Ads

Thursday, June 20, 2013

Asmara Dibalik Dendam Membara Jilid 010

***BACK***

“Bibi, kalau bibi tidak mau ikut pergi bersamaku, lebih baik aku berada saja di sini menemanimu.” akhirnya Dewi menghibur.

“Ah, tidak, tidak! Hi-hi-hi-hik, tidak!” Nenek itu mengetuk-ngetukkan ujung tongkatnya keatas batu karang. “Untuk apa aku dengan susah payah mengajarkan semua aji itu kepadamu kalau engkau hanya tinggal di sini?. Ingat, aku menghendaki agar engkau melanjutkan apa yang selama ini telah kulakukan. Merantau, kalau bertemu dengan orang jahat, bunuh jangan beri ampun! Dan engkau harus berdarma bakti kepada kerajaan Daha, membersihkan kerajaanaan ayahandamu dari orang-orang jahat yang menodai nama harum ramandamu! Andika tahu apa yang dicari oleh anjing-anjing Blambangan tadi? Keris pusaka Tilam Upih! Hi-hi-hik, kiranya keris pusaka itu telah muncul kembali dan menjadi perebutan. Dewi, pusaka itu adalah pusaka milik kerajaan Daha, menjadi lambang kerajaan Daha. Karena itu, sudah menjadi tugasmu pula untuk menemukannya. Kau wakililah aku untuk mencari keris pusaka itu dan mengembalikannya kepada ayahmu.

“Baiklah, bibi. Akan kutaati perintah bibi. Akan tetapi, biarpun aku tahu bahwa keris pusaka itu oleh kanjeng rama telah diramalkan akan muncul ke mana aku harus mencarinya? Akupun sudah pernah mendengar bahwa keris itu berasal dari Lautan Kidul dan akan muncul di Lautan Kidul pula, akan tetapi pesisir kidul merupakan pesisir yang panjang sekali, sepanjang Nusa Jawa. Ke manakah aku harus mencari, bibi?”

“Hi-hi-hik,orang lain tentu tidak akan tahu di mana adanya pusaka Tilam Upih itu, akan tetapi aku tahu. Mendiang suamiku, Ki Kolokrendo, mempunyai adik seorang laki-laki bernama Ki Koloyitmo. Akhir-akhir ini terjadi hal yang aneh kepadanya. Orang kasar dahulunya hanya hidup sebagai begal itu kabarnya kini menjadi orang besar. Mula-mula dia menguasai Nusa Kambangan, bahkan kemudian terdengar berita bahwa dia telah berhasil mendirikan sebuah kerajaan kecil di sana dan dia yang menjadi rajanya! Hi-hi-hi-hik, tidak mungkin seorang kasar seperti dia dapat menjadi raja kalau saja dia tidak mendapatkan wahyu kerajaan. Dan siapa tahu, wahyu itu berujut keris pusaka Tilam Upih. Kalau dia menemukan Tilam Upih, bukan tidak mungkin dia dapat menjadi raja. Nah, karena itu, pergilah engkau ke Nusa Kambangan, Dewi. Selidikilah, dan kalau kemudian engkau mendapatkan bahwa benar-benar dia memiliki Tilam Upih, rampaslah keris pusaka itu dan kalau perlu bunuhlah dia.”

Dewi menjadi girang sekali mendengar ini. “Kalau begitu, aku akan segera pergi menyelidiki ke Nusa Kambangan, bibi!”

“Akan tetapi berhati-hatilah engkau, Dewi. Soal aji jaya-kawijayan, aku tidak percaya bahwa engkau akan kalah olehnya. Akan tetapi, keris pusaka Tilam Upih itu ampuh sekali, gawat keliwat-liwat. Kita tidak akan mampu bertahan menerima serangan keris pusaka ampuh itu. Karena itu berhati-hatilah dan lebih baik menghindar kalau dia menggunakan keris pusaka itu. Jangan sekali-kali berani mencoba kekuatan Aji Trenggilin Wesi terhadap keris itu.”

Dewi menganguk. “Aku mengerti, bibi. Aku akan mempergunakan kecepatan gerakan untuk menghindar kemudian merampas keris pusaka itu.”

“Bagus, akan tetapi ada lagi yang mengkhawatirkan. Aku pernah mendengar bahwa Ki Koloyitmo kabarnya juga telah mendapatkan pusaka ampuh Wijoyokusumo yang hanya tumbuh seabad sekali di Nusa Kambangan.”

“Hemm,apakah keampuhan setangkai kembang saja, bibi?”

“Hi-hi-hi-hik,apakah engkau sudah lupa akan kisah lama, Dewi? Kembang Wijoyokusumo adalah milik Sang Hyang Wishnu, bukan sembarang kembang melainkan pusaka yang dapat menghidupkan orang dari kematian yang tidak wajar. Nah, dengan pusaka itu, di tangannya, seolah Ki Koloyitmo memiliki nyawa rangkap dan tidak mudah membunuhnya!”

“Akan ku perhatikan baik-baik, bibi. Aku tidak bermaksud membunuhnya kalau saja dia mau menyerahkan Tilam Upih kepadaku.”

“Hi-hi-hi-hik,aku yakin bahwa engkaulah yang akan berhasil merampas keris pusaka itu. Nah, sekarang berangkatlah, Dewi. Keberangkatanmu merupakan hiburan besar bagiku karena aku akan dapat mengenangmu dengan puas hati bahwa engkau sedang mewakili aku mendapatkan keris itu. Mudah-mudahan saja kita masih akan dapat saling bertemu lagi. Aku akan selalu berada di goa ini, karena aku sudah mengambil keputusan uantuk tidak lagi mencampuri urusan dunia ramai dan akan menanti sampai Sang Yamadipati datang mengambil nyawaku.”

Dewi lalu berkemas, Tegang juga rsa hatinya. Setelah delapan tahun mengasingkan diri bersama Ni Durgogini, ia merasa aneh dan asing sekali membayangkan bahwa ia akan terjun ke dunia ramai, bahkan memperebutkan Tilam Upih dan menyelidiki dalang pembunuhan suaminya, lalu mencari puterinya, Niken Sasi! Tugas pekerjaan yang bertumpuk itu menyalakan semangatnya dan setelah berkemas, pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Dewi sudah berpamit dari gurunya dan meninggalkan goa tempat tinggal Ni Durgogini.

*** 010 ***

***NEXT***Asmara Dibalik Dendam Membara Jilid 011

***BACK***

No comments:

Post a Comment