tidak mau membantu, bukankah berarti bahwa dia membela dan melindungi bajak laut? kertapati ? Apakah dia berani menolak ? “
Akhirnya, karena berada di dalam kekuasaan Dolleman yang cerdik itu. Adipati Wiguna menyerah
“Sekali-kali jangan kau ceritakan kepada Roro Santi, karena hal ini amat berbahaya. Kalau sampai rahasia ini bocor, maka tentu bajak laut Kertapati akan mendengar dan tidak mau membiarkan dirinya masuk perangkap ! “
Adipati Wiguna mengangguk-angguk mklum dan mereka berdua lalu pergi ke Rembang guna berunding dengan Bupati Randupati di Rembang. Juga Bupati ini terpaksa menurut, sedangkan Raden Suseno yang tadinya merasa keberatan, ketika mendengar bahwa hal ini dilakukan untuk memancing keluar bajak laut Kertapati yang amat dibencinya, lalu menyatakan persetujuannya!
“sekarang harap tuan Adipati Wiguna suka menyiarkan berita bahwa pertunanga antara puterimu dan Raden Suseno dibatalkan dan kemudian menyiarkan berita bahwa puterimu telah ditunangkan dengan seorang letnan Kompeni. Kita sama-sama lihat apakah hal ini belum cukup kuat untuk memancing keluar Kertapati. Kalau belum cukup kuat, barulah kita bertindak lebih jauh, yakni mengirimkan puterimu dengan perahu Kompeni ke Semarang ! Sementara itu, aku akan berusaha menyelidiki dimana sebenarnya sarang Kertapati itu ! “
Demikian Letnan Dolleman membari pesan terakhir kepada Adipati wiguna.
Dua hari kemudian, seorang laki-laki berkumis panjang melarikan kudanya menuju ke barat. Laki-laki ini datang dari Jepara dan ketika ia tiba di batas kota, ia ditahan oleh beberapa orang penjaga. Akan tetapi laki-laki itu mengeluarkan sehelai kartu yang ada tanda cap dua singa.
Membaca kartu keterangan itu, para penjaga membiarkan ia pergi tanpa berani menganggu, oleh karena kartu ini adalah tanda bahwa orang ini adalah seorang mata-mata kaki tanagn Kompeni ! Memang benar, orang ini bernama Jiman, seorang kaki tangan dari Letnan Dolleman. Akan ettapi sebenarnya Jiman adalah seorang anak buah bajak laut Kertapati yang dengan cerdiknya telah mendapat kepercayaan dari Letnan Dolleman, bahkan telah dijadikan mata-mata dari letnan itu !
Setelah melalui pos penjagaan dengan selamat, Jiman terus membalapkan kudanya menuju ke barat dan akhirnya ia memasuki sebuah dusun di pantai laut, kurang lebih empat puluh kilometer dari Jepara. Di luar dusun nampak beberapa orang pemuda nelayan yang menjaga dan melihat kedatangan Jiman, mereka lalu mengantarkan mata-mata itu ke sebuah rumah bambu besar. Di dalam rumah itu nampak kurang lebih dua puluh orang laki-laki sedang duduk di atas tikar, agaknya sedang mengadakan rapat.
Inilah tempat berkumpulnya kawanan bajak laut yang dikepalai oleh Kertapati memang mempunyai banyak tempat-tempat pertemuan di sepanjang pantai, dan ia mendapat dukungan sepenuhnya dari penduduk dusun yang tahu akan perjuangannya !
Perlu diketahui bahwa sebenarnya, Kertapati adalah seorang lejuang yang aktip dari pemberontakan Trunajaya! Sungguhpun ia bukan langsung menjadi anak buah Trunajaya, akan tetapi sebagai seorang yang bersimpati kepada pemberontakan Trunajaya, ia merupakan pembantu sukarela yang telah banyak berjasa. Semenjak Trunajaya masih bertahan di Surabaya, Kertapati telah banyak membantunya dengan pengiriman-pengiriman senjata yang dapat dirampasnya dari perahu-perahu Belanda, atau harta benda yang dapat dirampoknya dari perahu-perahu yang menjadi kurbannya. Melihat kedatangan Jiman, Kertapati berdiri menyambutnya dan mempersilakan orang itu duduk.
“ Jiman, kau membawa berita apakah?“ tanyanya dan semua mata dari mereka yang duduk disitu ditujukan kepada pendatang itu.
“Kertapati,“ kata jiman yang telah kenal baik kepada bajak itu, “tidak ada berita yang penting. Dolleman agaknya telah berputus asa dan tidak mengirim orang-orangnya untuk mencari jejakmu lagi. Akan tetapi ada sebuah berita aneh yang membuat aku masih binggung memikirkannya. “
“ Apakah itu ? “
“Aku mendengar berita bahwa Adipti Wiguna telah membatalkan pertunangan puterinya dengan putera Bupati Randupati ! Hal ini memang tak ada gunanya kuberitahukan kepadamu, karena mungkin sekali ini terjadi karena peristiwa dengan kau dulu itu. Akan tetapi ada berita yang amat aneh mengejutkan, yaitu Adipati Wiguna setelah membatalkan pertunangan puterinya itu, lalu mempertunangkan anaknya dengan Dolleman ! “
“Apa …… ??“ Kertapati terkejut sekali sehingga ia bangkit dari tempat duduknya, akan tetapi ketika melihat betapa semua kawannya memandangnya dengan heran, ia lalu menekan perasaannya dengan muka merah.
“Ah, biarlah, Hal itu apakah sangkut pautnya dengan kita?“ Akan tetapi, sambil berkata demikian, di luar tahunya semua orang, diam-diam ia meraba saku bajunya dimana tersimpan tusuk konde emas yang pada malam hari sering dikeluarkan dan dikaguminya itu.
“Semenjak pertunangan itu diumumkan, Dolleman nampak tenang-tenang saja dan seakan-akan lupa kepada perkerjaannya. Jarang ia keluar pintu dan berdiam saja dirumah tempat ia menginap“ , Jiman melanjutkan ceritanya. “ Oleh karena itu, kami yang menjadi pembantunya, tidak mempunyai pekerjaan sesuatu dan aku berkesempatan datang kemari. Selain itu, ada sebuah berita lagi. Rombongan Tumenggung Basirudin akan datang besok pagi dengan perahu dari Semarang. Kabarnya selain membawa isteri dan anaknya, tumenggung ini membawa banyak
barang-barang berharga. “
Berita ini disambut denagn girang oleh kawan-kawan Kertapati, sungguhpun kepala bajak itu sendiri nampak tidak begitu gembira, karena hatinya masih penuh dengan berita tentang pertunagan Roro Santi dengan Dolleman tadi.
“Aku tak dapat lama berdiam di sini, kuatir kalau-kalau menimbulkan kecurigaan.“
“Baik, kau kembalilah ke Jepara, Jiman, dan perhatikan kalau-kalau ada perubahan dari fihak Dolleman,“ kata Kertapati.
Jiman lalu keluar dan menunggang kudanya kembali, lalu melarikan kudanya pulang ke Jepara.
“Saudara-saudara,“ kata Kertapati kemudian kepada kawan-kawannya, “seperti telah kuceritakan tadi, sungguhpun Raden Trunajaya dan semua pengikutnya yang gagah berani telah dikalahkan oleh Kompeni, akan tetapi, berkat bantuan para saudara yang bersatu hati, kini Raden Trunajaya berhasil menduduki Mataram. Betapapun juga, hal ini belum berarti bahwa bencana telah lenyap sama sekali. Saudara semua tahu bahwa kedatangan Kompeni yang mengadakan perundingan dengan Sunan bukanlah hal yang tidak ada artinya. Tentu mereka bersepakat untuk sama-sama menggempur Mataram dan merampasnya kembali dari Raden Trunajaya. Oleh karena itu, kita harus mengumpulkan sebanyak senjata api dari Belanda, dan juga mengumpulkan harta benda untuk membiayai pertahanan Raden Trunajaya. “
“Hasil-hasil kita di laut tidak berapa besar, apakah artinya bagi Raden Trunajaya?“ kata seorang anggota.
“Karena inilah maka kita harus bekerja keras, dan kalau perlu kita akan serang Jepara dan merampas harta benda dari para hartawan dan bagsawan di sana ! “
“Itu berbahaya sekali!“ seru seorang anak buahnya.
Kertapati tersenyum. “Apakah artinya bahaya ? “
Orang yang berseru tadi tertawa geli.
“Bahaya artinya gembira!“ katanya karena memang ucapan ini merupakan semboyan mereka sejak dulu !
“Kalau kita atur sebaiknya, apakah susahnya menyerbu kota seperti Jepara ? “
Demikianlah, dibawah pimpinan Kertapati yang cerdik itu, mereka mengatur siasat untuk menyerbu Jepara, kemudian ditetapkan bahwa sebelum penyerbuan itu, mereka lebih dulu akan merampok perahu yang datang dari Semarang, yakni perahu yang membawa keluarga Tumenggung Basirudin.
**** 003 ****
***Bajak Laut Kerta Pati Jilid 004
***Kembali
No comments:
Post a Comment