Semenjak orang Belanda untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di bumiIndonesia, yakni dalam tahun 1596, mulailah timbul kekacauan-kekacauan yangtadinya tidak di kenal oleh bangsa Indonesia . Demi keuntungan dan kepentingankongsi-kongsi perkapalan Belanda yang mulai dengan pengisapannya pada kekayaanbumi Indonesia, maka mereka bentuklah Kompeni India Timur Belanda atauVerengde Oost-Indische Compagnie ( V.O.C ) pada tahun 1602 dan selanjutnay tahundemi tahun mereka menjelajah di seluruh Indonesia dan memperluas kekuasaanmereka.
Bagaikan penyakit kangker menyerang tubuh atau anjing makan tulang,sedikit demi sedikit Belanda menggerogoti kepulauan Indonesia sehingga akhirnya seluruh daerah lenyap ditelan oleh kekuasaan mereka. Dan untuk dapat mencapaimaksud ini, Belanda tidak segan-segan menjalankan politik yang sekotor-kotornyadan melakukan tipu muslihat serendah-rendahnya.
Akan tetapi jangan dikira bahwa Indonesia merupakan roti kiju yang empuk bagiBelanda, oleh karena semenjak kedatangan mereka, terutama setelah rakyat mengetahuiakan maksud buruk Belanda, di mana-mana mereka mendapat tantangan hebat. Tiadahentinya pemberontakan-pemberontakan meletus terhadap Belanda. Bangsawan-bangsawanberjiwa patriot, pahlawan-pahlawan bangsa yang gagah perkasa dan saktimandraguna, memimpin rakyat untuk mengusir Belanda dari tanah air.
Dimana-mana Belanda menghadapi keris-keris telanjang di tangan rakyat, dimulaisemenjak mereka berhasil merebut Jakarta yang mereka jadikan bandar dan diberinama Batavia . Bahkan semenjak pertama kali Belanda mendarat di Banten padatahun 1596, dibawah pimpinan Cornelis Houtman dan De Keyzer, karena rakyatmengalami penderitaan yang pertama kali yang timbul dari kekasaran dan kekejamanmereka, telah terjadi perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Namun harus diakui bahwa sesungguhnya rakyat Indonesia pada umumnya, dankhususnya di pulau Jawa, takusah merasa takut dan kalah dalam hal kegagalan dankepandaian bertempur dengan Belanda, akan tetapi, dalam menjalankan tipu muslihatdan kecerdikan, ternyata Belanda lebih unggul. Perlawanan-perlawanan yang gagahberani dan pantang mundur dari rakyat membuat Belanda menjadi kuwalahan danmereka merobah taktik dan siasat mereka. Bujukan-bujukan halus dan siasat adudomba dengan umpan berupa suap dan sogok, mulai mereka jalankan. Apabilabujukan mereka berhasil dan mulai terjadi perpecahan dan kekalutan di antarapangeran dan para pengikut mereka, yakni memancing ikan di air keruh, mendekatifihak yang kurang waspada dengan siasat “ membantu “ yang disertai syarat-syaratmenguntungkan fihak Belanda belaka !
Dengan siasat yang licin dan tipu muslihat rendah ini, Belanda berhasil menipubanyak pemimpin-pemimpin rakyat dan berhasil membuat mereka dipandang sebagaisahabat baik oleh para pangeran dan pemimpin yang kurang wasapada.Ketika Mataram berada dibawah pimpinan sunan Amangkurat I, Belanda mulaimengulur kukunya yang panjang dan runcing, mempergunakan kelicinannya untukmenarik keuntungan dari keadaan Mataram yang di masa itu sedang kalut. Pangeran-pangenransatu dengan yang lain berselisih, sedangkan Sunan yang sudah tua itu sakitkeras.
Belanda menghadapi pemberontakan hebat yang dipimpin oleh Trunajaya terhadapMataram dan hal ini digunakan oleh Belanda untuk mendekati Mataram. Oleh karenapemberontakan yang dipimpin oleh Trunajaya ini amat kuat, maka di Batavia Kompeni Belanda mulai menjadi gelisah. Akhirnya dipilih seorang jago tua di fihakmereka, yakni Cornelis Speelman, seorang ahli siasat yang amat licin dan cerdik.
Dengan muka manis, urusan-urusan Speelman mendatangi Mataram dan pertemuanyang disertai janji bantuan ini menghasilkan keuntungan yan besar sekali bagiBelanda, karena mereka dapat memperluas dan menambah perjanjian-perjanjiandengan kerajaan Mataram. Akhirnya, Belanda mengirim tentaranya menyerbu pusat pertahanan Trunajaya,yakni di Surabaya. Setelah berperang sengit sehari penuh, jatuhlah bentengpertahanan Trunajaya yang didirikan di dekat Jembatan Merah ( Surabaya ) kepadatangan Belanda.
Peristiwa ini terjadi para tanggal 13 April 1677, dan Trunajaya melarikan diri keKediri di mana ia mendirikan keraton yang megah dan indah.Speelman tidak pernah menyangka bahwa Trunajaya akan dapat mengumpulkankembali kekuatan pasukannya dengan amat cepatnya, maka Belanda tidak terusmengejar Trunajaya, bahkan lalu menyerang Madura. Kesempatan ini dipergunakan oleh Trunajaya untuk meluruk ke Mataram dan pada tanggal 12 Juli 1677, dua bulansetengah semenjak kekalahan, ia berhasil merebut keraton Mataram.
Demikianlah, dengan siasatnya yang licik dan dengan jalan mengadu domba, padatahun 1680, jajahan kompeni Belanda di Pulau Jawa telah makin meluas. DariBatavia, jajahan mereka ke timur dan setelah sampai ke Laut Hindia, sehingga bolehdi bilang bahwa seluruh Jawa Barat, ada sepertiganya berada dalam jajahan dankekuatan Belanda. Juga Semarang dan sekitarnya telah pula menjadi bandar darikapal-kapal Belanda, Batavia dan Semarang merupakan pintu-pintu lebar dari manamengalir keluar kekayaan bumi Indonesia !
Dan pada sekitar waktu itulah cerita initerjadi. Cerita menarik yang sungguhpun bukan merupakan kisah tercatat dalam bukusejarah, namun cukup menjadi bukti bahwa semenjak dahulu, banyak terdapatpahlawan-pahlawan bangsa tak terkenal, pahlawan bangsa dan kesatria-kesatria utamayang berjasa besar, yang telah mengurbankan nyawa demi nusa dan bangsa , akan
tetapi yang sama sekali tak mengharapkan balas dan jasa, bahkan nama merekapunsama sekali tak pernah didengar oleh rakyat. Betapapun juga, mereka itu, pahlawan-pahlawanbangsa sejak jaman dahulu sampai sekarang, pahlawan-pahlawan yang takterkenal, maklum bahwa perjuangan dan pengorbanan mereka takkan sia-sia, akanberbunga dan berbuah demi kebahagiaan bangsa mereka ! Hal dan pengertian ini sajasudah merupakan balas dan jasa yang cukup mulia bagi mereka !
Sebelum Sunan Amangkurat I mangkat, ia mengangkat Putera Mahkota sebagaipenggantinya, dan Sunan baru ini bernama Sunan Amangkurat II.Fihak Belanda lalu mempergunakan siasatnya dan mendekati Sunan Amangkurat IIuntuk “ membantunya “ melenyapkan Trunajaya dan sekutunya, Cornelis Sepeelmalalu mengadakan pertemuan dengan Amnagkurat II di Jepara. Dengan amatpandainya, Sepeelman dapat mempermainkan lidahnya terhadap Sunan yang masihhijau itu sehingga diantara mereka lalu dibuat perjanjian yang amat berat sebelah.
Perjanjian ini berisi seperti berikut.
1. Fihak kompeni mengakui Amangkurat II sebagai Sunan yang sah di Mataram.
2. Kompeni memperoleh kemerdekaan berniaga di seluruh kerajaan Mataram, danboleh mendirikan tempat pembuatan kapal di Rembang.
3. Kompeni dibebaskan daripada membayar bea pemasukan barang-barang keseluruh pelabuhan di Mataram.
4. Daerah jajahan Kompeni diperluas dengan Krawang dan sebagian Priangan, sebagaibatas antara Mataram dan jajahan Belanda ialah Sungai Cimanuk.
5. Semarang dan daerah sekitarnya diserahkan kepada Kompeni.
6. Kompeni memiliki daerah pantai Jawa sebagai barang gadaian, hingga Sunandapat melunasi biaya peperangan yang akan dilakukan untuk melenyapkan Trunajaya.
Perjanjian macam ini sesungguhnya bukan merupakan perjanjian lagi, lebih pantasdisebut pengisapan yang amat kurang ajar. Akan tetapi Belanda mencapai maksudnya.Malam terang bulan di Jepara. Di kota itu berkumpul banyak pasukan, yakni pasukanpengawal Cornelis Speelman, dan pasukan-pasukan pengiring Sunan Amangkurat IIyang sedang mengadakan pertemuan dengan pemimpin Belanda itu.
Kalau di kotakelihatan ramai dengan datangnya orang-orang agung dengan sekalian pengiringnyaitu, adalah di pantai Jepara nampak sunyi sekali. Hawa udara sejuk dan laut Nampak tenang, seakan-akan semua penghuninya telah tidur nyenyak. Angin bersilir perlahan,tak cukup kuat menggerakkan ketenangan laut sehingga hanya pada permukaan airsaja yang bergoyang sedikit, tak sampai menimbulkan ombak.
Bulan bercahaya penuh, membuat air laut nampak kemerah-merahan danmendatangkan bayang-bayang yang amat indahnya. Di tepi laut tampak sunyi,perahu-perahu nelayan berderet-deret di pantai, siap untuk diberangkatkan besokpagi-pagi sebelum fajar menyingsing. Para nelayan telah mengaso karena besok pagi-pagimereka sudah harus mulai dengan pekerjaan mereka. Di ujung barat Nampak sebuah perahu besar dengan layar terguling. Tali-temali layar nampak jelas di bawahsinar bulan purnama. Diantara jendela-jendela perahu itu, nampak tersembul keluarbeberapa buah laras meriam.
Inilah sebuah kapal layar Belanda yang biasanya digunakan untuk, mengangkut hasilbumi, atau juga untuk berperang menyerang pantai ! Bendera Belanda berkibar dipuncak tiang. Akan tetapi, perahu inipun diam tak bergerak dan nampak sunyi sekali,seakan-akan tidak ada mahluk hidup di atasnya. Memang, sebagian besar anak kapaltelah turun dan mencari kesenangan di darat, dan hanya ada beberapa orang penjagasaja yang mendapat giliran menjaga kapal, akan tetapi orang-orang inipun lebihsenang tidur mendengkur setelah kenyang minuman keras.
Seluruh permukaan laut Jepara bagaikan mati tak bergerak, keculi setitik hitam kecilyang nampak bergerak maju dan makin lama membesar. Kemudian kelihatanlah titikhitam itu yang ternyata adalah sebuah perahu kecil berujung runcing dan didayungdari jurusan timur menuju ke barat.
Perahu ini berwarna hitam seluruhnya, bahkan dayung yang dipegang oleh seorangpenumpangnya juga berwarna hitam. Perahu ini hanya mempunyai seorangpenumpang saja, seorang laki-laki muda belia yang bertubuh tegap. Sepasanglengannya yang memegang dayung nampak kuat sekali, akan tetapi ia mendayungperahunya dengan seenaknya. Empat lima kali dayungnya digerakkan sehingga perahumeluncur cepat, kemudian ia menunda gerakkan dayungnya dan membiarkan perahumeluncur dengan halus dan tenang.
Dengan pandang mata tajam ia melihat ke arah pantai yang snyi kemudianpandangannya dialihkan ke arah kapal Belanda yang besar itu penuh perhatian.Pakaian orang itu sederhana, berbaju hitam dengan lengan baju panjang, tak berleher.
Celananya panjang warna hitam pula, dengan sehelai sarung tenun dikalungkan pada lehernya. Gagang keris tersembul dari ikat pinggangnya di bawah dada. Melihat wajah yang masih halus tak berkumis itu, dapat ditaksir bahwa usianya baru dua puluhan, akan tetapi garis-garis pada mukanya menunjukkan bahwa sudah banyak pengalaman pahit ia derita, sedangkan sepasang matanya bersinar tajam.
Inilah Kertapati, bajak laut muda yang namanya telah menggemparkan pantai laut jawa, mulai dari pantai laut tegal sampai jepara ! Ia amat terkenal karena keberaniannya yang luar biasa, karena kecerdikan dan kegagahannya. Dengan sekelompok kawan-kawannya yang hanya terdiri dari belasan orang muda saja, ia berani melakukan pembajakan pada perahu-perahu besar, tak peduli siapa yang amat sia-sia, bahkan merugikan, karena pernah terjadi anak buah perahu besar yang terdiri dari dua puluh orang lebih, semuanya dilemparkan ke dalam laut oleh Kertapati dan
lima orang kawannya !
Nelayan Lebih takut kepada bajak laut Kertapati daripada kepada ikan-ikan cucut yang ganas dan liar. Setiap kali perahu-perahu nelayan mendapat hasil ikan yang banyak, mereka tentu akan melakukan pelayaran pulang secara berkelompok, tidak berani memisahkan diri, untuk menjaga kalau-kalau di tengah laut bertemu dengan bajak laut Kertapati dengan perahu-perahu kecilnya yang cepat, dan berwarna hitam itu !Baiknya bahwa bajak-bajak laut ini tidak selalu berada di daerah tertentu, akan tetapi bergerak dan berpindah-pindah sepanjang daerah pantai Tegal sampai Jepara.
Keberanian bajak laut Kertapati memang mengagumkan. Pernah tiga buah perahunya yang kecil-kecil dengan ditumpangi oleh lima belas orang anak buahnya, menyerbu sebuah kapal Belanda yang besar dan sedang berlabuh di pelabuhan Semarang. Hal ini benar-benar melewati batas dan kini nama bajak laut Kertapati tidak hanya terkenal di kalangan nelayan dan pemerintah Mataram, akan tetapi juga dikenal oleh Kompeni. Namun, tiap kali Kompeni mengadakan ekspedisi dengan kapal-kapal perangnya untuk mencari rombongan bajak laut yang menganggu lalu lintas di lautan itu, tiba-tiba saja perahu-perahu kecil berwarna hitam dan dengan layar hitam pula itu lenyap tanpa meninggalkan bekas, seakan-akan disembunyikan di dasar lautan !
Kertapati yang sedang melakukan penyelidikan seorang diri di dalam perahunya, sama sekali tidak tahu bahwa di dalam bayangan jala-jala ikan yang digantung di pinggir pantai dan di balik-balik perahu yang berada di tepi laut itu, terdapat lima orang yang berbisik-bisik dan mengikuti gerak-geriknya ketika seorang diantara mereka dapat melihat perahu hitam itu dari balik teropongnya. Orang yang memegang teropong ini adalah seorang serdadu Belanda berpangkat sersan, sedangkan empat orang yang lain adalah ponggawa-ponggawa Sunan.
Empat orang ponggawa ini telah mendengar bahwa Kertapati berada di daerah Jepara, maka mereka mempergunakan kesempatan pertemuan dengan para tentara Belanda untuk membujuk seorang sersan Belanda agar suka bersama mereka mengadakan penyelidikan dan kalau mungkin penangkapan atas diri kepala bajak yang terkenal itu. Mereka berempat tak kan berani melakukan pekerjaan berbahaya iniapabila tidak dapat bantuan seorang sersan yang bersenjata api dan memiliki teropong yang dapat melihat sesuatu dari jarak amat jauh.
“ Lihat …… ! “ kata sersan itu dalam bahasa daerah yang amat kaku, “ aku melihat sebuah perahu hitam dengan seorang baju hitam di dalamnya ! Siapakah dia ? “
Seorang ponggawa menghampirinya setelah diberitahu cara mempergunakan teropong itu, ia lalu mengintai ke arah perahu kecil yang terapung-apung di tempat jauh. Setelah memandang beberapa lamanya, ia berseru perlahan.
“Benar ! Dialah Kertapati, bajak laut itu ! Aku kenal bentuk tubuhnya, dan mukanya licin tak berkumis ! “
Ponggawa-ponggawa lainnya berebutan meminjam teropong dan mereka inipun mendapatkan bahwa orang di dalam perahu kecil itu memang Kertapati, bajak muda yang membuat mereka merasa gentar !
“Bagus, bagus ! “ Sersan belanda itu berkata girang, sambil mempersiapkan senapannya.
“Kita tangkap dia, mati atau hidup dan membagi hadiah yang dijanjikan oleh Sunan !“
“Akan tetapi, tuan sersan, “ bantah seorang ponggawa, “ bukankah Kompeni juga menjanjikan hadiah bagi siapa yang dapat menangkap atau menewaskan bajak laut Kertapati ? Kalau kita berhasil, kau boleh ambil semua hadiah dari Kompeni, sedangkan hadiah dari Gusti Sunan adalah hak kami berempat ! Bukankah ini adil namanya ? “
Sersan itu menyumpah dalam bahasanya yang tak dimengerti oleh empat orang ponggawa itu, lalu katanya sombong, “Kalian hanya ikut saja dan yang akan berhasil membunuhnya adalah aku dengan, senapanku ini ! “Ia mengangkat senapannya tinggi-tinggi. “Akan tetapi, biarlah kalian ambil hadiah dari Sunan, aku tidak membutuhkannya, asal saja kalian memberitahu bahwa seorang sersan Kompenilah yang telah berhasil membunuh bajak laut itu ! Tanpa bantuan kompeni, mana kalian orang-orang Mataram mampu menangkap atau membunuhnya ? “
Biarpun merasa mendongkol, empat orang ponggawa itu tidak mau membantah dengan sersan itu, oleh karena memang mereka telah tahu akan kegagahan Kertapati dan mereka hanya mengandalkan bantuan sersan ini untuk dapat menangkap atau menewaskan bajak itu.
“Sekarang tidak ada angin, dia tidak mungkin mempergunakan layar ! “ kata seorang ponggawa yang faham akan kepandaian mengemudikan perahu.
“Dengan hanya tenaga seorang saja, tak mungkin dia dapat mendayung perahunya pergi dari kejaran kita. Kita tunggu sampai perahunya mendekati pantai, lalu kita serbu dia dengan mendayung perahu yang laju. Kalau kita berlima atau berempat mengayuh, mustahil takkan dapat menyusulnya ? Kau yang bertugas mempergunakan senapanmu, tuan sersan. “
“Jangan kuatir, dengan sekali ledakan senapanku saja, kepalanya akan hancur !“ sersan itu menyombong.
Kertapati mendayung perahunya dan kini ia menunjukan perahunya ke arah kapal Belanda yang terapung di pinggir pantai dengan megahnya Kesunyian di atas kapal itu membuat ia merasa girang karena mklum bahwa anak kapal itu tentu banyak yang mendarat dan yang menjaga kapal tidak banyak. Dengan berani ia mengambil keputusan untuk menghampiri dan kalau mungkin naik ke kapal itu !
Akan tetapi, tiba-tiba ia melihat sebuah perahu meluncur cepat dari pantai dan mengejarnya ! Matanya yang tajam dapat menaksir bahwa perahu itu sedikitnya ditumpangi oleh empat atau lima orang, dan karena perahu itu menuju ke arah perahunya, ia maklum bahwa mereka itu memang sengaja mengejarnya. Tak mungkin kalau ada nelayan pergi mencari ikan pada waktu seperti itu, dan juga tidak mungkin pula perahu itu ditumpangi oleh lebih dari tiga orang nelayan.
Apakah mereka anak buah kapal Belanda itu ? Demikian pikirnya sambil mendayung pergi perahunya, menjauhi kapal, akan tetapi tidak terlalu cepat, karena ia masih ragu-ragu apakah benar mereka itu anak buah kapal. Kalau bukan, ia tak usah melarikan diri, karena kalau baru menghadapi lima orang lawan saja, tak sudi ia melarikan diri !
Ia pernah dikepung oleh belasan orang ponggawa Mataram di darat dan dapat meloloskan diri setelah merobohkan lebih dari dari setengah jumlah lawannya, apalagi kini hanya lima orang dan yang mengejarnya di atas air pula ! Kalau di darat Kertapati merupakan seorang yang amat tangguh dan gagah perkasa, di air ia merupakan dewa laut yang mentakjubkan. Kepandaiannya bermain di air membuat ia sanggup menghadapi musuh yang banyak jumlahnya.
Akan tetapi setelah perahu yang ditumpangi oleh lima orang itu datang dekat dan hampir dapat menyusulnya, tiba-tiba terdengar letusan keras dan dari perahu itu nampak bunga api memancar. Air di dekat perahunya memercik ke atas, tanda bahwa ada sesuatu yang keras menyambar air itu. Senapan, pikirnya. Akan tetapi Kertapati tidak menjadi gugup dan dengan tenang lalu melepaskan bajunya yang hitam.
“Sayang tidak kena !“ kata seorang ponggawa ketika melihat betapa tembakan pertama sersan Belanda itu tidak mengenai sasaran.
Sersan itu menjadi penasaran dan marah. “Jangan mendayung dulu, perahu menjadi bergerak dan aku tak dapat membidik tepat ! “
Keempat orang ponggawa lalu menahan dayung mereka dan perahu meluncur dengan tenang. Mereka tidak bergerak untuk memberi kesempatan kepada si sersan menembak lagi. Kini di atas perahu kecil itu nampak jelas betapa orang berbaju hitam yang mendayung perahu itu berdiri dengan tegak, seakan-akan menantang untuk menerima peluru senapan sersan itu !
Sersan itu membidik, dan tiba-tiba terdengar letusan keras untuk kedua kalinya.
“Mampus kau !“ sersan itu berseru keras dan empat orang ponggawa melihat betapa tubuh yang berdiri di atas perahu kecil itu roboh di dalam perahunya ! Mereka berseru girang,
“Kena …… ! Kena …… ! “ Dan serentak mereka mendayung perahu menyusul perahu kecil itu.
“Jangan lupa melaporkan kepada Sunan bahwa Sersan Zeerot yang menembak mampus bajak laut itu !“ kata sersan tadi sambil tersenyum-senyum puas.
Kini mereka berada dekat sekali dengan perahu kecil tadi sehingga mereka dapat melihat dengan jelas ke dalam perahu. Alangkah kaget hati mereka ketika melihat bahwa “orang“ yang mereka lihat roboh tertembak tadi tidak lain hanya sebatang dayung yang diberi baju hitam !
“Celaka …… !” seorang ponggawa berseru, akan tetapi pada saat itu juga, perahu mereka terguncang keras tanpa dapat ditahan lagi perahu itu miring lalu terbalik, membuat kelima orang itu terlempar ke dalam air !
Sebenarnya yang ditembak itu memang bukan Kertapati, akan tetapi bajak laut muda yang cerdik itu setelah meninggalkan pakaiannya lalu mengenakan pakaian itu pada dayungnya dan memegangi dayung sambil bertiarap di dalam perahunya! Setelah sersan itu menembak, ia lalu menggerakkan dayungnya yang “menyamar“ dan menggantikan dirinya itu seakan-akan orang terkena tembak dan menjatuhkan di dalam perahu, sedangkan ia sendiri diam-diam lalu meluncur ke dalam air dan berpegang pada pinggir perahu sambil mengintai! Ketika perahu lawan itu sudah datang dekat, ia menyelam dan berenang di bawah permukaan air menyambut kedatangan mereka. Ia pegang perahu yang sudah tak didayung lagi itu dengan kedua tangan dan dengan tenaga yang luas biasa ia berhasil menggulingkan perahu dan membuat kelima orang penumpangnya jatuh ke dalam air !
Dua orang ponggawa yang tak pandai berenang, segera megap-megap dan sebentar saja perut mereka menjadi besar dan kembung, penuh air laut yang asin! Yang dua orang lagi hendak berenang ke perahu, akan tetapi tiba-tiba setelah kaki mereka ditangkap oleh kedua tangan Kertapati dan tubuh mereka diseret ke bawah! Sekian lamanya mereka bergulat dengan air karena tak mampu menyerang orang yang memegang kaki mereka sampai mereka tidak kuat lagi dan menjadi pingsan perut kembung !
Sersan Zeerot yang juga pandai berenang, lalu berenang dan berhasil memegang pinggir perahu, akan tetapi tiba-tiba ia merasa perutnya perih seakan-akan ditusuk oleh tombak ikan cucut. Tubuhnya menjadi lemas dan pegangannya terlepas. Ia menjerit kesakitan dan tenggelam tanpa bardaya lagi !
Peristiwa hebat itu terjadi tanpa banyak ribut, hanya disaksikan oleh bulan yang bergurau dengan mega-mega ditas laut. Peristiwa berikutnya yang terjadi lebih hebat lagi, membuat nama bajak laut Kertapati makin terkenal dan ditakuti orang dari segala fihak.
Kapal layar Belanda yang berlabuh di tempat itu memang telah ditinggalkan oleh sebagian besar anak kepalnya yang mendarat dan mencari hiburan di kota Jepara. Yang diwajibkan menjaga hanya sebanyak sepuluh orang yang rendah kedudukannya, hanya serdadu-serdadu biasa yang kasar. Serdadu-serdadu ini menghilangkan kekesalan hatinya, menghibur diri dengan minuman keras, dan ada pula yang bermain kartu mempertaruhkan uang belanja mereka yang tiada gunanya di dalam kapal itu.
Sambil bersenda-gurau mempercakapkan pengalaman mereka dengan perempuan-perempuan di tiap pelabuhan yang mereka darati, mereka menghibur diri, sama sekali tidak melihat adanya bayangan seorang berpakaian hitam yang dengan cekatan sekali memanjat ke atas kapal melalui rantai jangkar kapal. Bayangan ini adalah Kertapati yang setelah “membereskan“ lima orang pengejarnya tadi, masih melanjutkan kehendaknya menyelidiki kapal asing itu.
Setelah naik ke atas kapal, ia mengintai dari balik tiang layar dan memandang ke arah orang-orang kulit putih itu dengan senyum menghina. Ingin ia menerjang dan meyerang mereka, akan tetapi tentu saja ia tidak mau bertindak demikian sembrono ketika melihat betapa sepuluh orang itu bersenjata api dan senapan-senapan mereka terletak dekat. Hanya berarti pembunuhan diri yang bodoh apabila ia menyerang, pikirnya.
Dilihatnya tiga orang telah mabok dan tidur mendengkur di atas geladak kapal, sedangkan yang tujuh orang masih mengelilingi meja sambil main kartu dan bersenda gurau. Dengan amat berani dan tabah, Kertapati lalu menyelinap dan cepat memasuki anak tangga yang membawanya turun ke dalam kapal itu. Telah beberapa kali ia dan kawan-kawannya menyerbu kapal Belanda dan kini ia mencari kamar yang menjadi tujuan pemeriksaannya, yakni kamar senjata. Girang sekali hatinya ketika ia dapat menemukan kamar itu dan melihat banyak senapan berada di tempat itu berikut obat pasang dan peluru-pelurunya.
Kertapati sendiri amat benci melihat senjata api ini dan tidak sudi mempergunakannya, akan tetapi banyak kawan-kawannya ingin memilikinya, maka kini timbul keinginannya untuk mencuri senapan-senapan ini ! Kamar itu diterangi dengan sebuah lampu minyak yang tergantung di dinding.
Pemuda itu cepat mengumpulkan tujuh pucuk senapan yang kelihatan masih baru, diikatnya senapan-senapan itu menjadi satu dengan sebuah tambang yang terdapat di situ, dan ketika ia sedang mengumpulkan obat pasang dan peluru, tiba-tiba pintu di belakangnya dibuka orang dan tiba-tiba terdengar bentakan keras dalam bahasa Belanda yang tak dimengertinya. Ketika ia menoleh dengan cepat, ia melihat seorang opsir Belanda yang bermuka merah sekali telah berdiri di situ dengan senapan ditodongkan ke arahnya! Kembali Belanda itu membentaknya dan biarpun Kertapati tidak mengerti bahasanya, akan tetapi pemuda ini naklum bahwa ia diperintahkan untuk mengangkat kedua tangannya.
Akan tetapi, ia berpura-pura bodoh dan tersenyum manis ! Wajahnya menjadi menarik sekali kalau tersenyum, lenyap sama sekali kekerasan yang tergaris pada mukanya. Bibir tersenyum mata berseri-seri dan sikap ini selalu mendatangkan kemenangan padanya. Menurut nasihat gurunya dulu, dalam menghadapi bahaya yang bagaimana besarpun, ia harus dapat menenangkan hati dan memperlihatkan sikap gembira, oleh karena selain hal ini dapat membuat ia berkata waspada dan membuat pikiran dapat berjalan terang untuk mengusahakan sesuatu yang tepat, jarang sekali terdapat orang yang mau membunuh orang tersenyum gembira!
Memang benar, opsir itu yang belum tahu siapa adanya pemuda yang berada di kamar senjata itu, tadinya masih agak ragu-ragu untuk segera menembak, apalagi setelah melihat betapa muka itu tersenyum ramah dan gembira, ia tertipu dan tekanan jarinya pada pelatuk senapan mengendur.
“Kamu …… pencuri …… ?“ tanyanya dengan bahasa yang amat kaku.
Akan tetapi, saat yang hanya sedetik itu tak dilewatkan oleh Kertapati yang semenjak tadi menjadi perisai pertama untuk menyelamatkan diri dan setelah melihat betapa ketegangan pada lawannya mengendur, tangannya diam-diam menggenggam erat beberapa butir peluru yang tadinya sedang diperiksa dan dikumpulkannya. Senyumnya melebar dan pada saat opsir Belanda itu membuka mulut bertanya, secepat kilat tangannya bergerak ke arah lampu dan otomatis tubuhnya menubruk maju ke arah kaki opsir itu!
Terjadi tiga kali dalam detik yang sama. Pecah kaca lampu yang memadamkan penerangan itu. Meletusnya obat pasang dalam senapan di tangan opsir Belanda, dan berteriaknya opsir itu ketika tiba-tiba sepasang lengan yang amat kuat merangkul kedua kakinya dan yang membuat ia terpelanting jatuh ! Saat berikutnya, keris di tangan Kertapati telah mendapat kurban lagi dan lawannya mati dalam gelap tanpa dapat mengeluarkan suara lagi.
Dengan kecepatan yang luar biasa, Kertapati telah dapat menyambar senapan dan peluru berikut obat pasang yang tadi dikumpulkan, lalu tubuhnya melompat dan menaiki anak tangga. Ia telah dapat keluar dari lubang di atas dan bersembunyi di belakang tiang sebelum kawan-kawan opsir yang bersenda-gurau di atas geladak mengejar ke tempat itu.
Tiga orang serdadu dengan lampu di tangan dan senapan disiapkan, berlari-lari menuruni anak tangga untuk melihat kawannya yang tadi turun untuk mengambil tambahan minuman keras. Kawan-kawannya yang lain lalu bersiap pula dengan senapan di tangan. Tiba-tiba seorang diantara mereka melihat berkelebatnya tubuh Kertapati, maka sambil berseru ia menembak ke arah pemuda itu !
Kertapati cepat melompat dan berlindung dibalik tiang. Lalu sambil merangkak dan berlindung di balik tali temali tiang, ia menghampiri pinggir kapal dan melongok ke bawah di mana ia melihat perahunya menempel dekat rantai jangkar. Ia mengira-ngira dan segera melemparkan senapan-senapan itu ke bawah, tepat masuk ke dalam perahunya yang bergoyang-goyang. Suara senapan jatuh di perahunya terdengar oleh orang-orang Belanda itu, maka mereka lalu mengejarnya. Kalau ia mau, dengan mudah Kertapati dapat melompat ke air dan meyelamatkan diri, akan tetapi ia tidak menyerah kalah begitu saja sebelum menimbulkan kerugian di fihak lawan dan berdaya upaya untuk menyelamatkan perahu dan bedil-bedil yang yang dirampasnya.
Maka kembali ia merangkak-rangkak menjauhi mereka dengan gerakan yang cepat bagaikan seekor tikus. Ia mengambil dua butir peluru yang tadi tercecer, lalu menyambit ke arah yang berlawanan. Peluru-peluru itu membentur papan dan menerbitkan bunyi keras. Serentak terdengar senapan-senapan ditembakkan ke arah suara itu !
Kertapati tersenyum ketika melihat betapa orang-orang itu dengan berendang lalu berlari memburu ke tempat yang disambit tadi, maka ia cepat melompat ke arah meja di mana mereka tadi main kartu, mengambil lampu minyak yang berada di atas meja dan segera melemparkan lampu itu ke atas, ke tempat gulungan layar! Lampu itu membentur layar dan minyaknya tumpah, disambar oleh api dan segera layar itu terbakar !
Orang-orang Belanda tadi segera membalikkan tubuh dan melihat betapa layar telah berkobar besar, mereka menjadi ribut dan sibuk berusaha memadamkan kebakaran. Kegaduhan itu dipergunakan untuk lari oleh Kertapati yang dengan enaknya lalu memanjat turun dari rantai jangkar.
Ketika kebakaran pada layar itu dapat dipadamkan dan orang-orang di atas kapal dengan menyumpah-nyumpah dan marah sekali mencari-cari pengacau dan pembunuh opsir kawan mereka, Kertapati telah mendayung perahunya dengan cepat, jauh dari kapal itu !
Dan pada waktu keesokan harinya, pada waktu fajar menyingsing, para nelayan yang berangkat menuju ke tengah laut untuk mulai pekerjaan mereka menangkap ikan, menjadi ribut ketika mereka mendapatkan sebuah perahu itu terapung-apung di atas air dan di dalam perahu itu terdapat empat orang ponggawa Sunan yang pingsan dengan perut kembung! Selain ini, merekapun mendapatkan mayat seorang sersan Belanda yang terapung pula dengan perut terluka bekas tusukan keris !
Mereka segera menolong empat orang ponggawa itu, juga membawa mayat itu ke pantai. Ketika para ponggawa telah ditolong dan air telah dikeluarkan dari perut mereka sehingga mereka siuman kembali, mereka menceritakan bahwa semua itu adalah perbuatan bajak laut Kertapati. Maka gemparlah semua orang dan para nelayan melanjutkan pekerjaan mereka dengan hati kebat-kebit !
Beberapa pekan kemudian. Tepi pantai laut jepara ramai sekali dikunjungi orang. Gamelan berbunyi semenjak pagi sekali, mengiringi suara tambang yang merdu, meramaikan suasana dan menggembirakan semua pengunjung. Di sepanjang pantai didirikan panggung dan tarup dari bambu. Sebagian besar penduduk Jepara mengunjungi pantai laut, bahkan para nelayan hari itu tidak pergi mencari ikan untuk dapat menyaksikan keramaian luar biasa ini.
Bagaikan penyakit kangker menyerang tubuh atau anjing makan tulang,sedikit demi sedikit Belanda menggerogoti kepulauan Indonesia sehingga akhirnya seluruh daerah lenyap ditelan oleh kekuasaan mereka. Dan untuk dapat mencapaimaksud ini, Belanda tidak segan-segan menjalankan politik yang sekotor-kotornyadan melakukan tipu muslihat serendah-rendahnya.
Akan tetapi jangan dikira bahwa Indonesia merupakan roti kiju yang empuk bagiBelanda, oleh karena semenjak kedatangan mereka, terutama setelah rakyat mengetahuiakan maksud buruk Belanda, di mana-mana mereka mendapat tantangan hebat. Tiadahentinya pemberontakan-pemberontakan meletus terhadap Belanda. Bangsawan-bangsawanberjiwa patriot, pahlawan-pahlawan bangsa yang gagah perkasa dan saktimandraguna, memimpin rakyat untuk mengusir Belanda dari tanah air.
Dimana-mana Belanda menghadapi keris-keris telanjang di tangan rakyat, dimulaisemenjak mereka berhasil merebut Jakarta yang mereka jadikan bandar dan diberinama Batavia . Bahkan semenjak pertama kali Belanda mendarat di Banten padatahun 1596, dibawah pimpinan Cornelis Houtman dan De Keyzer, karena rakyatmengalami penderitaan yang pertama kali yang timbul dari kekasaran dan kekejamanmereka, telah terjadi perlawanan-perlawanan terhadap Belanda.
Namun harus diakui bahwa sesungguhnya rakyat Indonesia pada umumnya, dankhususnya di pulau Jawa, takusah merasa takut dan kalah dalam hal kegagalan dankepandaian bertempur dengan Belanda, akan tetapi, dalam menjalankan tipu muslihatdan kecerdikan, ternyata Belanda lebih unggul. Perlawanan-perlawanan yang gagahberani dan pantang mundur dari rakyat membuat Belanda menjadi kuwalahan danmereka merobah taktik dan siasat mereka. Bujukan-bujukan halus dan siasat adudomba dengan umpan berupa suap dan sogok, mulai mereka jalankan. Apabilabujukan mereka berhasil dan mulai terjadi perpecahan dan kekalutan di antarapangeran dan para pengikut mereka, yakni memancing ikan di air keruh, mendekatifihak yang kurang waspada dengan siasat “ membantu “ yang disertai syarat-syaratmenguntungkan fihak Belanda belaka !
Dengan siasat yang licin dan tipu muslihat rendah ini, Belanda berhasil menipubanyak pemimpin-pemimpin rakyat dan berhasil membuat mereka dipandang sebagaisahabat baik oleh para pangeran dan pemimpin yang kurang wasapada.Ketika Mataram berada dibawah pimpinan sunan Amangkurat I, Belanda mulaimengulur kukunya yang panjang dan runcing, mempergunakan kelicinannya untukmenarik keuntungan dari keadaan Mataram yang di masa itu sedang kalut. Pangeran-pangenransatu dengan yang lain berselisih, sedangkan Sunan yang sudah tua itu sakitkeras.
Belanda menghadapi pemberontakan hebat yang dipimpin oleh Trunajaya terhadapMataram dan hal ini digunakan oleh Belanda untuk mendekati Mataram. Oleh karenapemberontakan yang dipimpin oleh Trunajaya ini amat kuat, maka di Batavia Kompeni Belanda mulai menjadi gelisah. Akhirnya dipilih seorang jago tua di fihakmereka, yakni Cornelis Speelman, seorang ahli siasat yang amat licin dan cerdik.
Dengan muka manis, urusan-urusan Speelman mendatangi Mataram dan pertemuanyang disertai janji bantuan ini menghasilkan keuntungan yan besar sekali bagiBelanda, karena mereka dapat memperluas dan menambah perjanjian-perjanjiandengan kerajaan Mataram. Akhirnya, Belanda mengirim tentaranya menyerbu pusat pertahanan Trunajaya,yakni di Surabaya. Setelah berperang sengit sehari penuh, jatuhlah bentengpertahanan Trunajaya yang didirikan di dekat Jembatan Merah ( Surabaya ) kepadatangan Belanda.
Peristiwa ini terjadi para tanggal 13 April 1677, dan Trunajaya melarikan diri keKediri di mana ia mendirikan keraton yang megah dan indah.Speelman tidak pernah menyangka bahwa Trunajaya akan dapat mengumpulkankembali kekuatan pasukannya dengan amat cepatnya, maka Belanda tidak terusmengejar Trunajaya, bahkan lalu menyerang Madura. Kesempatan ini dipergunakan oleh Trunajaya untuk meluruk ke Mataram dan pada tanggal 12 Juli 1677, dua bulansetengah semenjak kekalahan, ia berhasil merebut keraton Mataram.
Demikianlah, dengan siasatnya yang licik dan dengan jalan mengadu domba, padatahun 1680, jajahan kompeni Belanda di Pulau Jawa telah makin meluas. DariBatavia, jajahan mereka ke timur dan setelah sampai ke Laut Hindia, sehingga bolehdi bilang bahwa seluruh Jawa Barat, ada sepertiganya berada dalam jajahan dankekuatan Belanda. Juga Semarang dan sekitarnya telah pula menjadi bandar darikapal-kapal Belanda, Batavia dan Semarang merupakan pintu-pintu lebar dari manamengalir keluar kekayaan bumi Indonesia !
Dan pada sekitar waktu itulah cerita initerjadi. Cerita menarik yang sungguhpun bukan merupakan kisah tercatat dalam bukusejarah, namun cukup menjadi bukti bahwa semenjak dahulu, banyak terdapatpahlawan-pahlawan bangsa tak terkenal, pahlawan bangsa dan kesatria-kesatria utamayang berjasa besar, yang telah mengurbankan nyawa demi nusa dan bangsa , akan
tetapi yang sama sekali tak mengharapkan balas dan jasa, bahkan nama merekapunsama sekali tak pernah didengar oleh rakyat. Betapapun juga, mereka itu, pahlawan-pahlawanbangsa sejak jaman dahulu sampai sekarang, pahlawan-pahlawan yang takterkenal, maklum bahwa perjuangan dan pengorbanan mereka takkan sia-sia, akanberbunga dan berbuah demi kebahagiaan bangsa mereka ! Hal dan pengertian ini sajasudah merupakan balas dan jasa yang cukup mulia bagi mereka !
Sebelum Sunan Amangkurat I mangkat, ia mengangkat Putera Mahkota sebagaipenggantinya, dan Sunan baru ini bernama Sunan Amangkurat II.Fihak Belanda lalu mempergunakan siasatnya dan mendekati Sunan Amangkurat IIuntuk “ membantunya “ melenyapkan Trunajaya dan sekutunya, Cornelis Sepeelmalalu mengadakan pertemuan dengan Amnagkurat II di Jepara. Dengan amatpandainya, Sepeelman dapat mempermainkan lidahnya terhadap Sunan yang masihhijau itu sehingga diantara mereka lalu dibuat perjanjian yang amat berat sebelah.
Perjanjian ini berisi seperti berikut.
1. Fihak kompeni mengakui Amangkurat II sebagai Sunan yang sah di Mataram.
2. Kompeni memperoleh kemerdekaan berniaga di seluruh kerajaan Mataram, danboleh mendirikan tempat pembuatan kapal di Rembang.
3. Kompeni dibebaskan daripada membayar bea pemasukan barang-barang keseluruh pelabuhan di Mataram.
4. Daerah jajahan Kompeni diperluas dengan Krawang dan sebagian Priangan, sebagaibatas antara Mataram dan jajahan Belanda ialah Sungai Cimanuk.
5. Semarang dan daerah sekitarnya diserahkan kepada Kompeni.
6. Kompeni memiliki daerah pantai Jawa sebagai barang gadaian, hingga Sunandapat melunasi biaya peperangan yang akan dilakukan untuk melenyapkan Trunajaya.
Perjanjian macam ini sesungguhnya bukan merupakan perjanjian lagi, lebih pantasdisebut pengisapan yang amat kurang ajar. Akan tetapi Belanda mencapai maksudnya.Malam terang bulan di Jepara. Di kota itu berkumpul banyak pasukan, yakni pasukanpengawal Cornelis Speelman, dan pasukan-pasukan pengiring Sunan Amangkurat IIyang sedang mengadakan pertemuan dengan pemimpin Belanda itu.
Kalau di kotakelihatan ramai dengan datangnya orang-orang agung dengan sekalian pengiringnyaitu, adalah di pantai Jepara nampak sunyi sekali. Hawa udara sejuk dan laut Nampak tenang, seakan-akan semua penghuninya telah tidur nyenyak. Angin bersilir perlahan,tak cukup kuat menggerakkan ketenangan laut sehingga hanya pada permukaan airsaja yang bergoyang sedikit, tak sampai menimbulkan ombak.
Bulan bercahaya penuh, membuat air laut nampak kemerah-merahan danmendatangkan bayang-bayang yang amat indahnya. Di tepi laut tampak sunyi,perahu-perahu nelayan berderet-deret di pantai, siap untuk diberangkatkan besokpagi-pagi sebelum fajar menyingsing. Para nelayan telah mengaso karena besok pagi-pagimereka sudah harus mulai dengan pekerjaan mereka. Di ujung barat Nampak sebuah perahu besar dengan layar terguling. Tali-temali layar nampak jelas di bawahsinar bulan purnama. Diantara jendela-jendela perahu itu, nampak tersembul keluarbeberapa buah laras meriam.
Inilah sebuah kapal layar Belanda yang biasanya digunakan untuk, mengangkut hasilbumi, atau juga untuk berperang menyerang pantai ! Bendera Belanda berkibar dipuncak tiang. Akan tetapi, perahu inipun diam tak bergerak dan nampak sunyi sekali,seakan-akan tidak ada mahluk hidup di atasnya. Memang, sebagian besar anak kapaltelah turun dan mencari kesenangan di darat, dan hanya ada beberapa orang penjagasaja yang mendapat giliran menjaga kapal, akan tetapi orang-orang inipun lebihsenang tidur mendengkur setelah kenyang minuman keras.
Seluruh permukaan laut Jepara bagaikan mati tak bergerak, keculi setitik hitam kecilyang nampak bergerak maju dan makin lama membesar. Kemudian kelihatanlah titikhitam itu yang ternyata adalah sebuah perahu kecil berujung runcing dan didayungdari jurusan timur menuju ke barat.
Perahu ini berwarna hitam seluruhnya, bahkan dayung yang dipegang oleh seorangpenumpangnya juga berwarna hitam. Perahu ini hanya mempunyai seorangpenumpang saja, seorang laki-laki muda belia yang bertubuh tegap. Sepasanglengannya yang memegang dayung nampak kuat sekali, akan tetapi ia mendayungperahunya dengan seenaknya. Empat lima kali dayungnya digerakkan sehingga perahumeluncur cepat, kemudian ia menunda gerakkan dayungnya dan membiarkan perahumeluncur dengan halus dan tenang.
Dengan pandang mata tajam ia melihat ke arah pantai yang snyi kemudianpandangannya dialihkan ke arah kapal Belanda yang besar itu penuh perhatian.Pakaian orang itu sederhana, berbaju hitam dengan lengan baju panjang, tak berleher.
Celananya panjang warna hitam pula, dengan sehelai sarung tenun dikalungkan pada lehernya. Gagang keris tersembul dari ikat pinggangnya di bawah dada. Melihat wajah yang masih halus tak berkumis itu, dapat ditaksir bahwa usianya baru dua puluhan, akan tetapi garis-garis pada mukanya menunjukkan bahwa sudah banyak pengalaman pahit ia derita, sedangkan sepasang matanya bersinar tajam.
Inilah Kertapati, bajak laut muda yang namanya telah menggemparkan pantai laut jawa, mulai dari pantai laut tegal sampai jepara ! Ia amat terkenal karena keberaniannya yang luar biasa, karena kecerdikan dan kegagahannya. Dengan sekelompok kawan-kawannya yang hanya terdiri dari belasan orang muda saja, ia berani melakukan pembajakan pada perahu-perahu besar, tak peduli siapa yang amat sia-sia, bahkan merugikan, karena pernah terjadi anak buah perahu besar yang terdiri dari dua puluh orang lebih, semuanya dilemparkan ke dalam laut oleh Kertapati dan
lima orang kawannya !
Nelayan Lebih takut kepada bajak laut Kertapati daripada kepada ikan-ikan cucut yang ganas dan liar. Setiap kali perahu-perahu nelayan mendapat hasil ikan yang banyak, mereka tentu akan melakukan pelayaran pulang secara berkelompok, tidak berani memisahkan diri, untuk menjaga kalau-kalau di tengah laut bertemu dengan bajak laut Kertapati dengan perahu-perahu kecilnya yang cepat, dan berwarna hitam itu !Baiknya bahwa bajak-bajak laut ini tidak selalu berada di daerah tertentu, akan tetapi bergerak dan berpindah-pindah sepanjang daerah pantai Tegal sampai Jepara.
Keberanian bajak laut Kertapati memang mengagumkan. Pernah tiga buah perahunya yang kecil-kecil dengan ditumpangi oleh lima belas orang anak buahnya, menyerbu sebuah kapal Belanda yang besar dan sedang berlabuh di pelabuhan Semarang. Hal ini benar-benar melewati batas dan kini nama bajak laut Kertapati tidak hanya terkenal di kalangan nelayan dan pemerintah Mataram, akan tetapi juga dikenal oleh Kompeni. Namun, tiap kali Kompeni mengadakan ekspedisi dengan kapal-kapal perangnya untuk mencari rombongan bajak laut yang menganggu lalu lintas di lautan itu, tiba-tiba saja perahu-perahu kecil berwarna hitam dan dengan layar hitam pula itu lenyap tanpa meninggalkan bekas, seakan-akan disembunyikan di dasar lautan !
Kertapati yang sedang melakukan penyelidikan seorang diri di dalam perahunya, sama sekali tidak tahu bahwa di dalam bayangan jala-jala ikan yang digantung di pinggir pantai dan di balik-balik perahu yang berada di tepi laut itu, terdapat lima orang yang berbisik-bisik dan mengikuti gerak-geriknya ketika seorang diantara mereka dapat melihat perahu hitam itu dari balik teropongnya. Orang yang memegang teropong ini adalah seorang serdadu Belanda berpangkat sersan, sedangkan empat orang yang lain adalah ponggawa-ponggawa Sunan.
Empat orang ponggawa ini telah mendengar bahwa Kertapati berada di daerah Jepara, maka mereka mempergunakan kesempatan pertemuan dengan para tentara Belanda untuk membujuk seorang sersan Belanda agar suka bersama mereka mengadakan penyelidikan dan kalau mungkin penangkapan atas diri kepala bajak yang terkenal itu. Mereka berempat tak kan berani melakukan pekerjaan berbahaya iniapabila tidak dapat bantuan seorang sersan yang bersenjata api dan memiliki teropong yang dapat melihat sesuatu dari jarak amat jauh.
“ Lihat …… ! “ kata sersan itu dalam bahasa daerah yang amat kaku, “ aku melihat sebuah perahu hitam dengan seorang baju hitam di dalamnya ! Siapakah dia ? “
Seorang ponggawa menghampirinya setelah diberitahu cara mempergunakan teropong itu, ia lalu mengintai ke arah perahu kecil yang terapung-apung di tempat jauh. Setelah memandang beberapa lamanya, ia berseru perlahan.
“Benar ! Dialah Kertapati, bajak laut itu ! Aku kenal bentuk tubuhnya, dan mukanya licin tak berkumis ! “
Ponggawa-ponggawa lainnya berebutan meminjam teropong dan mereka inipun mendapatkan bahwa orang di dalam perahu kecil itu memang Kertapati, bajak muda yang membuat mereka merasa gentar !
“Bagus, bagus ! “ Sersan belanda itu berkata girang, sambil mempersiapkan senapannya.
“Kita tangkap dia, mati atau hidup dan membagi hadiah yang dijanjikan oleh Sunan !“
“Akan tetapi, tuan sersan, “ bantah seorang ponggawa, “ bukankah Kompeni juga menjanjikan hadiah bagi siapa yang dapat menangkap atau menewaskan bajak laut Kertapati ? Kalau kita berhasil, kau boleh ambil semua hadiah dari Kompeni, sedangkan hadiah dari Gusti Sunan adalah hak kami berempat ! Bukankah ini adil namanya ? “
Sersan itu menyumpah dalam bahasanya yang tak dimengerti oleh empat orang ponggawa itu, lalu katanya sombong, “Kalian hanya ikut saja dan yang akan berhasil membunuhnya adalah aku dengan, senapanku ini ! “Ia mengangkat senapannya tinggi-tinggi. “Akan tetapi, biarlah kalian ambil hadiah dari Sunan, aku tidak membutuhkannya, asal saja kalian memberitahu bahwa seorang sersan Kompenilah yang telah berhasil membunuh bajak laut itu ! Tanpa bantuan kompeni, mana kalian orang-orang Mataram mampu menangkap atau membunuhnya ? “
Biarpun merasa mendongkol, empat orang ponggawa itu tidak mau membantah dengan sersan itu, oleh karena memang mereka telah tahu akan kegagahan Kertapati dan mereka hanya mengandalkan bantuan sersan ini untuk dapat menangkap atau menewaskan bajak itu.
“Sekarang tidak ada angin, dia tidak mungkin mempergunakan layar ! “ kata seorang ponggawa yang faham akan kepandaian mengemudikan perahu.
“Dengan hanya tenaga seorang saja, tak mungkin dia dapat mendayung perahunya pergi dari kejaran kita. Kita tunggu sampai perahunya mendekati pantai, lalu kita serbu dia dengan mendayung perahu yang laju. Kalau kita berlima atau berempat mengayuh, mustahil takkan dapat menyusulnya ? Kau yang bertugas mempergunakan senapanmu, tuan sersan. “
“Jangan kuatir, dengan sekali ledakan senapanku saja, kepalanya akan hancur !“ sersan itu menyombong.
Kertapati mendayung perahunya dan kini ia menunjukan perahunya ke arah kapal Belanda yang terapung di pinggir pantai dengan megahnya Kesunyian di atas kapal itu membuat ia merasa girang karena mklum bahwa anak kapal itu tentu banyak yang mendarat dan yang menjaga kapal tidak banyak. Dengan berani ia mengambil keputusan untuk menghampiri dan kalau mungkin naik ke kapal itu !
Akan tetapi, tiba-tiba ia melihat sebuah perahu meluncur cepat dari pantai dan mengejarnya ! Matanya yang tajam dapat menaksir bahwa perahu itu sedikitnya ditumpangi oleh empat atau lima orang, dan karena perahu itu menuju ke arah perahunya, ia maklum bahwa mereka itu memang sengaja mengejarnya. Tak mungkin kalau ada nelayan pergi mencari ikan pada waktu seperti itu, dan juga tidak mungkin pula perahu itu ditumpangi oleh lebih dari tiga orang nelayan.
Apakah mereka anak buah kapal Belanda itu ? Demikian pikirnya sambil mendayung pergi perahunya, menjauhi kapal, akan tetapi tidak terlalu cepat, karena ia masih ragu-ragu apakah benar mereka itu anak buah kapal. Kalau bukan, ia tak usah melarikan diri, karena kalau baru menghadapi lima orang lawan saja, tak sudi ia melarikan diri !
Ia pernah dikepung oleh belasan orang ponggawa Mataram di darat dan dapat meloloskan diri setelah merobohkan lebih dari dari setengah jumlah lawannya, apalagi kini hanya lima orang dan yang mengejarnya di atas air pula ! Kalau di darat Kertapati merupakan seorang yang amat tangguh dan gagah perkasa, di air ia merupakan dewa laut yang mentakjubkan. Kepandaiannya bermain di air membuat ia sanggup menghadapi musuh yang banyak jumlahnya.
Akan tetapi setelah perahu yang ditumpangi oleh lima orang itu datang dekat dan hampir dapat menyusulnya, tiba-tiba terdengar letusan keras dan dari perahu itu nampak bunga api memancar. Air di dekat perahunya memercik ke atas, tanda bahwa ada sesuatu yang keras menyambar air itu. Senapan, pikirnya. Akan tetapi Kertapati tidak menjadi gugup dan dengan tenang lalu melepaskan bajunya yang hitam.
“Sayang tidak kena !“ kata seorang ponggawa ketika melihat betapa tembakan pertama sersan Belanda itu tidak mengenai sasaran.
Sersan itu menjadi penasaran dan marah. “Jangan mendayung dulu, perahu menjadi bergerak dan aku tak dapat membidik tepat ! “
Keempat orang ponggawa lalu menahan dayung mereka dan perahu meluncur dengan tenang. Mereka tidak bergerak untuk memberi kesempatan kepada si sersan menembak lagi. Kini di atas perahu kecil itu nampak jelas betapa orang berbaju hitam yang mendayung perahu itu berdiri dengan tegak, seakan-akan menantang untuk menerima peluru senapan sersan itu !
Sersan itu membidik, dan tiba-tiba terdengar letusan keras untuk kedua kalinya.
“Mampus kau !“ sersan itu berseru keras dan empat orang ponggawa melihat betapa tubuh yang berdiri di atas perahu kecil itu roboh di dalam perahunya ! Mereka berseru girang,
“Kena …… ! Kena …… ! “ Dan serentak mereka mendayung perahu menyusul perahu kecil itu.
“Jangan lupa melaporkan kepada Sunan bahwa Sersan Zeerot yang menembak mampus bajak laut itu !“ kata sersan tadi sambil tersenyum-senyum puas.
Kini mereka berada dekat sekali dengan perahu kecil tadi sehingga mereka dapat melihat dengan jelas ke dalam perahu. Alangkah kaget hati mereka ketika melihat bahwa “orang“ yang mereka lihat roboh tertembak tadi tidak lain hanya sebatang dayung yang diberi baju hitam !
“Celaka …… !” seorang ponggawa berseru, akan tetapi pada saat itu juga, perahu mereka terguncang keras tanpa dapat ditahan lagi perahu itu miring lalu terbalik, membuat kelima orang itu terlempar ke dalam air !
Sebenarnya yang ditembak itu memang bukan Kertapati, akan tetapi bajak laut muda yang cerdik itu setelah meninggalkan pakaiannya lalu mengenakan pakaian itu pada dayungnya dan memegangi dayung sambil bertiarap di dalam perahunya! Setelah sersan itu menembak, ia lalu menggerakkan dayungnya yang “menyamar“ dan menggantikan dirinya itu seakan-akan orang terkena tembak dan menjatuhkan di dalam perahu, sedangkan ia sendiri diam-diam lalu meluncur ke dalam air dan berpegang pada pinggir perahu sambil mengintai! Ketika perahu lawan itu sudah datang dekat, ia menyelam dan berenang di bawah permukaan air menyambut kedatangan mereka. Ia pegang perahu yang sudah tak didayung lagi itu dengan kedua tangan dan dengan tenaga yang luas biasa ia berhasil menggulingkan perahu dan membuat kelima orang penumpangnya jatuh ke dalam air !
Dua orang ponggawa yang tak pandai berenang, segera megap-megap dan sebentar saja perut mereka menjadi besar dan kembung, penuh air laut yang asin! Yang dua orang lagi hendak berenang ke perahu, akan tetapi tiba-tiba setelah kaki mereka ditangkap oleh kedua tangan Kertapati dan tubuh mereka diseret ke bawah! Sekian lamanya mereka bergulat dengan air karena tak mampu menyerang orang yang memegang kaki mereka sampai mereka tidak kuat lagi dan menjadi pingsan perut kembung !
Sersan Zeerot yang juga pandai berenang, lalu berenang dan berhasil memegang pinggir perahu, akan tetapi tiba-tiba ia merasa perutnya perih seakan-akan ditusuk oleh tombak ikan cucut. Tubuhnya menjadi lemas dan pegangannya terlepas. Ia menjerit kesakitan dan tenggelam tanpa bardaya lagi !
Peristiwa hebat itu terjadi tanpa banyak ribut, hanya disaksikan oleh bulan yang bergurau dengan mega-mega ditas laut. Peristiwa berikutnya yang terjadi lebih hebat lagi, membuat nama bajak laut Kertapati makin terkenal dan ditakuti orang dari segala fihak.
Kapal layar Belanda yang berlabuh di tempat itu memang telah ditinggalkan oleh sebagian besar anak kepalnya yang mendarat dan mencari hiburan di kota Jepara. Yang diwajibkan menjaga hanya sebanyak sepuluh orang yang rendah kedudukannya, hanya serdadu-serdadu biasa yang kasar. Serdadu-serdadu ini menghilangkan kekesalan hatinya, menghibur diri dengan minuman keras, dan ada pula yang bermain kartu mempertaruhkan uang belanja mereka yang tiada gunanya di dalam kapal itu.
Sambil bersenda-gurau mempercakapkan pengalaman mereka dengan perempuan-perempuan di tiap pelabuhan yang mereka darati, mereka menghibur diri, sama sekali tidak melihat adanya bayangan seorang berpakaian hitam yang dengan cekatan sekali memanjat ke atas kapal melalui rantai jangkar kapal. Bayangan ini adalah Kertapati yang setelah “membereskan“ lima orang pengejarnya tadi, masih melanjutkan kehendaknya menyelidiki kapal asing itu.
Setelah naik ke atas kapal, ia mengintai dari balik tiang layar dan memandang ke arah orang-orang kulit putih itu dengan senyum menghina. Ingin ia menerjang dan meyerang mereka, akan tetapi tentu saja ia tidak mau bertindak demikian sembrono ketika melihat betapa sepuluh orang itu bersenjata api dan senapan-senapan mereka terletak dekat. Hanya berarti pembunuhan diri yang bodoh apabila ia menyerang, pikirnya.
Dilihatnya tiga orang telah mabok dan tidur mendengkur di atas geladak kapal, sedangkan yang tujuh orang masih mengelilingi meja sambil main kartu dan bersenda gurau. Dengan amat berani dan tabah, Kertapati lalu menyelinap dan cepat memasuki anak tangga yang membawanya turun ke dalam kapal itu. Telah beberapa kali ia dan kawan-kawannya menyerbu kapal Belanda dan kini ia mencari kamar yang menjadi tujuan pemeriksaannya, yakni kamar senjata. Girang sekali hatinya ketika ia dapat menemukan kamar itu dan melihat banyak senapan berada di tempat itu berikut obat pasang dan peluru-pelurunya.
Kertapati sendiri amat benci melihat senjata api ini dan tidak sudi mempergunakannya, akan tetapi banyak kawan-kawannya ingin memilikinya, maka kini timbul keinginannya untuk mencuri senapan-senapan ini ! Kamar itu diterangi dengan sebuah lampu minyak yang tergantung di dinding.
Pemuda itu cepat mengumpulkan tujuh pucuk senapan yang kelihatan masih baru, diikatnya senapan-senapan itu menjadi satu dengan sebuah tambang yang terdapat di situ, dan ketika ia sedang mengumpulkan obat pasang dan peluru, tiba-tiba pintu di belakangnya dibuka orang dan tiba-tiba terdengar bentakan keras dalam bahasa Belanda yang tak dimengertinya. Ketika ia menoleh dengan cepat, ia melihat seorang opsir Belanda yang bermuka merah sekali telah berdiri di situ dengan senapan ditodongkan ke arahnya! Kembali Belanda itu membentaknya dan biarpun Kertapati tidak mengerti bahasanya, akan tetapi pemuda ini naklum bahwa ia diperintahkan untuk mengangkat kedua tangannya.
Akan tetapi, ia berpura-pura bodoh dan tersenyum manis ! Wajahnya menjadi menarik sekali kalau tersenyum, lenyap sama sekali kekerasan yang tergaris pada mukanya. Bibir tersenyum mata berseri-seri dan sikap ini selalu mendatangkan kemenangan padanya. Menurut nasihat gurunya dulu, dalam menghadapi bahaya yang bagaimana besarpun, ia harus dapat menenangkan hati dan memperlihatkan sikap gembira, oleh karena selain hal ini dapat membuat ia berkata waspada dan membuat pikiran dapat berjalan terang untuk mengusahakan sesuatu yang tepat, jarang sekali terdapat orang yang mau membunuh orang tersenyum gembira!
Memang benar, opsir itu yang belum tahu siapa adanya pemuda yang berada di kamar senjata itu, tadinya masih agak ragu-ragu untuk segera menembak, apalagi setelah melihat betapa muka itu tersenyum ramah dan gembira, ia tertipu dan tekanan jarinya pada pelatuk senapan mengendur.
“Kamu …… pencuri …… ?“ tanyanya dengan bahasa yang amat kaku.
Akan tetapi, saat yang hanya sedetik itu tak dilewatkan oleh Kertapati yang semenjak tadi menjadi perisai pertama untuk menyelamatkan diri dan setelah melihat betapa ketegangan pada lawannya mengendur, tangannya diam-diam menggenggam erat beberapa butir peluru yang tadinya sedang diperiksa dan dikumpulkannya. Senyumnya melebar dan pada saat opsir Belanda itu membuka mulut bertanya, secepat kilat tangannya bergerak ke arah lampu dan otomatis tubuhnya menubruk maju ke arah kaki opsir itu!
Terjadi tiga kali dalam detik yang sama. Pecah kaca lampu yang memadamkan penerangan itu. Meletusnya obat pasang dalam senapan di tangan opsir Belanda, dan berteriaknya opsir itu ketika tiba-tiba sepasang lengan yang amat kuat merangkul kedua kakinya dan yang membuat ia terpelanting jatuh ! Saat berikutnya, keris di tangan Kertapati telah mendapat kurban lagi dan lawannya mati dalam gelap tanpa dapat mengeluarkan suara lagi.
Dengan kecepatan yang luar biasa, Kertapati telah dapat menyambar senapan dan peluru berikut obat pasang yang tadi dikumpulkan, lalu tubuhnya melompat dan menaiki anak tangga. Ia telah dapat keluar dari lubang di atas dan bersembunyi di belakang tiang sebelum kawan-kawan opsir yang bersenda-gurau di atas geladak mengejar ke tempat itu.
Tiga orang serdadu dengan lampu di tangan dan senapan disiapkan, berlari-lari menuruni anak tangga untuk melihat kawannya yang tadi turun untuk mengambil tambahan minuman keras. Kawan-kawannya yang lain lalu bersiap pula dengan senapan di tangan. Tiba-tiba seorang diantara mereka melihat berkelebatnya tubuh Kertapati, maka sambil berseru ia menembak ke arah pemuda itu !
Kertapati cepat melompat dan berlindung dibalik tiang. Lalu sambil merangkak dan berlindung di balik tali temali tiang, ia menghampiri pinggir kapal dan melongok ke bawah di mana ia melihat perahunya menempel dekat rantai jangkar. Ia mengira-ngira dan segera melemparkan senapan-senapan itu ke bawah, tepat masuk ke dalam perahunya yang bergoyang-goyang. Suara senapan jatuh di perahunya terdengar oleh orang-orang Belanda itu, maka mereka lalu mengejarnya. Kalau ia mau, dengan mudah Kertapati dapat melompat ke air dan meyelamatkan diri, akan tetapi ia tidak menyerah kalah begitu saja sebelum menimbulkan kerugian di fihak lawan dan berdaya upaya untuk menyelamatkan perahu dan bedil-bedil yang yang dirampasnya.
Maka kembali ia merangkak-rangkak menjauhi mereka dengan gerakan yang cepat bagaikan seekor tikus. Ia mengambil dua butir peluru yang tadi tercecer, lalu menyambit ke arah yang berlawanan. Peluru-peluru itu membentur papan dan menerbitkan bunyi keras. Serentak terdengar senapan-senapan ditembakkan ke arah suara itu !
Kertapati tersenyum ketika melihat betapa orang-orang itu dengan berendang lalu berlari memburu ke tempat yang disambit tadi, maka ia cepat melompat ke arah meja di mana mereka tadi main kartu, mengambil lampu minyak yang berada di atas meja dan segera melemparkan lampu itu ke atas, ke tempat gulungan layar! Lampu itu membentur layar dan minyaknya tumpah, disambar oleh api dan segera layar itu terbakar !
Orang-orang Belanda tadi segera membalikkan tubuh dan melihat betapa layar telah berkobar besar, mereka menjadi ribut dan sibuk berusaha memadamkan kebakaran. Kegaduhan itu dipergunakan untuk lari oleh Kertapati yang dengan enaknya lalu memanjat turun dari rantai jangkar.
Ketika kebakaran pada layar itu dapat dipadamkan dan orang-orang di atas kapal dengan menyumpah-nyumpah dan marah sekali mencari-cari pengacau dan pembunuh opsir kawan mereka, Kertapati telah mendayung perahunya dengan cepat, jauh dari kapal itu !
Dan pada waktu keesokan harinya, pada waktu fajar menyingsing, para nelayan yang berangkat menuju ke tengah laut untuk mulai pekerjaan mereka menangkap ikan, menjadi ribut ketika mereka mendapatkan sebuah perahu itu terapung-apung di atas air dan di dalam perahu itu terdapat empat orang ponggawa Sunan yang pingsan dengan perut kembung! Selain ini, merekapun mendapatkan mayat seorang sersan Belanda yang terapung pula dengan perut terluka bekas tusukan keris !
Mereka segera menolong empat orang ponggawa itu, juga membawa mayat itu ke pantai. Ketika para ponggawa telah ditolong dan air telah dikeluarkan dari perut mereka sehingga mereka siuman kembali, mereka menceritakan bahwa semua itu adalah perbuatan bajak laut Kertapati. Maka gemparlah semua orang dan para nelayan melanjutkan pekerjaan mereka dengan hati kebat-kebit !
Beberapa pekan kemudian. Tepi pantai laut jepara ramai sekali dikunjungi orang. Gamelan berbunyi semenjak pagi sekali, mengiringi suara tambang yang merdu, meramaikan suasana dan menggembirakan semua pengunjung. Di sepanjang pantai didirikan panggung dan tarup dari bambu. Sebagian besar penduduk Jepara mengunjungi pantai laut, bahkan para nelayan hari itu tidak pergi mencari ikan untuk dapat menyaksikan keramaian luar biasa ini.
***Bajak Laut Kerta Pati Jilid 002
***Kembali
No comments:
Post a Comment